Terindu Kemerdekaan [Bagian 6]
602Please respect copyright.PENANA5FoHHYQhcG
Author: Ihsan Iskandar
602Please respect copyright.PENANApGw3Dc4XCM
“ughhh… ahh… Dimana… Dimana ini?…” Fauzan mulai membuka mata, apa yang dilihatnya adalah ruangan yang gelap dimana hanya terdapat satu lampu minyak tergantung di tengah-tengah ruangan. Melihat keadaan itu, Fauzan ingin menggerakkan badannya. Namun, dia tidak dapat menggerakkannya karena tangan maupun kakinya terikat kuat.
602Please respect copyright.PENANAlzsMnL40NL
“guhh…Ughh…” Fauzan semakin memberontak tidak karuan dan akhirnya berteriak meminta tolong “HEI SIAPAPUN TOLONG AKU!” teriakan kalimat minta tolong yang terhitung 4 kali itu akhirnya terjawab juga. Pintu di sebelah kiri pojok ruangan mulai terbuka dan seseorang mulai masuk mendekati Fauzan.
602Please respect copyright.PENANAtGlXDwsrCO
“Hei…hei tolong aku- AGHH!” Pukulan keras ke pipi kirinya dilontarkan dan Fauzan mulai berteriak kesakitan. Belum lagi sempat pulih dari pukulan keras itu, rambut Fauan yang ikal itu ditarik keatas dan sekarang wajahnya dapat melihat dengan jelas wajah orang yang ada di depannya.
602Please respect copyright.PENANAWGzbbtFy0K
“Katakan, bagaimana bisa kau berada di belakang garis musuh?” Pertanyaan yang diikuti sorotan tajam lelaki berumur sekitar 40 tahun itu telah membuat Fauzan merinding luar biasa. Kakinya bergetar hebat bahkan bangku yang didudukinya mulai ikut bersuara.
602Please respect copyright.PENANAoTPqvD9e9E
“Jadi kau tidak mau menjawab. baiklah” Lelaki itu mengambil ancang-ancang memukul dan mengarahkannya kearah Fauzan. Fauzan yang merasakan Hawa membunuh itu langsung membuka muut seketika.
602Please respect copyright.PENANAMPleZ1E8an
“AKU…AKU BERMAIN WAR…WARNET!” Fauzan yang menjawab hal itu sambil menahan rasa sakit diwajahnya membuat wajah lelaki didepannya bingung. dan mulai bertanya “apa itu Warnet?” setelah respon darinya, Fauzan mulai menjelaskan apa itu Warnet dengan nada ketakutan.
602Please respect copyright.PENANA6XPXnWti90
“Warnet… Warnet adalah tempat anak muda bermain game dan biasanya kami membaya- GAHH!” Belum lagi selesai ngomong, sekarang giliran pipi kanannya menjadi sasaran empuk dan mulai membengkak biru.
602Please respect copyright.PENANA12Pwvr9ioH
“Jangan membodohiku! Aku tidak tau apa yang kau maksud! KATAKAN YANG SEBENERNY-“
602Please respect copyright.PENANAyjYjiQggKC
“HENTIKAN!”
602Please respect copyright.PENANAlG8u0PoswK
Tepat sebelum amukan lelaki itu mengajar Fauzan sampai habis-habisan, seseorang berpakaian jubbah putih dengan songkok putih di kepalanya mendatangi Fauzan dan lelaki itu. Lelaki bersongkok putih itu memanggil lelaki yang memukul Fauzan itu dan membisikkan sesuatu kepadanya. Setelah itu mereka berdua keluar dari ruangan.
602Please respect copyright.PENANA36Iz815cg1
“apa…apa…yang sebenarnya terjadi… kenapa…*hiks *hiks” air mata Fauzan mulai berlinang jatuh kebawah. Wajahnya yang bengkak membiru bahkan hidung sampai mengeluarkan darah pasti sangat sakit dirasa. Tetapi beberapa detik kemudian, sebuha handuk hangat menyentuh kulit wajahnya.
602Please respect copyright.PENANAd9zwbGbmPp
“HIII!!!”
602Please respect copyright.PENANA3tx9UF0Ui7
“Tenanglah… aku akan melepaskanmu”
602Please respect copyright.PENANAb1n4qp5LJD
Sontak karena terkejut, ternyata yang memegang ahnduk hangat itu adalah seorang perempuan berkerudung biru. Kulit wajahnya sangat putih, hidungnya tidak pesek atau pun mancung, dan matanya sangat sayu dengan bulu mata yang lentik. Mungkin selama 18 tahun kehidupan Fauzan, ini pertama kalinya dia melihat perempuan secantik itu. Ketika Fauzan sedang terdiam melihat sosok indah didepannya, rasa luka di wajahnya terlupakan seketika. Tapi setelah perempuan dihadapannya mulai berkata “aku akan melepaskan dirimu”, lamunannya buyar seketka dan rasa sakit itu kembali lagi.
602Please respect copyright.PENANAeENOSkJXxR
Setelah semua ikatan Fauzan terlepas dan perempuan berkerudung putih itu memberikan handut tersebut kepadanya, Fauzan hanya terdiam sambil memegang luka diwajahnya dan tidak berkata apa-apa kepada perempuan itu. tidak lama kemudian perempuan itu mulai memperkenalkan dirinya.
602Please respect copyright.PENANAUJJMtWIRga
“Dirimu bisa memanggilku Siti. Dan sekarang ikuti diriku” Fauzan mengangguk dan mulai mengikutinya keluar ruangan gelap itu. setelah keluar dari sana, karena cahaya yang begitu terang, Mata Fauzan masih harus membiasakan matanya dari cahaya. Ketika beberapa detik berlalu, di dapat melihat perkampungan yang dihadapannya. Orang-orang dengan memakai pakaian sederhana seperti selendang dan bakiak (sandal kayu) dipakai oleh semua orang, dan hanya dia yang memakai sandal gunung terbuat dari Karet dan kain.
602Please respect copyright.PENANAs7p8dYkOGd
Fauzan yang masih terdiam melihat suasana yang belum pernah dilihatnya, bahkan ketika Fauzan pergi ke desa saat idul Fitri, suasana kampungnya tidak seperti ini. Terdiam karena terkejut bercampur heran, Siti memanggilnya dan membawanya ke sebuah rumah kayu, rumah tersebut lebih besar dari rumah lainnya. Fauzan hanya menuruti perkataan Siti dan masuk kerumah tersebut.
602Please respect copyright.PENANAVQXNMRyp8p
Ketika memasuki rumah tersebut, ruang tamu yang lumayan besar, bahkan bisa dikatakan seperti aula mini. 15 orang laki-laki duduk melingkar dihadapannya. Beberapa lelaki disana ada yang memakai persis seperti pakaian Pejuang muda yang ditemuinya dan beberapa lain memakai songkok hitam. Di tengah-tengah kumpulan itu, dia melihat laki-laki berjubah putih yang menyelamatkannya tadi.
602Please respect copyright.PENANA57EemsvZUY
“Duduklah nak, tidak pelru takut” Laki-laki berjubah putih itu menyilahkan Fauzan duduk diantara mereka. Melihat suasana yang tidak mencekam seperti ruangan gelap tadi. Fauzan duduk walau handuk hangat masih menempel di pipinya.
602Please respect copyright.PENANA8NDaGHFPhG
“Baiklah nak, apakah kami boleh tau siapa nama mu?”
602Please respect copyright.PENANAgM4HZgOXMi
“Na… Namaku adalah Fauzan…” Fauzan menjawab dengan lemah dan dengan nada bergetar.
602Please respect copyright.PENANAeCsVSZ214a
“Nak Fauzan. Perkenalkan, Nama saya adalah Zainal Moestafa. Engkau bisa memanggilku Ustadz Zainal atau Kiyai Zainal.” Lelaki berjubah putih yang bernama Kiyai Zainal Mostafa itu memperkenalkan dirinya secara lembut. Kemudian Kiyai Zainal mulai bertanya asal dari Fauzan.
602Please respect copyright.PENANA3oudf8klkL
“aku berasal dari Medan. Sumatera Utara-”
602Please respect copyright.PENANAynEpIiGiwQ
“Lihatlah KIYAI! Dia hanya membodohi kita! Dia adalah penyusup Jepang! Lebih baik kita habisi sekarang!” lelaki yang berteriak memotong itu adalah lelaki yang memukul Fauzan sebelumnya. Kata-kata Fauzan sama sekali tidak dipercaya dan ketika mendengar “Habisi” membuat Fauzan kembali takut dan ingin melarikan diri darisana.
602Please respect copyright.PENANAMaasRkkwRI
“Tenanglah Pak Panjoe, memang benar dirinya mengatakan sesuatu yang tidak ketahui, tapi itu bukan berarti dia sedang membodohi kita. Terlebih lagi, dia bilang ‘Sumatera’, bukankah kita mengenal nama itu?” kata-kata Kiyai tersebut kembali meredam suasana dan semua kembali tenang.
602Please respect copyright.PENANA6BRTVOYkm9
“tapi pak Kiyai, bukankah Sumatera itu sangat jauh dari sini, bahkan diperlukan beberapa bulan untuk sampai disana?” seorang dari perkumpulan itu yang memakai songkok putih mulai bertanya.
602Please respect copyright.PENANA6juy5BefAd
“Benar. Nak Fauzan, apakah kau tahu dimana ini sekarang?” Kiyai Zainal mulai bertanya kepada Fauzan kembali.
602Please respect copyright.PENANAl5kvj73n6o
“ Sudah pasti ini di medan, Sumatera Utara kan?” Fauzan menjawab dengna percaya diri.
602Please respect copyright.PENANA1adEE8yfmL
“Tidak, ini di Tasikmalaya, Pulau Jawa”
602Please respect copyright.PENANA8BeFremTEh
“APAAA!!?” Jawaban mencengangkan dari jawaban Kiyai telah membuat Fauzan berdiri dan mulai berlari keluar rumah itu, orang-orang yang memakai seperti pejuang tersebut mulai mengejarnya. Fauzan berlari sekuat tenaga tanpa arah selagi memasang wajah sangat kebingungan. Beberapa detik ketika Fauzan berlari, seseorang memukul kepalanya dengan benda tumpul.
602Please respect copyright.PENANA4ECRnNkepS
“ini… ini… ini… tidak mungki…”
602Please respect copyright.PENANAWyOH5HvsXM
Setelah pukulan keras itu, Fuzan jatuh dan mulai tidak sadarkan diri lagi.
602Please respect copyright.PENANA29XRJ91lOq
[Catatan penulis: Hai para teman-teman Pembaca, untuk Novel ‘terindu kemerdekaan’, saya akan melanjutkannya kembali setelah desember karena ada perlombaan. Dan juga dikarenakan saya ingin menyelesaikan Novel saya berjudul “Pahlawan Perang Dunia” terlebih dahulu. Kalian bisa membacanya di Wattpadd dengan mencarinya di Profil Karyaku (Ihsan_Iskandar). Tapi tenang saja, setelah desember, saya akan memasukkan beberapa Episode “terindu kemerdekaan” lagi dengan masing-masing berjumah > 1000 kata tiap episodenya. Baiklah sampai jumpa lagi ^^~]
602Please respect copyright.PENANAU4DAWjn78R
Catatan Penulis:
Terima kasih Sudah membaca Teman! ^^ Baca Juga cerita saya lainnya:
Pahlawan Perang Dunia
Terindu Kemerdekaan
Life in Word
602Please respect copyright.PENANAQ3jRxzZpwU
Follow terus lini tulisan saya di:
Blog : www.setegukkisah.blogspot.com
Wattpadd :Ihsan_Iskandar
Penana :Iskandar
Storial :@Iskandar3
602Please respect copyright.PENANAHTQfj0fX3Q
Sosial Media saya Juga Dong:
Email : [email protected]
Instagram : Pentears
Facebook : Ihsan Iskandar
602Please respect copyright.PENANAUl0Aj6nvy3
602Please respect copyright.PENANAmQNH3vkBOn
602Please respect copyright.PENANAA8oPit9i7y
ns3.145.165.235da2