Pagi yang cerah sama seperti hatiku saat ini berbunga-bunga hehehehe
Jangan berpikiran bahwa aku sedang jatuh cinta bukan itu melaingkan karena ayah sudah pulang subuh tadi ke rumah. Mungkin menurut kalian hal sepele seperti itu sudah biasa dan tidak istimewa tapi bagiku ayah dan ibu adalah segalanya bahkan jika mereka di tukar dengan nyawaku aku pasti rela. Yah begitulah aku keluarga di atas segalanya.
"Ayaaaahhhhh." aku berlari sambil berteriak memanggil ayah yang sedang asyik memakan sarapannya bersama ibu.
"Raraaa berapa kali ibu katakan jangan pernah berlari di dalam rumah kamu bukan anak kecil lagi. " teriak ibu yang membuat nyaliku untuk berteriak kegirangan menciut.
"Sudah bu, jangan marah ke Rara kan ibu sudah tau kalau Rara memang suka heboh. " kata ayah yang mengelus lembut tangan ibu sambil berkedip mata kepadaku yang mengisyaratkan bahwa aku harus mengikuti ucapan nyonya besar hehehe
"Kuliah lancar Ra? "
"lancar dong yah. "
"Bagus, ternyata kamu memang anak ayah, heheh. "
"Apa hubungannya kuliah lancar sama aku anak ayah? " tanyaku sambil mengerucutkan bibir dan alhasil membuat mereka berdua tertawa melihat tingkahku.
Kadang ayah dan ibu berbicara hal yang menurutku tak berkaitan sama sekali tapi yah sudahlah aku sudah terbiasa dengan tingkah aneh kedua orang tuaku yang terkadang anehnya tingkat dewa dewi di khayangan.
Oh iya aku hampir saja melupakan sesuatu yang sangat penting.
"Yah, bu tadi sebuh kalian berdua berdiri di samping lemari itu tidak? " tanyaku sambil menunjuk lemari besar yang berada tidak jauh dari meja makan.
Merek berdua pun mengalihkan pandangan dan memandang lemari yang aku maksud.
"Kamu yah Ra, untuk apa ayah dan ibu berdiri di samping lemari itu? Ada-ada saja kamu Ra. " jawab ibu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tanpa ku sadari ayah yang duduk di samping ibu memasang wajah tegang dan ketakutan bersamaan.
"Sudah lanjutkan makan kamu setelah itu berangkat sama ayah. "
"iya bu. "
Akupun tak melanjutkan pertanyaan mengenai siapa yang berdiri subuh tadi di samping lemari itu, pertanyaan mulai timbul di benakku bahwa siapa orang yang kurang kerjaan berdiri dengan bodohnya di samping lemari? Atau mungkin hanya mataku yang bermasalah pagi tadi.
Sepanjang perjalanan kekampus aku hanya duduk diam tak menanggapi pertanyaan ayah yang sibuk memandangi jalanan yang sedang macet.
"Rara kamu dengar ayah tidak? "
"eehh.,, kenapa Yah? " kataku cengengesan karena tidak mendengar ocehan ayah dari tadi, aku terlalu fokus dengan bayangan hitam di samping lemari
"Ayah cuma mau bilang jangan mengusik yang tidak perlu. "
"Maksud ayah apa? " tanyaku bingung dengan pernyataan ayah barusan
"Sudah tidak usah di pikirkan."
Hening
Tak da pembicaraan setelah itu antara aku dan ayah sampai mobil ayah sudah memasuki gerbang kampus
"Ra buruan turun ayah mau ke kantor ini. "
"hehehe sabr dong yah. "
Setelah turun dari mobil aku berjalan menuju kelasku untuk memulai pelajaran seperti biasa tapi lagi-lagi bayangan hitam itu membuatku tidak fokus melakukan apapun di kampus hingga aku kena hukuman oleh dosen yang paling menyebalkan.
"Lain kali jangan melamun di kelas saya!"
"Iya pak maaf. "
"Sekali lagi kamu seperti itu, saya tidak akan segang-segang memberi kamu nilai E di mata kuliah saya. "
Inilah yang tidak kusukai dari dosen Adinata Saputra, dosen muda yang di idam-idamkan para gadis di kampus. Sungguh mereka buta hati telah melepaskan hatinya untuk pria kejam di hadapanku ini.
"Pak saya boleh pergi sekarang? " tanyaku dengan nada memohon. Bagaimana tidak setelah di memberiku hukuman sekarang dia malah menceramahiku seperti anak SD yang telah berbuat kesalahan berat.
"Iya Silahkan. "
"Terima kasih pak. "
Aku menghela nafas panjang guna meredam emosi yang sempat tersulut karena dosen sok ganteng itu.
Ini gara-gara bayangan hitam yang muncul pagi tadi dan sekarang membuatku terkena sial dengan indahnya.
Tapi aku masih di lingkupi rasa penasaran yang sangat-sangat menyebalkan, bayangan hitam di samping lemari itu siapa? Manusia kah atau bukan?
Ah sudahlah nanti saja aku cari tahu jika sempat.
ns18.116.230.250da2