Sekarang hari kelima pernikahanku. Dan kondisiku masih seperti hari-hari sebelumnya. Tak ada yang berubah, Akbar masih sering memperlakukanku dengan kasar. Setelah aibnya terbongkar, Akbar semakin kejam kepadaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpXs2qRSuL5
Aku tak mampu melawannya, karena mentalku rapuh. Tubuhku pun juga semakin kurus. Kadang kulihat Mbok Darmi berdiri di pojokan dapurku dengan terisak. Dengan sorot mataku, ingin kukatakan jika aku baik-baik saja.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyAvMUVHpGy
Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman terus mengawasiku dari jauh. Tatapan mereka terpancar kesedihan yang terlihat dari raut wajah mereka. Saat mereka berusaha menolongku, aku mencegahnya. Sudah cukup aku melibatkan orang-orang yang tak bersalah, ikut merasakan pedih seperti yang kurasakan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡI8P4gi7emK
"Mas, ampun!" kataku terisak karena tanganku terikat dengan kaki menekuk ke atas, yang terikat ke tanganku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCIzYyaZxlz
Kondisiku yang sedang telanjang disiksa habis-habisan dengan dildo machine gun yang terus keluar masuk vaginaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrPhe2DG6Wm
Tak ada perasaan nikmat sedikit pun. Setiap sodokan yang masuk membekas. Ini perkosaan, yang semakin merusak mentalku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFQ4oAk5AVW
Tangisku, bahkan permohonanku agar Akbar menghentikan kegilaannya sia-sia. Akbar tak peduli dengan siksaan yang menderaku. Ia terus mengejekku dengan sebutan melecehkan sambil menyiksaku secara seksual.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDfQ4ntEnqp
"Hahaha, sundal sundal. Bukan salahku kalo aku ejakulasi dini. Itu kesalahanmu, perempuan sundal," kata Akbar dengan suara meninggi.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡClpOBCIsAJ
"Aku nggak nyalahin kamu, Mas. Tolong, jangan siksa aku kayak gini!" kataku merintih.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhtT1coJaWq
Akbar menunduk ke arah wajahku, dengan tatapan yang menusuk ulu hatiku. "Heh, sundal? Andai aja kamu bukan bispak, aku nggak bakal kayak gini," kata Akbar mendengus.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgLlpTqwPTw
"Kenapa nyalahin aku? Aaaahh ssss, Mas. Hentikan!" kataku memohon.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLUx5I7imca
"Oh jadi kamu nggak mau disalahin?" tanya Akbar sambil menekan remot agar dildo itu bergerak dengan tempo lebih cepat.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡscChCj6MMM
"Aah ahh ah, Mas!" Tubuhku melengkung, mengejang hebat. Sampai orgasmeku pun sama sekali tak meninggalkan kepuasan. Dan psikisku menekan dorongan seksualku menjadi menyakitkan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4XniklVWsI
Dengan perasaan menyiksa setelah orgasmeku yang pertama. Kucoba mengatur ulang mentalku yang kini hancur terserak. Sambil kurangkai akal sehatku, kuedarkan pandanganku ke arah Akbar yang kini telanjang. Batang penisnya yang jumbo bergelayut, menggelantung layu.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx7vctoEeZE
Aku mengernyitkan dahiku. Tak ada sedikit pun keinginan untuk mengejek. Namun, ada yang menggelitik pikiranku. Apakah ini coping mechanism? Untuk menutupi kelemahan dan rasa sakit yang disembunyikan?
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeADHWzCNeA
Memikirkan itu, caraku memandang Akbar berubah. Semakin keras Akbar menciptakan persona dirinya, yang seakan-akan dirinya bukan laki-laki pecundang. Aku merasa kasian, karena cara menyembunyikan kelemahannya justru membuatnya menderita.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvIQtP72MnE
"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Akbar dengan suara meninggi.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSr0xCDn2BL
"Engga, Mas... Aaaah ssssh."
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXml3jdECJL
Mesin dildo semakin cepat keluar masuk vaginaku. Nafsuku yang sempat tertahan kucoba lepas. Namun itu tak mudah, karena psikisku belum pulih sepenuhnya.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa3yGWXfjae
"Ah ah ah, ssssh ah." Aku mendesah-desah tertahan, dengan mata terpejam. Tubuhku pun terlonjak-lonjak tak terkendali.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAiSiJcx5Qc
Kutatap Akbar sekilas. Wajahnya berubah menjadi murung yang menyiratkan ketidaksukaan. Di dalam hati, aku hanya bisa menerka. Mungkin, Akbar cemburu menatapku, yang mulai menikmati dildo keluar masuk lubangku. Dari sorot matanya, ada keputusasaan yang terpancar. Ia pun mengembuskan nafas panjang, sambil membanting tubuhnya ke atas kursi dengan tangannya yang tak berhenti menjambak rambutnya. Meski aku tak begitu mendengar apa yang diucapkan Akbar. Terdengar sayup-sayup, Akbar menyalahkan dirinya sendiri.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHT5fuGJULx
Lalu Akbar bangkit dari duduknya, berjalan mondar-mandir seperti frustasi. Yang berkali-kali merutuki dirinya sendiri, memaki, mengucapkan sumpah serapah.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ2Ok3aDn8U
Diambilnya remot dildo machine gun dari sakunya. Kurasakan dildo yang masuk ke dalam vaginaku berhenti bergerak. Akbar dengan wajahnya yang kusut mendekatiku, melepas ikatan di kaki dan tanganku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYO0V032e5U
"Sana mandi!" kata Akbar dengan suara lemah.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRjak7pTzVi
Kutatap Akbar dengan pandangan iba. Sepertinya Akbar tau gelagatku, yang sedang mengamatinya.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHPgOhxo0Zp
"Kenapa?" tanya Akbar sinis.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEvf4z6KLJy
"Nggak, Mas!" kataku sambil menunduk.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjCNfZds3UT
Saat aku berusaha bangkit, berdiri. Selangkanganku begitu perih. Rasanya ingin menangis saja, melihat vaginaku yang lebam. Yang awalnya berwarna putih kemerahan-merahan, menjadi merah darah dan lebih tebal. Kucoba menyentuhnya, rasanya begitu sakit sampai menjalar ke seluruh tubuhku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡne4MJlH6Ka
"Sakit?" tanya Akbar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmxUBCxo0J0
"Iya, Mas!" kataku sambil meringis menahan sakit.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0OuqDVlBOd
Akbar mendekatiku, lalu memapahku ke dalam kamar mandi.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyX5QIzmYbn
"Makasih," kataku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6BSOBuf2tn
"Udah, buruan mandi! Sebentar lagi kita ke pesantren abahku," kata Akbar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgEHQa8v7on
Aku sempat kaget mendengar yang Akbar ucapkan. Berkali-kali kucoba menenangkan hatiku. Kuharap di pesantren tak terjadi kejadian yang lebih buruk seperti yang kualami saat ini.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8tXSV42ous
*********
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡV4XQnDzj7t
Sekarang aku menuju ke pesantren. Di dalam mobil aku hanya menunduk saja tanpa mengucapkan satu kata pun.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6ngidjG3nW
"Mukanya jangan gitu! Aku nggak mau, Abah sama Umi ngeliat kamu dengan muka kucel kayak gitu!" kata Akbar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNaOaog2N3d
"Iya, Mas!" kataku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ029lUvzm2A
Akbar mengambil sebotol parfum mahal dari kantungnya. "Eh Mas, kok disemprot pake parfum?" tanyaku tak mengerti.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa1dQrZq9Nk
"Udah jangan bawel!" kata Akbar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe3ikU4aLsm
Melihat sikap Akbar yang labil, aku semakin bingung. Kadang Akbar menjadi sosok relijius yang menjalankan Sunnah sepenuh hati. Dan sekarang Akbar menyemprotkan parfum dengan kadar alkohol tinggi ke outfitku. Padahal kemarin, aku berkali-kali ditampar, diikat dengan memberiku makan sekali sehari karena aku tak bisa menjaga adabku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX9LcRdulJy
Aku benar-benar tak mengerti dengan perubahan Akbar. Gara-gara sikapnya yang strict kemarin, mentalitasku menjadi hancur. Bahkan sekarang, perasaan cemas, takut masih menghantuiku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSXjtXTL1zz
Dan saat aku disiksa secara seksual menggunakan dildo, ada yang menahan dorongan seksual dalam diriku. Perasaan takut, seakan mengebiri kepribadianku yang sebelumnya lebih lepas. Aku juga merasa malu, meski itu di depan Mbok Darmi jika auratku tersingkap.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHy6BmPacGW
Ada rasa bersalah, yang terus membayangiku. Aku benar-benar berubah.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡClc4RXDJ6z
"Udah sampai..." kata Akbar memarkir mobilnya di pelataran pesantren.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsLGYJJs7HD
Dengan malu-malu sambil menundukkan pandangan, aku berjalan di samping Akbar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡduDcAPDUNb
"Biasa aja, Dek! Nggak usah malu!" kata Akbar sambil merangkulku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2YtJ8ITgGL
Sekarang Akbar dengan aku yang berdiri di sampingnya berada di depan rumah sederhana yang ada di dalam pesantren.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs2ls7BiOeQ
"Ini rumah siapa, Mas?" tanyaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡft662o0yvW
"Rumah Abah," kata Akbar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL7ka3PRiI1
Entah kenapa jantungku berdetak kencang, teringat masa lalu, saat keluarga Akbar pertamakali melamarku. Keringat dinginku pun, mulai membasahi telapak tanganku yang terbalut oleh handshock.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNzztiByjqP
"Assalamualaikum..."
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWgZQhH98sM
"Wa'alaikum salam. Eh Akbar, mari masuk! Biar Umi panggilin Abah dulu!" kata Umi Jamilah, istrinya Pak Aziz.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUUSlDZo0ja
"Kamu ikut Umi dulu ya Dek!" kata Akbar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdyOHThuQ5m
"Iya, Mas!" kataku menunduk.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHF84UBgytT
"Ayok ikut Umi ke dalam!" kata Umi Jamilah sambil merangkulku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMGWX1NlPfw
Sesampainya di dalam rumah, Umi mengajakku ke dapur. Ternyata Umi sedang memasak. Entah kenapa melihat Umi memasak dan sikap Umi yang ramah padaku, suasana hatiku berubah.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8wvLkoPoZ4
Traumaku seakan memudar. Sesekali aku melirik ke arah Umi Jamilah yang wajahnya tertutup cadar. Dan hanya memperlihatkan matanya saja. Aku suka mata Umi, cantik, berwarna maroon.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡu7t9tehBaP
"Suka masak juga, Fa?" tanya Umi.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVEg34Tds3h
"Eh, em. Saya nggak bisa masak Umi," kataku malu-malu.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkDpul24OgG
"Hehe, nggak apa-apa. Nanti Umi ajarin sampai pinter!" kata Umi ramah.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFWBHwLserU
Baru beberapa menit aku bercengkrama dengan Umi, aku langsung akrab. Mungkin karena pembawaan Umi yang kalem, membuat aku merasa nyaman. Aku tak tau, apakah ini bentuk kerinduanku pada Mama ataukah murni kesanku yang aku peroleh dari Umi Jamilah.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMo2VDQpeHS
Melihat Umi yang cantik, ramah dan kalem, terbersit pikiranku pada Pak Aziz. Aku tak mengerti, kenapa Pak Aziz harus poligami. Sebagai sesama perempuan, aku bisa merasakan apa yang dirasakan Umi Jamilah. Meski Umi tak menceritakan keluh kesahnya, bagaimana perasaannya saat dimadu dengan perempuan lain. Namun, aku bisa mengerti apa yang dirasakan Umi dari sorot matanya yang menyembunyikan sesuatu.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDsAEllp4pl
"Eh, kok ngelamun aja, Fa?" tanya Umi mengagetkanku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa6v7ztIgsE
"Hehe, maaf Umi..." kataku sambil tersenyum malu-malu.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ26d9GuaLTZ
"Nggak baik lho, Fa. Ngelamun gitu!" kata Umi dengan tersenyum.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqVHwCHUtvG
"Iya Umi..." kataku malu-malu sambil menunduk.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5ZwdCLd1WZ
Keramahan Umi, membuatku lupa dengan traumaku. Aku benar-benar tenggelam ke dalam kehangatan seorang ibu. Berada di samping Umi, terasa nyaman seakan beban yang aku tanggung terlepas. Sampai aku pun kembali ceria, meski tertahan oleh pengalaman burukku. Setidaknya, hadirnya Umi bisa menjadi obat untuk menyembuhkan lukaku. Dan kerinduanku pada Mama.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS1lUNam9Qg
Saat aku memasak, aku tersadar dan aku berpikir... Dimana Mama? Sejak tadi, tak kulihat Mama di rumah ini. Aku tau, Pak Aziz memiliki empat istri termasuk Mama. Namun, hanya ada 3 perempuan disini. Salah satunya Umi Jamilah.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdgED4g6EFS
Sebenarnya, aku ingin menanyakan keberadaan Mama pada Umi. Namun, aku takut jika Umi sakit hati. Maka dari itu, aku urungkan niatku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjUKwJaWMb7
"Yuk kita bawa ke ruang keluarga!" kata Umi yang sudah selesei memasak.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmpDhBTb1rX
"Iya, Umi!" kataku dengan wajah menunduk.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBVGdOvldjy
Saat aku mengangkat sayur di wadah, aku berpapasan dengan Ahsan. Mata kita sempat bertemu. Karena perasaan malu, aku menundukkan pandangan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ72tL2MOvB8
Di meja makan, sudah duduk Pak Aziz. Kulihat Pak Aziz menatapku lekat dengan tersenyum. Namun mata nakalnya sudah hilang, berganti dengan tatapan hangat.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbeLceVaUsO
Setelah aku dan Umi selesei menyiapkan makanan, kita sekeluarga makan bersama. Mataku sekilas menatap perempuan di sampingku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡw3TSFgJvmt
Mama? Meski penampilan Mama kini bercadar, aku hafal sorot mata Mama. Berkali-kali aku menatap Mama, namun Mama membuang muka tak mau menatapku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRnWYuakHCD
Acara makan bersama pun dimulai. Tanpa suara, hanya ada keheningan. Dengan mata yang saling bertaut, mengucapkan kata. Dari Mama, yang menyimpan sejuta rahasia. Ahsan yang menatapku dengan tatapan yang tak kukenal, berbeda dari sebelumnya. Dan yang terakhir, Akbar yang menyiratkan keputusasaan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIdqZXXJGyM
Sesekali kuhela nafasku, merasakan keheningan yang terkesan janggal. Namun, apakah ini sekedar perasaanku atau keheningan yang sengaja diciptakan di meja makan, aku sama sekali tak tau.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4frSObgeKV
*******
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6R16X4gOC4
Hari ini aku dan Akbar menginap di rumah Pak Aziz, mertuaku. Meski aku mencoba beradaptasi saat bertemu Umi Jamilah. Namun, perasaan janggal tetap membuatku gelisah. Menghadap ke kiri, lalu karena tak kunjung bisa tidur. Kucoba membalikkan tubuhku, dengan menghadap ke kanan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtBf4hz0r3S
Karena merasa tak tenang, akhirnya kuputuskan keluar kamar, sekedar untuk sholat lail.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4OPw5W5QGb
Setelah aku keluar kamar, rumah begitu sepi. Lalu kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi meski suasana rumah ini sedikit menggangguku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDMWChhNICM
"Eh..." Saat aku berjalan menunduk, aku menabrak Ahsan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW01YOYuAO3
Kita saling menatap cukup lama. Saat aku berjalan ke kanan, aku menabrak Ahsan yang berjalan ke kanan juga. Lalu aku berjalan ke kiri, lagi-lagi aku menabrak Ahsan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0CIexixS9f
"Ma'af..." kataku tersenyum sambil menundukkan pandangan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCzL85lZlTE
"Hehe, nggak apa-apa, Ci," kata Ahsan, dengan tersenyum juga.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiwuhpwAzLC
Ahsan memberiku jalan untuk lewat. Dan aku pun berjalan dengan menunduk ke arah kamar mandi.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ13s9ePCf2z
Selesai berwudhu, aku kembali ke kamar. Entah kenapa, aku tak berani membangunkan Akbar. Kata Akbar, di dalam rumah, ada mushola kecil yang biasanya untuk sholat jama'ah sekeluarga. Namun, karena aku tak tau dimana letaknya, akhirnya aku memutuskan untuk sholat di kamar saja.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡf0nLVPpgW0
Baru saja, aku membaca bacaan iftitah. Pikiranku melayang, membayangkan saat aku menabrak Ahsan di dekat kamar mandi. Berkali-kali kutepis, namun bayangan itu kembali muncul dan muncul lagi. Terus terbayang sampai bacaan terakhirku di posisi tasyahud akhir.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe4f2S39cgq
Selesei membaca salam, kulihat Akbar terbangun lalu duduk menatapku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmdQcq63HzO
"Udah lama bangunnya?" tanya Akbar tersenyum.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrNPtNYdywC
"Belum lama sih, Mas," kataku sambil melipat mukenaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRcnch6brvs
"Sini!" kata Akbar sambil menarik tanganku agar aku naik ke atas ranjang.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa3SVWnO3yH
Sekarang aku tidur miring ke samping dengan Akbar memelukku dari belakang. Perasaan aneh, tiba-tiba muncul. Pelukan Akbar pada tubuhku, sama sekali tak memberiku kehangatan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNidqWM9CmW
Semacam ketakutan yang membayang di dalam kepatuhanku. Tubuhku tak mampu menolak, namun perasaanku terasa getir.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNxNkp3QaaL
Saat aku memejamkan mataku, mencoba untuk terlelap. Kubuka mataku... Setelah membuka mataku, aku terkejut karena posisiku tak lagi dalam pelukan Akbar. Melainkan dalam posisi terlentang, dengan seseorang sedang penetrasi ke dalam lubang vaginaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡf7GGaFFGEF
Karena kamar gelap, aku tidak tau siapa yang sedang menyutubuhiku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKSGESaae88
"Ah ah ah, sss ah." Aku berkali-kali mendongakkan wajahku menerima sodokan pada vaginaku. Dengan mata yang terpejam kunikmati sensasi yang kurasakan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡH5rrcC7XQ1
"Aaaaahh." Aku mendesah sambil mengernyitkan dahiku karena perasaan cemas yang menderaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVPkiGd0OPm
"Aaaaah, menjepit banget."
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1prtJo0nrJ
Kucoba mengingat suara yang sepertinya aku kenal. Saat lampu dinyalakan, aku benar-benar kaget.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoTadACdxCO
Sekarang aku sedang disetubuhi oleh Pak Aziz. Rasa takutku pun tiba-tiba muncul. Timbul rasa bersalah yang menekan batinku, apalagi saat aku mengingat Akbar memperlakukanku dengan kasar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMwFV6DtTJh
"Abah, jangan!" kucoba dorong tubuh Pak Aziz.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhxiXYG47CQ
"Kenapa bisa seenak ini, Fa? Empot-empotan..."
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnjRqQNr1Hf
Semakin aku meronta, otot vaginaku mencengkeram penis Pak Aziz lebih erat. Terasa penuh, sampai aku berkali-kali menggelengkan kepalaku karena berusaha menyangkal nikmat yang mulai menjalar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeLba84lpez
"Abah... aaaah." Aku mendesah hebat dengan nafsu yang tertahan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh6DywZG0XN
Pak Aziz mengubah posisinya, dengan aku berada di atas. Aku yang telungkup di atas dada Pak Aziz, sesekali kuputar-putar pinggulku. Penis Pak Aziz di dalam lubangku seakan mengobel-obel penuh. Kurasakan Pak Aziz mengecup kepalaku. Lalu merapikan rambut panjangku yang tergerai, menutupi wajahku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGJ4fG2A1fD
"Enak?" tanya Pak Aziz sambil mengangkat wajahku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYuoDVBclqj
Tak kujawab pertanyaan Pak Aziz. Kurasakan pergolakan batinku yang berkali-kali kutepis. Semakin kusangkal, penyangkalan itu menciptakan sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnpHAqJnp3C
Aku benar-benar tersiksa. Rasa bersalahku justru membawaku pada kenikmatan yang tak terperi.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuR1bxnyVXX
"Elm, muah." Pak Aziz mulai melumat bibirku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3lDUk3gxpC
Dengan mata terpejam, kubalas lumatan Pak Aziz dengan membuka mulutku. Lidah Pak Aziz yang masuk ke dalam rongga mulutku, kurespon dengan lidahku yang membelit lidah Pak Aziz. Menari-nari, saling mengisap.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQlJ5fS8Hrq
"Buka matamu, Sayang!" kata Pak Aziz.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡteL4Mi44kp
Di sampingku, sedang duduk Akbar yang sedang mengocok penisnya. Penisnya mulai ereksi, namun tak maksimal.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpkWnAGPkJs
"Ah ah ah, Mas suka?" tanyaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW4As3DHGMk
"Jalang kamu, Dek!" kata Akbar sambil terus mengocok penisnya.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4rKOGpaAPc
"Aku bukan jalang, Mas! Jangan hukum aku!" kataku menahan nafsuku sambil merasakan perasaan bersalah.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWHgvIGMb2l
"Aaaah, nikmat banget, Fa. Mencengkeram, nyedot-nyedot gini," kata Pak Aziz meracau.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtMKU3hJL4M
Sekarang aku menegakkan tubuhku dalam posisi woman on top. Dengan masih memakai dress panjang, aku naik turun di atas tubuh Pak Aziz.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGjwukFn7Gt
"Ah ah ah, enak banget," kataku sambil memejamkan mataku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUE9hlJRXEx
Pak Aziz menarik tubuhku dan kita kembali berciuman. Dengan mata terpejam, kurasakan Pak Aziz mengentak-entakkan penisnya agar masuk lebih dalam ke dalam lubang vaginaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnVTxeNae9o
Udara semakin panas, sampai peluhku membasahi dress panjangku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGL6X0ZvRM2
"Aaaaahhh." Tubuhku melengkung, aku mengalami orgasmeku yang pertama.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGDo6dZb7f8
Lalu tubuhku ambruk ke atas tubuh Pak Aziz. Pak Aziz yang memelukku berguling untuk mengubah posisi. Setelah aku dalam posisi terlentang, Pak Aziz melepas dress panjangku yang sudah basah oleh keringat.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ53NZvrim2e
Senyum cabul Pak Aziz kembali nampak, dengan perlahan cup braku yang berwarna putih diangkat ke atas.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9yGRLM0hsL
Kubuang mukaku ke samping karena perasaan malu yang menyergapku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPfKuBPFOKK
"Kamu cantik..." kata Pak Aziz.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqf8FWj2spD
Akbar duduk mendekat ke arahku untuk menyeka keringat di dahiku. Lalu aku tersenyum menatap Akbar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPRjsAeWyPB
"Enak?" tanya Akbar sambil tangannya mengocok penisnya yang tak kunjung ereksi dengan sempurna.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHjcvl3N75G
Kutatap penis Akbar dengan tersenyum. "Kenapa? Mau ngejek aku?" tanya Akbar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQyTEPDQofj
"Nggak kok, Mas," kataku yang masih dalam kondisi tersenyum, namun tatapanku beralih ke wajah Akbar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOHnFUDWtbs
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrF4QtKHErV
Kutatap Akbar meminta persetujuan. "Terserah kamu..." kata Akbar turun dari ranjang sambil merapikan celananya.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCqQmTdyWyV
"Mas?"
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9duxIRFXmL
"Apa?" tanya Akbar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIkZ8SO4gQq
"A... aku..."aku tak melanjutkan kata-kataku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9iuuYak1fK
Tanpa persetujuan dariku, Pak Aziz kembali memompa penisnya ke dalam vaginaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFoXcd2kCMf
"Aaaaaah..."
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8iheuqqTee
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz sambil mempercepat sodokan penisnya ke dalam vaginaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmKkqVWEc65
Kugeleng-gelengkan kepalaku, aku takut Akbar kembali kasar padaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWiJZwfswgI
"Nggak mau lanjut?" tanya Pak Aziz.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4FPNOzaf6U
Setelah penis Pak Aziz keluar dari dalam vaginaku, terasa ada yang hilang.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGtMpMvGVOP
"Kok mukanya gitu?" tanya Pak Aziz sambil memegang penisnya yang menegang besar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡltseMh3yUi
Kugigit bibir bawahku sambil jari tanganku menggesek bibir vaginaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVpiEDts3yp
"Ssss, aaaah." Kupejamkan mataku menahan hasrat yang benar-benar tertahan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡO35Q5Qazns
"Lepas aja, Fa! Nggak usah ditahan!" kata Pak Aziz.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWFhBvPEJnD
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. "Nggak bisa, Bah... ssssh aaaah."
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD6ePPqHf5M
Sekejap kubuka mataku untuk menatap Akbar. Ada seringai di wajahnya.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcx0sbKIyFi
Saat Pak Aziz turun dari ranjang dan memakai celananya kembali. Dengan perasaan takut, malu, merasa bersalah kuucapkan satu patah kata dengan bibir bergetar.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPJX7YkJyhq
"Abah..."
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPx7TMlQQ6b
"Iya?" Pak Aziz menoleh ke arahku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJu9ITaQPEg
"Lanjut!" kataku malu-malu dengan membuang mukaku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpYKWIIsfOV
Kulihat Ahsan masuk ke dalam kamar. "Sekarang giliranku, Ci..."
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkKmeGsSluz
Spontan, kutarik selimut yang berada di sampingku untuk menutupi ketelanjanganku. Aku benar-benar malu.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAtEgnvSqfP
Ahsan pun naik ke atas ranjang, lalu dengan senyum hangatnya mencoba menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhhxoobmbdG
"Jangan! Aku malu..." kataku.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡozmw75BfEz
"Kenapa malu, Ci?" tanya Ahsan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl4W1jCLIDm
Kuhela nafasku, lalu kupandang Akbar. Akbar yang tau aku menatapnya, membuang mukanya ke samping.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoA4JmCCX7n
"Sssssh, aaaah." Ahsan menindihku sambil tangannya meremas dadaku yang masih tertutup selimut.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7AYvksODXp
"Menggemaskan!" kata Ahsan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUAY5ODlcEz
Ahsan yang sudah telanjang kini masuk ke dalam selimut..
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7r7Vc9xxea
"Masih malu, Ci?" tanya Ahsan.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9IlXf80Js3
Aku tersenyum dengan mengangguk malu-malu.
1726Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbHM4N6jiTg
然後按「加至主畫面」