Sekarang hari kelima pernikahanku. Dan kondisiku masih seperti hari-hari sebelumnya. Tak ada yang berubah, Akbar masih sering memperlakukanku dengan kasar. Setelah aibnya terbongkar, Akbar semakin kejam kepadaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrBe1RzMQkS
Aku tak mampu melawannya, karena mentalku rapuh. Tubuhku pun juga semakin kurus. Kadang kulihat Mbok Darmi berdiri di pojokan dapurku dengan terisak. Dengan sorot mataku, ingin kukatakan jika aku baik-baik saja.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1O5EonoqOa
Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman terus mengawasiku dari jauh. Tatapan mereka terpancar kesedihan yang terlihat dari raut wajah mereka. Saat mereka berusaha menolongku, aku mencegahnya. Sudah cukup aku melibatkan orang-orang yang tak bersalah, ikut merasakan pedih seperti yang kurasakan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsblRjhlgm1
"Mas, ampun!" kataku terisak karena tanganku terikat dengan kaki menekuk ke atas, yang terikat ke tanganku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4TdmPBrVo1
Kondisiku yang sedang telanjang disiksa habis-habisan dengan dildo machine gun yang terus keluar masuk vaginaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡi5Aj61CFdG
Tak ada perasaan nikmat sedikit pun. Setiap sodokan yang masuk membekas. Ini perkosaan, yang semakin merusak mentalku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9xg1R6V1MO
Tangisku, bahkan permohonanku agar Akbar menghentikan kegilaannya sia-sia. Akbar tak peduli dengan siksaan yang menderaku. Ia terus mengejekku dengan sebutan melecehkan sambil menyiksaku secara seksual.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDZWoLecXKZ
"Hahaha, sundal sundal. Bukan salahku kalo aku ejakulasi dini. Itu kesalahanmu, perempuan sundal," kata Akbar dengan suara meninggi.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5I82niiDIG
"Aku nggak nyalahin kamu, Mas. Tolong, jangan siksa aku kayak gini!" kataku merintih.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4q64Fz4VCM
Akbar menunduk ke arah wajahku, dengan tatapan yang menusuk ulu hatiku. "Heh, sundal? Andai aja kamu bukan bispak, aku nggak bakal kayak gini," kata Akbar mendengus.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ0ZHoL9EdM
"Kenapa nyalahin aku? Aaaahh ssss, Mas. Hentikan!" kataku memohon.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDnAxVfjJxu
"Oh jadi kamu nggak mau disalahin?" tanya Akbar sambil menekan remot agar dildo itu bergerak dengan tempo lebih cepat.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUG2qI4gbDH
"Aah ahh ah, Mas!" Tubuhku melengkung, mengejang hebat. Sampai orgasmeku pun sama sekali tak meninggalkan kepuasan. Dan psikisku menekan dorongan seksualku menjadi menyakitkan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFamZTEmOUL
Dengan perasaan menyiksa setelah orgasmeku yang pertama. Kucoba mengatur ulang mentalku yang kini hancur terserak. Sambil kurangkai akal sehatku, kuedarkan pandanganku ke arah Akbar yang kini telanjang. Batang penisnya yang jumbo bergelayut, menggelantung layu.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiZcANZpZK4
Aku mengernyitkan dahiku. Tak ada sedikit pun keinginan untuk mengejek. Namun, ada yang menggelitik pikiranku. Apakah ini coping mechanism? Untuk menutupi kelemahan dan rasa sakit yang disembunyikan?
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8C3khMR2XR
Memikirkan itu, caraku memandang Akbar berubah. Semakin keras Akbar menciptakan persona dirinya, yang seakan-akan dirinya bukan laki-laki pecundang. Aku merasa kasian, karena cara menyembunyikan kelemahannya justru membuatnya menderita.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtxJSUngB8a
"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Akbar dengan suara meninggi.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOVs9IYFnyQ
"Engga, Mas... Aaaah ssssh."
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWrZBZXfyx5
Mesin dildo semakin cepat keluar masuk vaginaku. Nafsuku yang sempat tertahan kucoba lepas. Namun itu tak mudah, karena psikisku belum pulih sepenuhnya.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTtHmpOxWFt
"Ah ah ah, ssssh ah." Aku mendesah-desah tertahan, dengan mata terpejam. Tubuhku pun terlonjak-lonjak tak terkendali.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9o62U9iIKB
Kutatap Akbar sekilas. Wajahnya berubah menjadi murung yang menyiratkan ketidaksukaan. Di dalam hati, aku hanya bisa menerka. Mungkin, Akbar cemburu menatapku, yang mulai menikmati dildo keluar masuk lubangku. Dari sorot matanya, ada keputusasaan yang terpancar. Ia pun mengembuskan nafas panjang, sambil membanting tubuhnya ke atas kursi dengan tangannya yang tak berhenti menjambak rambutnya. Meski aku tak begitu mendengar apa yang diucapkan Akbar. Terdengar sayup-sayup, Akbar menyalahkan dirinya sendiri.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKrSu1M9Swy
Lalu Akbar bangkit dari duduknya, berjalan mondar-mandir seperti frustasi. Yang berkali-kali merutuki dirinya sendiri, memaki, mengucapkan sumpah serapah.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0OeXN6vjpv
Diambilnya remot dildo machine gun dari sakunya. Kurasakan dildo yang masuk ke dalam vaginaku berhenti bergerak. Akbar dengan wajahnya yang kusut mendekatiku, melepas ikatan di kaki dan tanganku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6yeMnolybf
"Sana mandi!" kata Akbar dengan suara lemah.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzlOAETfaPe
Kutatap Akbar dengan pandangan iba. Sepertinya Akbar tau gelagatku, yang sedang mengamatinya.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0IFJBQCHis
"Kenapa?" tanya Akbar sinis.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmkV3R4HS6V
"Nggak, Mas!" kataku sambil menunduk.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMQfQaajTuT
Saat aku berusaha bangkit, berdiri. Selangkanganku begitu perih. Rasanya ingin menangis saja, melihat vaginaku yang lebam. Yang awalnya berwarna putih kemerahan-merahan, menjadi merah darah dan lebih tebal. Kucoba menyentuhnya, rasanya begitu sakit sampai menjalar ke seluruh tubuhku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiuREBWtBvh
"Sakit?" tanya Akbar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlfIzGCRuS2
"Iya, Mas!" kataku sambil meringis menahan sakit.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcAx5yrxjIb
Akbar mendekatiku, lalu memapahku ke dalam kamar mandi.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDorhnNycRS
"Makasih," kataku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0roywE6PTk
"Udah, buruan mandi! Sebentar lagi kita ke pesantren abahku," kata Akbar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLWVXmR3ORt
Aku sempat kaget mendengar yang Akbar ucapkan. Berkali-kali kucoba menenangkan hatiku. Kuharap di pesantren tak terjadi kejadian yang lebih buruk seperti yang kualami saat ini.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAM8SayAuBF
*********
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4YqwN2d6LV
Sekarang aku menuju ke pesantren. Di dalam mobil aku hanya menunduk saja tanpa mengucapkan satu kata pun.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyOPv2xNPfj
"Mukanya jangan gitu! Aku nggak mau, Abah sama Umi ngeliat kamu dengan muka kucel kayak gitu!" kata Akbar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFzkxD7BFBi
"Iya, Mas!" kataku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxdljG7wrkd
Akbar mengambil sebotol parfum mahal dari kantungnya. "Eh Mas, kok disemprot pake parfum?" tanyaku tak mengerti.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7TBg8VJjUQ
"Udah jangan bawel!" kata Akbar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgPcFGzURdI
Melihat sikap Akbar yang labil, aku semakin bingung. Kadang Akbar menjadi sosok relijius yang menjalankan Sunnah sepenuh hati. Dan sekarang Akbar menyemprotkan parfum dengan kadar alkohol tinggi ke outfitku. Padahal kemarin, aku berkali-kali ditampar, diikat dengan memberiku makan sekali sehari karena aku tak bisa menjaga adabku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDx6jCblINb
Aku benar-benar tak mengerti dengan perubahan Akbar. Gara-gara sikapnya yang strict kemarin, mentalitasku menjadi hancur. Bahkan sekarang, perasaan cemas, takut masih menghantuiku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6nZsQHyyrx
Dan saat aku disiksa secara seksual menggunakan dildo, ada yang menahan dorongan seksual dalam diriku. Perasaan takut, seakan mengebiri kepribadianku yang sebelumnya lebih lepas. Aku juga merasa malu, meski itu di depan Mbok Darmi jika auratku tersingkap.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhpFZjN4wAb
Ada rasa bersalah, yang terus membayangiku. Aku benar-benar berubah.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg3z0r9dwSA
"Udah sampai..." kata Akbar memarkir mobilnya di pelataran pesantren.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ02q7tWtpLb
Dengan malu-malu sambil menundukkan pandangan, aku berjalan di samping Akbar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNnGTmjYzij
"Biasa aja, Dek! Nggak usah malu!" kata Akbar sambil merangkulku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRIjk3TT5QP
Sekarang Akbar dengan aku yang berdiri di sampingnya berada di depan rumah sederhana yang ada di dalam pesantren.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlr341fpzEF
"Ini rumah siapa, Mas?" tanyaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgDLBI9ZkWK
"Rumah Abah," kata Akbar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcvtE8Tpyet
Entah kenapa jantungku berdetak kencang, teringat masa lalu, saat keluarga Akbar pertamakali melamarku. Keringat dinginku pun, mulai membasahi telapak tanganku yang terbalut oleh handshock.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrZZLOpMAXs
"Assalamualaikum..."
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTtrMPV9Nrz
"Wa'alaikum salam. Eh Akbar, mari masuk! Biar Umi panggilin Abah dulu!" kata Umi Jamilah, istrinya Pak Aziz.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkAB4WOOlYR
"Kamu ikut Umi dulu ya Dek!" kata Akbar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP8C7CxQjG4
"Iya, Mas!" kataku menunduk.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjowYTnNn7m
"Ayok ikut Umi ke dalam!" kata Umi Jamilah sambil merangkulku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2ZDpGwoAbm
Sesampainya di dalam rumah, Umi mengajakku ke dapur. Ternyata Umi sedang memasak. Entah kenapa melihat Umi memasak dan sikap Umi yang ramah padaku, suasana hatiku berubah.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfQ1Y5V04E5
Traumaku seakan memudar. Sesekali aku melirik ke arah Umi Jamilah yang wajahnya tertutup cadar. Dan hanya memperlihatkan matanya saja. Aku suka mata Umi, cantik, berwarna maroon.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS8r1kXP3MX
"Suka masak juga, Fa?" tanya Umi.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsspxwjRRBZ
"Eh, em. Saya nggak bisa masak Umi," kataku malu-malu.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuXqd5G9b2O
"Hehe, nggak apa-apa. Nanti Umi ajarin sampai pinter!" kata Umi ramah.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaTNafAgHfR
Baru beberapa menit aku bercengkrama dengan Umi, aku langsung akrab. Mungkin karena pembawaan Umi yang kalem, membuat aku merasa nyaman. Aku tak tau, apakah ini bentuk kerinduanku pada Mama ataukah murni kesanku yang aku peroleh dari Umi Jamilah.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ2tgxKD8GI
Melihat Umi yang cantik, ramah dan kalem, terbersit pikiranku pada Pak Aziz. Aku tak mengerti, kenapa Pak Aziz harus poligami. Sebagai sesama perempuan, aku bisa merasakan apa yang dirasakan Umi Jamilah. Meski Umi tak menceritakan keluh kesahnya, bagaimana perasaannya saat dimadu dengan perempuan lain. Namun, aku bisa mengerti apa yang dirasakan Umi dari sorot matanya yang menyembunyikan sesuatu.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡakKtBqEKV3
"Eh, kok ngelamun aja, Fa?" tanya Umi mengagetkanku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡutU9CNU9sT
"Hehe, maaf Umi..." kataku sambil tersenyum malu-malu.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3HOO3ZvCUB
"Nggak baik lho, Fa. Ngelamun gitu!" kata Umi dengan tersenyum.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡA4N9I4rwGj
"Iya Umi..." kataku malu-malu sambil menunduk.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlBkZ1cxw9Q
Keramahan Umi, membuatku lupa dengan traumaku. Aku benar-benar tenggelam ke dalam kehangatan seorang ibu. Berada di samping Umi, terasa nyaman seakan beban yang aku tanggung terlepas. Sampai aku pun kembali ceria, meski tertahan oleh pengalaman burukku. Setidaknya, hadirnya Umi bisa menjadi obat untuk menyembuhkan lukaku. Dan kerinduanku pada Mama.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡA7diLFZe1l
Saat aku memasak, aku tersadar dan aku berpikir... Dimana Mama? Sejak tadi, tak kulihat Mama di rumah ini. Aku tau, Pak Aziz memiliki empat istri termasuk Mama. Namun, hanya ada 3 perempuan disini. Salah satunya Umi Jamilah.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyIYTaj9Dgt
Sebenarnya, aku ingin menanyakan keberadaan Mama pada Umi. Namun, aku takut jika Umi sakit hati. Maka dari itu, aku urungkan niatku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡavJBIvLaDk
"Yuk kita bawa ke ruang keluarga!" kata Umi yang sudah selesei memasak.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBZyPf6aKJ0
"Iya, Umi!" kataku dengan wajah menunduk.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVi7oWS2ufs
Saat aku mengangkat sayur di wadah, aku berpapasan dengan Ahsan. Mata kita sempat bertemu. Karena perasaan malu, aku menundukkan pandangan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPmlhv6odB2
Di meja makan, sudah duduk Pak Aziz. Kulihat Pak Aziz menatapku lekat dengan tersenyum. Namun mata nakalnya sudah hilang, berganti dengan tatapan hangat.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJly3t8acFO
Setelah aku dan Umi selesei menyiapkan makanan, kita sekeluarga makan bersama. Mataku sekilas menatap perempuan di sampingku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxKrMC1doDZ
Mama? Meski penampilan Mama kini bercadar, aku hafal sorot mata Mama. Berkali-kali aku menatap Mama, namun Mama membuang muka tak mau menatapku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8NNOgKWRcJ
Acara makan bersama pun dimulai. Tanpa suara, hanya ada keheningan. Dengan mata yang saling bertaut, mengucapkan kata. Dari Mama, yang menyimpan sejuta rahasia. Ahsan yang menatapku dengan tatapan yang tak kukenal, berbeda dari sebelumnya. Dan yang terakhir, Akbar yang menyiratkan keputusasaan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMRqfetqvuw
Sesekali kuhela nafasku, merasakan keheningan yang terkesan janggal. Namun, apakah ini sekedar perasaanku atau keheningan yang sengaja diciptakan di meja makan, aku sama sekali tak tau.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx0Pj8rDw1E
*******
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh4sW8P8ljR
Hari ini aku dan Akbar menginap di rumah Pak Aziz, mertuaku. Meski aku mencoba beradaptasi saat bertemu Umi Jamilah. Namun, perasaan janggal tetap membuatku gelisah. Menghadap ke kiri, lalu karena tak kunjung bisa tidur. Kucoba membalikkan tubuhku, dengan menghadap ke kanan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgevC2pBvtA
Karena merasa tak tenang, akhirnya kuputuskan keluar kamar, sekedar untuk sholat lail.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZw2gGaYUjB
Setelah aku keluar kamar, rumah begitu sepi. Lalu kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi meski suasana rumah ini sedikit menggangguku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqXZPBsBo78
"Eh..." Saat aku berjalan menunduk, aku menabrak Ahsan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuyc2v4FN8o
Kita saling menatap cukup lama. Saat aku berjalan ke kanan, aku menabrak Ahsan yang berjalan ke kanan juga. Lalu aku berjalan ke kiri, lagi-lagi aku menabrak Ahsan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbExPXdGbyS
"Ma'af..." kataku tersenyum sambil menundukkan pandangan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXyvnr0E67d
"Hehe, nggak apa-apa, Ci," kata Ahsan, dengan tersenyum juga.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjQkEch2v5g
Ahsan memberiku jalan untuk lewat. Dan aku pun berjalan dengan menunduk ke arah kamar mandi.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡus8GSWhyOx
Selesai berwudhu, aku kembali ke kamar. Entah kenapa, aku tak berani membangunkan Akbar. Kata Akbar, di dalam rumah, ada mushola kecil yang biasanya untuk sholat jama'ah sekeluarga. Namun, karena aku tak tau dimana letaknya, akhirnya aku memutuskan untuk sholat di kamar saja.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLOQhjo06Oy
Baru saja, aku membaca bacaan iftitah. Pikiranku melayang, membayangkan saat aku menabrak Ahsan di dekat kamar mandi. Berkali-kali kutepis, namun bayangan itu kembali muncul dan muncul lagi. Terus terbayang sampai bacaan terakhirku di posisi tasyahud akhir.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ81yb8sVhES
Selesei membaca salam, kulihat Akbar terbangun lalu duduk menatapku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡB3jsSxi9Kc
"Udah lama bangunnya?" tanya Akbar tersenyum.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡG1FzoLbkx8
"Belum lama sih, Mas," kataku sambil melipat mukenaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9TgT3itc3b
"Sini!" kata Akbar sambil menarik tanganku agar aku naik ke atas ranjang.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXUiHBnkCq2
Sekarang aku tidur miring ke samping dengan Akbar memelukku dari belakang. Perasaan aneh, tiba-tiba muncul. Pelukan Akbar pada tubuhku, sama sekali tak memberiku kehangatan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8GVnxwoCKw
Semacam ketakutan yang membayang di dalam kepatuhanku. Tubuhku tak mampu menolak, namun perasaanku terasa getir.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoOi9IybnsL
Saat aku memejamkan mataku, mencoba untuk terlelap. Kubuka mataku... Setelah membuka mataku, aku terkejut karena posisiku tak lagi dalam pelukan Akbar. Melainkan dalam posisi terlentang, dengan seseorang sedang penetrasi ke dalam lubang vaginaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ56mBl28mGR
Karena kamar gelap, aku tidak tau siapa yang sedang menyutubuhiku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJPw1cF9YmK
"Ah ah ah, sss ah." Aku berkali-kali mendongakkan wajahku menerima sodokan pada vaginaku. Dengan mata yang terpejam kunikmati sensasi yang kurasakan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsNCYHmOYNY
"Aaaaahh." Aku mendesah sambil mengernyitkan dahiku karena perasaan cemas yang menderaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHjL9dfIHJT
"Aaaaah, menjepit banget."
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjqUsqZG64G
Kucoba mengingat suara yang sepertinya aku kenal. Saat lampu dinyalakan, aku benar-benar kaget.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVqk3Sco0xW
Sekarang aku sedang disetubuhi oleh Pak Aziz. Rasa takutku pun tiba-tiba muncul. Timbul rasa bersalah yang menekan batinku, apalagi saat aku mengingat Akbar memperlakukanku dengan kasar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkcDiAoAJlo
"Abah, jangan!" kucoba dorong tubuh Pak Aziz.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyt2AOLWCKl
"Kenapa bisa seenak ini, Fa? Empot-empotan..."
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNSonxNDaVi
Semakin aku meronta, otot vaginaku mencengkeram penis Pak Aziz lebih erat. Terasa penuh, sampai aku berkali-kali menggelengkan kepalaku karena berusaha menyangkal nikmat yang mulai menjalar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7CSZYWyYAN
"Abah... aaaah." Aku mendesah hebat dengan nafsu yang tertahan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTucTSa3qgR
Pak Aziz mengubah posisinya, dengan aku berada di atas. Aku yang telungkup di atas dada Pak Aziz, sesekali kuputar-putar pinggulku. Penis Pak Aziz di dalam lubangku seakan mengobel-obel penuh. Kurasakan Pak Aziz mengecup kepalaku. Lalu merapikan rambut panjangku yang tergerai, menutupi wajahku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjXCm2eRHJo
"Enak?" tanya Pak Aziz sambil mengangkat wajahku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJgjUnYZGZb
Tak kujawab pertanyaan Pak Aziz. Kurasakan pergolakan batinku yang berkali-kali kutepis. Semakin kusangkal, penyangkalan itu menciptakan sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0sjoABq2Mc
Aku benar-benar tersiksa. Rasa bersalahku justru membawaku pada kenikmatan yang tak terperi.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm02D0Wo12S
"Elm, muah." Pak Aziz mulai melumat bibirku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRjnws54VSt
Dengan mata terpejam, kubalas lumatan Pak Aziz dengan membuka mulutku. Lidah Pak Aziz yang masuk ke dalam rongga mulutku, kurespon dengan lidahku yang membelit lidah Pak Aziz. Menari-nari, saling mengisap.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkaZyjeCqKz
"Buka matamu, Sayang!" kata Pak Aziz.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDpcovstazC
Di sampingku, sedang duduk Akbar yang sedang mengocok penisnya. Penisnya mulai ereksi, namun tak maksimal.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTp3kfAcJbx
"Ah ah ah, Mas suka?" tanyaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡu9eNO6Rku3
"Jalang kamu, Dek!" kata Akbar sambil terus mengocok penisnya.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ4HGxOW8Z0
"Aku bukan jalang, Mas! Jangan hukum aku!" kataku menahan nafsuku sambil merasakan perasaan bersalah.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAa7Rbv5J2I
"Aaaah, nikmat banget, Fa. Mencengkeram, nyedot-nyedot gini," kata Pak Aziz meracau.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk4CF51KPRV
Sekarang aku menegakkan tubuhku dalam posisi woman on top. Dengan masih memakai dress panjang, aku naik turun di atas tubuh Pak Aziz.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd40wxjmTZa
"Ah ah ah, enak banget," kataku sambil memejamkan mataku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGNMheReg41
Pak Aziz menarik tubuhku dan kita kembali berciuman. Dengan mata terpejam, kurasakan Pak Aziz mengentak-entakkan penisnya agar masuk lebih dalam ke dalam lubang vaginaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGM4k6ONp3t
Udara semakin panas, sampai peluhku membasahi dress panjangku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHXIKD2laA7
"Aaaaahhh." Tubuhku melengkung, aku mengalami orgasmeku yang pertama.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhhTymlyQXL
Lalu tubuhku ambruk ke atas tubuh Pak Aziz. Pak Aziz yang memelukku berguling untuk mengubah posisi. Setelah aku dalam posisi terlentang, Pak Aziz melepas dress panjangku yang sudah basah oleh keringat.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6mG4CPBcbV
Senyum cabul Pak Aziz kembali nampak, dengan perlahan cup braku yang berwarna putih diangkat ke atas.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡElNwAO4SlW
Kubuang mukaku ke samping karena perasaan malu yang menyergapku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKiIQGA5eRc
"Kamu cantik..." kata Pak Aziz.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpQ0Xu4PMvu
Akbar duduk mendekat ke arahku untuk menyeka keringat di dahiku. Lalu aku tersenyum menatap Akbar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡufTQ42EEVP
"Enak?" tanya Akbar sambil tangannya mengocok penisnya yang tak kunjung ereksi dengan sempurna.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSls02ReOib
Kutatap penis Akbar dengan tersenyum. "Kenapa? Mau ngejek aku?" tanya Akbar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIUQInzJ4wr
"Nggak kok, Mas," kataku yang masih dalam kondisi tersenyum, namun tatapanku beralih ke wajah Akbar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe6pg03oj32
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYz7yJwkRYA
Kutatap Akbar meminta persetujuan. "Terserah kamu..." kata Akbar turun dari ranjang sambil merapikan celananya.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmPDZERrtGp
"Mas?"
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa3gDeanJk4
"Apa?" tanya Akbar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrCNaMuGPaQ
"A... aku..."aku tak melanjutkan kata-kataku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4Ei8vG8son
Tanpa persetujuan dariku, Pak Aziz kembali memompa penisnya ke dalam vaginaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWGGKs76tMR
"Aaaaaah..."
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpoRSXTQrj1
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz sambil mempercepat sodokan penisnya ke dalam vaginaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ86VcdBDGb8
Kugeleng-gelengkan kepalaku, aku takut Akbar kembali kasar padaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGMOOjRPgz0
"Nggak mau lanjut?" tanya Pak Aziz.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSUKtqhh4kh
Setelah penis Pak Aziz keluar dari dalam vaginaku, terasa ada yang hilang.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmGYOLsFZsT
"Kok mukanya gitu?" tanya Pak Aziz sambil memegang penisnya yang menegang besar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyXU0JTt4hR
Kugigit bibir bawahku sambil jari tanganku menggesek bibir vaginaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPjN38XH7BG
"Ssss, aaaah." Kupejamkan mataku menahan hasrat yang benar-benar tertahan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡu3NVcFEJl6
"Lepas aja, Fa! Nggak usah ditahan!" kata Pak Aziz.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡntACXzsEWi
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. "Nggak bisa, Bah... ssssh aaaah."
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTPIdvQOQP6
Sekejap kubuka mataku untuk menatap Akbar. Ada seringai di wajahnya.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4eoTE5xMmz
Saat Pak Aziz turun dari ranjang dan memakai celananya kembali. Dengan perasaan takut, malu, merasa bersalah kuucapkan satu patah kata dengan bibir bergetar.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo28Nzffu9y
"Abah..."
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKhupakX88u
"Iya?" Pak Aziz menoleh ke arahku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzj6eQEtfSF
"Lanjut!" kataku malu-malu dengan membuang mukaku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkoTeUDheSR
Kulihat Ahsan masuk ke dalam kamar. "Sekarang giliranku, Ci..."
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGh8uSnXKSV
Spontan, kutarik selimut yang berada di sampingku untuk menutupi ketelanjanganku. Aku benar-benar malu.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsSa2qys6xO
Ahsan pun naik ke atas ranjang, lalu dengan senyum hangatnya mencoba menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTxyaEAarGJ
"Jangan! Aku malu..." kataku.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXKdWIR2Lxn
"Kenapa malu, Ci?" tanya Ahsan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbHyCdXcXSE
Kuhela nafasku, lalu kupandang Akbar. Akbar yang tau aku menatapnya, membuang mukanya ke samping.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAIacmwUqXH
"Sssssh, aaaah." Ahsan menindihku sambil tangannya meremas dadaku yang masih tertutup selimut.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1TJqJgmyxe
"Menggemaskan!" kata Ahsan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6BIhDGxvMl
Ahsan yang sudah telanjang kini masuk ke dalam selimut..
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKkNAeW05iq
"Masih malu, Ci?" tanya Ahsan.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBOhiylq9Vv
Aku tersenyum dengan mengangguk malu-malu.
1101Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVDVNtKgOKd
然後按「加至主畫面」