Pagi ini langit masih gelap. Matahari masih terlelap di ranjang langitnya. Sedangkan Rana sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah bersama Ayahnya. Kebetulan hari ini hari kedua Rana dan murid-murid yang lain kembali masuk sekolah setelah menikmati libur panjang. Sangat panjang. Bagi Rana tentunya. Libur selama 1 bulan dan Rana hanya mendekam di dalam rumah. Paling jauh hanya jalan-jalan ke pasar swalayan menemani Mamanya belanja. Itupun kalau bisa disebut sebagai jalan-jalan. Coba bayangkan betapa suntuknya Rana, dari pagi hingga malam selalu di dalam rumah. Jalan-jalannya hanya sebatas kasur-ruang makan-kamar mandi. Sudah. Makanya sekarang, ketika sudah mulai sekolah lagi, Rana selalu berangkat pagi-pagi buta saking senangnya.
"Ma, Aruni berangkat sekolah dulu ya, assalamualaikum!" Aruni pamit seraya menyalimi tangan Ibunya lalu naik ke atas motor.
"Iya, waalaikumsalam. Hati-hati, Aruni!"
"Siap, Bu bos!"
Selang setengah jam kemudian, akhirnya Ia tiba di sekolah. Ia turun dari motor lalu berpamitan dengan Ayahnya.
"Assalamualaikum, hati-hati, Yah"
"Waalaikumsalam, belajar yang rajin, Rana" pesan Ayahnya.
"Iya, Yah"
Rupanya dia murid pertama yang datang. Masih sangat sepi sekali, hanya ada Babeh, satpam sekaligus menjabat sebagai tukang parkir di sekolahnya. Babeh tengah asyik menikmati secangkir kopi hitam yang sepertinya baru saja selesai dibuat, karena asapnya masih mengepul di udara.
"Belum ada yang dateng, Neng" ucap Babeh setelah meletakkan cangkir kopinya di bangku panjang.
"Iya, nggak apa-apa, Beh. Duluan Beh."
Setelah pamit, Rana bergegas menuju ke kelasnya.
Rana sudah duduk manis di bangkunya. Jam masih menunjukkan pukul 06.00 dan Rana masih merasa sedikit mengantuk, Ia memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar. Sebelum itu, ia memasang earphone ke sepasang telinganya dan lagu No Surprises-Radiohead mengalun lembut di telinga dan membuat Rana semakin terlelap.
403Please respect copyright.PENANAgFEl3t6OWI
•••403Please respect copyright.PENANA2DLKR4n4UC
403Please respect copyright.PENANAddAvtNni6x
45 menit kemudian Rana terbangun dari tidurnya, Rana mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Ternyata sudah jam 6.45, teman-temannya pun hampir semua sudah datang. 15 menit lagi bel berbunyi, tetapi karena ini masih suasana sehabis liburan, sepertinya kegiatan belajar mengajar belum sepenuhnya efektif, jadi masih banyak jam kosong.403Please respect copyright.PENANAcKIvR4Z3mO
403Please respect copyright.PENANAKdPpv5icp9
Rana memutar tubuhnya ke belakang. Di mana teman-temannya berada. Teman dekat. Bukan geng, tetapi mereka menamai hubungan pertemanan tersebut. Namanya, Cuatro Amigos. 4 Teman. Tentu saja Rana yang memberi nama. Biar Rana kenalkan. Yang menjadi chairmate nya selama hampir 2 tahun ini, namanya Yura Kamatiara. Temannya itu menyukai KPOP dan penggemar MCU.
Yang duduk tepat di belakang Rana, yang paling bodo amatan di antara mereka berlima dan suka nontonin vlogger-vlogger youtube, terlebih lagi Ria sw, namanya Sitha Faralia. Yang menjadi chairmate Sitha, yang paling jago bahasa inggris dan bermimpi menjadi istri sah Harry Styles, namanya Safia Maruli. Mereka berempat dekat sejak kelas 10. Kalau ada tugas kelompok, sudah pasti mereka menjadi anggota inti yang tidak rela jika dipisahkan. Sudah sepaket.
"Rana, ke lapangan yuk, disuruh apel dulu sama Bu Nida." ajak Yura sambil menghampiri Rana.
"Iya, ayo."
Sesampainya di lapangan, murid-murid diarahkan untuk baris sesuai kelas dan jurusannya masing-masing. Nampaknya banyak yang tidak tertarik untuk mengikuti apel pagi ini.
"Assalamualaikum, Selamat Pagi, murid-murid. Dikarenakan hari senin belum apel karena ada beberapa kepentingan, maka diganti jadi hari ini, dan sebelumya, selamat datang kembali di sekolah kita tercinta. Bapak akan membahas mengenai----"
Rana tidak mendengarkan lagi apa yang dibicarakan oleh Bapak gurunya itu. Dia lebih memilih untuk mengamati teman-teman satu angkatannya. Rana menoleh ke sebelah kiri, mau melihat siapa yang berdiri di sampingnya sekarang.
Ah, Renjana!
Dia, Rafa Renjana. Teman sekelas Rana juga. Teman lelaki yang paling dekat dengan Rana. Yang paling nyambung kalau Rana ajak bicara tentang band-band folk indie tanah air. Titisannya Kahlil Gibran. Eh tidak juga sih. Dia cuma sedikit suka menulis. Salah satu lelaki konyol di kelas. Dia, Renjana. Seseorang yang paling mengerti Rana.
"PAGI JANA!" sapa Kana dengan riangnya.
"Pagi," jawab Jana dengan tatapan jenaka dan senyum tipis khasnya.
"Berisik banget sih lo." ucap seseorang di belakang Jana.
Pasti si kambing deh.
Rana menengok ke belakang untuk memastikan tebakannya dan ternyata benar Buman orangnya.
"Kenapa sih lo? Sensi amat kaya masker!" Rana mendelik tidak suka kearah Buman.
"Lo tuh berisik. Masih pagi aja udah bikin kuping orang rusak." ucap Buman seraya mengangkat bahunya.
Rana lebih memilih mengabaikan perkataan Buman dan balik menghadap Jana untuk mengajaknya mengobrol kembali.
"Jana, lo--" ucapan Rana harus terputus karena bersamaan dengan Bu Kepala Sekolah yang menyampaikan,
"Anak-anak setelah apel ini selesai, dipersilakan untuk membersihkan kelasnya masing-masing setelah itu boleh istirahat dan pulang ke rumah. Kegiatan belajar mengajar untuk hari ini terpaksa ditiadakan karena---" Rana belum sempat mendengar kelanjutannya karena teman di sekelilingnya heboh bersorak sorai.
"Ah tau gitu nggak usah masuk. Ngotor-ngotorin baju aja!"
"Alhamdulillah,"
"ASIKKK!!!"
"NAH! Akhirnya gue bisa melanjutkan tidur yang sempat tertunda gara-gara apel sialan ini."
"MAKASIH BU!"
"NONTON YUK!"
"EH MABAR YOK, RANKED!"
"Abis ini main ke rumah gue ya!"
"Pokoknya lo lo pada aja yang piket! Gue sih ogah ya."
Kalian pasti tahu siapa yang bicara kalimat terakhir tadi.
"Baik anak-anak, silakan kembali ke kelasnya masing-masing. Jangan lupa dibersihkan kelasnya. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." tutup Ibu Kepala Sekolah.
Murid-murid membubarkan diri lalu melesat ke kelasnya. Begitu pula dengan Rana dan Jana. Di perjalanan menuju kelas, Jana memecah kebisuan di antara mereka.
"Tadi mau ngomong apaan, Ran?" tanya Jana.
"Oh itu, lo udah nonton official music video fourtwnty yang fana merah jambu?"
"Belom, ntar deh gue tonton."
"Harus pokoknya. Seru tau!"
"Iyee bawel." Jana lalu mengacak-ngacak rambut Rana yang diikat satu dengan brutal.
"IH! Berantakan, Jana! Susah nih gue nguncirnya." ucap Rana sambil memegangi rambutnya.
"Iya iyaa. Sini gue kuncirin lagi."
"Enggak usah! Malah tambah berantakan. Lo mah seneng banget liat gue kayak gembel."
"Yaelah. Marah-marah mulu lo. Dikuncirin lagi nggak mau."
"Bodo ah!"
Sampai di dalam kelas, Rana sudah melihat beberapa teman-temannya sedang menyapu. Rata-rata perempuan. Sudah pasti. Sebagian laki-laki sibuk merecoki dan sebagian yang lain mabar mobile legend.
"Pinjem sapunya sebentar dong, Fuska."
setelah 30 menit membersihkan kelas, akhirnya selesai juga. Rana mengibas-ibaskan tangan ke wajahnya.
Haus!
Karena merasa tenggorokannya kering, Rana memutuskan untuk mengajak Yura ke kantin untuk menemaninya membeli air mineral.
"Tisa, temenin ke kantin yuk."
"Ayo"
Rana dan Yura kembali ke kelas. Rana membuka tutup botol air mineral yang tadi dibeli lalu meminumnya hingga tersisa setengah.
"Suegerrr, betewe ra, udah boleh pulang kan?" Rana mengelap sisa air di ujung bibirnya dengan lengan seragamnya.
"Boleh kali. Noh udah pada pulang juga jurusan lain."
"Sitha sama Safia mana, ya?"
"Itu tuh di dalem."
Rana menghampiri ketiga temannya sembari menggendong tas di pundaknya.
"Nyok kita nonton ondel-ondel~"
"Krik."
"Enggak jelas lo." seru mereka bersamaan.
"HEHEHE maksudnya nyok kita pulang," ucap Rana cengengesan.
Berhubung ojek online yang dipesannya sudah datang, jadi Rana memutuskan buru-buru keluar gerbang. sedangkan ketiga temannya harus ke tempat parkir untuk mengambil motor mereka masing-masing.
"Daah, aku pulang duluan. Kalian ita-ita ya." pamit Rana.
"Iya. Lo juga," balas Safia.
ns18.221.21.111da2