TET TET TET332Please respect copyright.PENANAyNwuPFQaBb
(Waktunya istirahat, jangan lupa untuk membuang sampah pada tempatnya.)332Please respect copyright.PENANAyIWtyuSNm7
332Please respect copyright.PENANATnxJ8Roj5s
332Please respect copyright.PENANAnaLlkfjIlY
“Haahh akhirnyaa” Sitha meletakkan pulpen yang digunakannya ke atas meja dan merilekskan jari-jari tangannya.
“Kantin yuk” Ajak Yura.332Please respect copyright.PENANAFZ16W5byxH
332Please respect copyright.PENANAFcchBvL3Tg
“Sebentar, aku masih nyalin catetan di papan tulis,” Ucap Rana sambil menatap bergantian antara buku dan papan tulis di depannya.
“Udah lanjut nanti aja, gue juga belom. Keburu rame kantin.”
“Iya, ini udah kok. Yuk,” Rana bangkit dari tempat duduk dan menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu keluar kelas.
Rana memerhatikan teman-temannya. Safia itu orang yang paling santai sealam semesta. Itu menurut Rana, sih. Di antara mereka berempat, Safia lah yang sering telat dan malas mengerjakan tugas sekolah. Tapi dia cuek-cuek aja. Enggak ngerti lagi deh pokoknya. Malah pernah, dia telat terus update WA Status, berlatarkan gambar sepatu dan aspal, yang kemungkinan dia sedang berbaris dan diberi wejangan oleh guru piket yang menjaga waktu itu. Ditambah caption kurang lebih seperti ini “Legends only”. Dia bangga karena ketelatannya itu. Hebat.
“Kamu mau beli apa, Ran?” Yura membangunkan Rana dari lamunannya akan Safia.
“Siomay aja,”
“Yaudah aku juga, sekalian pesenin ya”
“Iya, Mbak sis”332Please respect copyright.PENANAb3X1SOloIg
332Please respect copyright.PENANAF4Lc81Xkbm
“Gue sama Safia mau beli bakso gelas ya,” Ucap Sitha, yang dibalas anggukan Rana.332Please respect copyright.PENANANHa0TqiADX
332Please respect copyright.PENANAFhiCz8dPlV
Rana dan Yura lalu menghampiri gerobak siomay, lalu memesan siomay untuknya dan Yura. Pembelinya cukup ramai. Ada mereka berdua dan--
“Eh Raana”
--beberapa anak Psikopat.
Sebelum ada yang berpikiran tidak-tidak, biar Rana jelaskan. Psikopat adalah nama kumpulan yang berisikan sebagian anak laki-laki di kelasnya. Sebut saja Rumi—yang menyapa Rana tadi, memiliki badan paling gempal dan tinggi di antara 9 anggota Psikopat lainnya. Yang omongannya paling susah dikontrol dan nggak pernah disaring, namanya Faza Zaujan. Ada si trio langganan telat di kelas, mereka adalah Roni Damaha, Aji Saptadi, dan Rafiq Mahmud. Faqi Ahmad satu-satunya anggota Psikopat yang jualan di sekolah dan suka minta Hotspot plus minjem ponsel ke Sitha. Dia jualan Tin Jelly, omong-omong. Kali ini ada si ketua kelas. Bijaksana, pintar dan punya public speaking yang ajib di antara mereka bersepuluh. Namanya, Gusti Fagus. Ada juga yang suka dikatain cina karena matanya sipit, padahal sama sekali nggak ada darah keturunan cina. Kerjaannya ngelawak di kelas, namanya, Ifari Hammud. Kalian bisa tebak siapa dua laki-laki lainnya. Ya, tentu saja Arleon Bumantara dan Rafa Renjana. Nama ‘Psikopat’ sendiri punya kepanjangan, “Posisi Koerang Tepat”. Rana curi dengar waktu itu.
“Duluan ya Rumi,”
“Iya, Rana.”
Rana dan Yura pun menghampiri Safia dan Sitha ke kedai sebelah. Kedai bakso gelas. Mereka juga sudah beres dengan jajanannya dan kembali ke kelas.
“Aku mau makan di luar aja ya.” Rana mengambil tumbler airnya dan earphone lalu melangkah ke luar kelas.
Rana memasang earphone lalu memutar lagu kesukaannya. Somewhere only we know-keane. Rana mendongak, memandang langit. Rana selalu suka memandang langit, salah satu mahakarya Tuhan yang indah. Dan Rana amat menyukainya. 332Please respect copyright.PENANAm3k6fmgWfj
332Please respect copyright.PENANAVnGuGhyfCy
Koridor depan kelasnya adalah tempat favorit Rana untuk berdiskusi dengan langit. Langit hari ini cantik sekali, berwarna biru cerah dan banyak gulali langit yang bergelantungan di atas sana. Entah pelukis mana yang menumpahkan cat warna begitu banyaknya di awang-awang.
Awang-awang, angkasa, bumantara. Tunggu dulu, apa tadi, bumantara?buman?aish kenapa sih sebut nama dia segala!332Please respect copyright.PENANAB5esCnto8S
332Please respect copyright.PENANAr86CeA0vvE
Rana menepuk-nepuk kepalanya. Menyesali kenapa nama orang menyebalkan itu sampai terlintas di otaknya.
“Mau gue bantu getokin nggak tuh kepala?” Jana tau-tau sudah duduk di sampingnya, lengkap dengan es plastikan yang ada di genggamannya.
“Hehe enggak perlu, Jana.” Rana membuang bungkus siomaynya, lalu duduk kembali di sebelah Renjana. Kembali menatap langit.
“Udah makan, Rana?” Rana menoleh, menatap Jana. Ada kilatan jahil di mata Jana.
“Udah tuh, makan siomay. Kenapa?”
“Kalo belum, tuh makan rumput di depan banyak HAHAHA” Jana tersenyum geli sambil membuang plastik esnya.
“HAHA nggak jelas. Lo aja sana makan rumput, belum makan kan?!” Rana membuat raut wajahnya terlihat sekesal mungkin, walau di dalam hatinya ikut tertawa.
Renjana itu mudah sekali membuat orang di sekitarnya tersenyum. Makanya Rana betah jadi temannya Jana. Kadang teman-temannya mencomblangkan Rana dengan Jana, mengira bahwa salah satu dari mereka menyembunyikan rasa. Padahal Rana sudah nyaman berteman seperti ini dengan Jana. Mempunyai sahabat lelaki adalah salah satu keinginan Rana sejak dulu.
“Kenapa sih, suka banget sendirian kayak tadi? Kayak enggak punya temen aja.” Jana mulai bertanya serius.332Please respect copyright.PENANAkeChZ6XsYc
332Please respect copyright.PENANAoqpMrEhdzX
“Enggak apa-apa. Cuma mau liat langit. Kalo gue ajak mereka keluar pasti nggak mau. Jadi ya, gue sendiri aja. Lagian gue lebih nyaman sendirian.” Rana tersenyum tipis lalu menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang telinga.332Please respect copyright.PENANAlPBODH12zv
332Please respect copyright.PENANAMX0YtPWpUs
“Heleh. Enggak selamanya lo bakal suka sendirian, Rana. Ada saat-saat di mana lo butuh seseorang buat nemenin lo. Meski cuma duduk diem di sebelah lo.” Jana menepuk-nepuk pucuk kepalaku. Wajahnya terlihat serius sekali saat berbicara seperti itu. Sekejap Rana membatu.
“Iyaa, Jana. Gue yakin orang itu, orang yang gua butuhin nantinya adalah elo. Ya kan? Ya dong. Bener kan? Bener dong.” Rana terkekeh setelah mengucapkan itu.
“Rana, gue nggak mau janji. Tapi bakal gue usahain, kalo setiap lo sendirian, gue bakal ada di sebelah lo.” Mereka saling bertatapan. Rana membalas senyum tulus Jana dengan senyum lebarnya, lalu mereka tertawa bersama.332Please respect copyright.PENANAHdEbTEaOaM
332Please respect copyright.PENANAqjbI53sbmi
Kalo koridor ini tempat favorit lo untuk mandang langit. Ada di sebelah lo adalah tempat favorit gue, Rana.332Please respect copyright.PENANADAgMnF1kUd
332Please respect copyright.PENANAud0sYmoq20
332Please respect copyright.PENANAxp1QMVzaA7
332Please respect copyright.PENANANU7clBDDDw
332Please respect copyright.PENANAuikO4QXpmq
332Please respect copyright.PENANACuzdj15Hpu