Sekarang hari kelima pernikahanku. Dan kondisiku masih seperti hari-hari sebelumnya. Tak ada yang berubah, Akbar masih sering memperlakukanku dengan kasar. Setelah aibnya terbongkar, Akbar semakin kejam kepadaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQmw01bTJ0s
Aku tak mampu melawannya, karena mentalku rapuh. Tubuhku pun juga semakin kurus. Kadang kulihat Mbok Darmi berdiri di pojokan dapurku dengan terisak. Dengan sorot mataku, ingin kukatakan jika aku baik-baik saja.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdnGJv7sYrQ
Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman terus mengawasiku dari jauh. Tatapan mereka terpancar kesedihan yang terlihat dari raut wajah mereka. Saat mereka berusaha menolongku, aku mencegahnya. Sudah cukup aku melibatkan orang-orang yang tak bersalah, ikut merasakan pedih seperti yang kurasakan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡconKMt89u3
"Mas, ampun!" kataku terisak karena tanganku terikat dengan kaki menekuk ke atas, yang terikat ke tanganku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXjBLpno29q
Kondisiku yang sedang telanjang disiksa habis-habisan dengan dildo machine gun yang terus keluar masuk vaginaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9KNlpzdMd6
Tak ada perasaan nikmat sedikit pun. Setiap sodokan yang masuk membekas. Ini perkosaan, yang semakin merusak mentalku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMs97YYmemS
Tangisku, bahkan permohonanku agar Akbar menghentikan kegilaannya sia-sia. Akbar tak peduli dengan siksaan yang menderaku. Ia terus mengejekku dengan sebutan melecehkan sambil menyiksaku secara seksual.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS93uut73n6
"Hahaha, sundal sundal. Bukan salahku kalo aku ejakulasi dini. Itu kesalahanmu, perempuan sundal," kata Akbar dengan suara meninggi.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFUFpXdnu8C
"Aku nggak nyalahin kamu, Mas. Tolong, jangan siksa aku kayak gini!" kataku merintih.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs0xuhbYe3w
Akbar menunduk ke arah wajahku, dengan tatapan yang menusuk ulu hatiku. "Heh, sundal? Andai aja kamu bukan bispak, aku nggak bakal kayak gini," kata Akbar mendengus.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFR4tGIuCZf
"Kenapa nyalahin aku? Aaaahh ssss, Mas. Hentikan!" kataku memohon.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXAQPjybmGj
"Oh jadi kamu nggak mau disalahin?" tanya Akbar sambil menekan remot agar dildo itu bergerak dengan tempo lebih cepat.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNvzErNmsfU
"Aah ahh ah, Mas!" Tubuhku melengkung, mengejang hebat. Sampai orgasmeku pun sama sekali tak meninggalkan kepuasan. Dan psikisku menekan dorongan seksualku menjadi menyakitkan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdqzfzMbtwa
Dengan perasaan menyiksa setelah orgasmeku yang pertama. Kucoba mengatur ulang mentalku yang kini hancur terserak. Sambil kurangkai akal sehatku, kuedarkan pandanganku ke arah Akbar yang kini telanjang. Batang penisnya yang jumbo bergelayut, menggelantung layu.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtelceDlV4t
Aku mengernyitkan dahiku. Tak ada sedikit pun keinginan untuk mengejek. Namun, ada yang menggelitik pikiranku. Apakah ini coping mechanism? Untuk menutupi kelemahan dan rasa sakit yang disembunyikan?
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg1VYslALU6
Memikirkan itu, caraku memandang Akbar berubah. Semakin keras Akbar menciptakan persona dirinya, yang seakan-akan dirinya bukan laki-laki pecundang. Aku merasa kasian, karena cara menyembunyikan kelemahannya justru membuatnya menderita.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX6gsovefVj
"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Akbar dengan suara meninggi.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdikd6V3Q9a
"Engga, Mas... Aaaah ssssh."
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ19QxophU5U
Mesin dildo semakin cepat keluar masuk vaginaku. Nafsuku yang sempat tertahan kucoba lepas. Namun itu tak mudah, karena psikisku belum pulih sepenuhnya.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJqKBY2EhSi
"Ah ah ah, ssssh ah." Aku mendesah-desah tertahan, dengan mata terpejam. Tubuhku pun terlonjak-lonjak tak terkendali.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJLaCTmLeZR
Kutatap Akbar sekilas. Wajahnya berubah menjadi murung yang menyiratkan ketidaksukaan. Di dalam hati, aku hanya bisa menerka. Mungkin, Akbar cemburu menatapku, yang mulai menikmati dildo keluar masuk lubangku. Dari sorot matanya, ada keputusasaan yang terpancar. Ia pun mengembuskan nafas panjang, sambil membanting tubuhnya ke atas kursi dengan tangannya yang tak berhenti menjambak rambutnya. Meski aku tak begitu mendengar apa yang diucapkan Akbar. Terdengar sayup-sayup, Akbar menyalahkan dirinya sendiri.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWauS1GvjcU
Lalu Akbar bangkit dari duduknya, berjalan mondar-mandir seperti frustasi. Yang berkali-kali merutuki dirinya sendiri, memaki, mengucapkan sumpah serapah.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSX2RGvBnj4
Diambilnya remot dildo machine gun dari sakunya. Kurasakan dildo yang masuk ke dalam vaginaku berhenti bergerak. Akbar dengan wajahnya yang kusut mendekatiku, melepas ikatan di kaki dan tanganku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK635gO5SAL
"Sana mandi!" kata Akbar dengan suara lemah.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ27ZTmcfAgI
Kutatap Akbar dengan pandangan iba. Sepertinya Akbar tau gelagatku, yang sedang mengamatinya.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfI9UUZOwHo
"Kenapa?" tanya Akbar sinis.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQZvGyOaQcX
"Nggak, Mas!" kataku sambil menunduk.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbtv0dcjI5q
Saat aku berusaha bangkit, berdiri. Selangkanganku begitu perih. Rasanya ingin menangis saja, melihat vaginaku yang lebam. Yang awalnya berwarna putih kemerahan-merahan, menjadi merah darah dan lebih tebal. Kucoba menyentuhnya, rasanya begitu sakit sampai menjalar ke seluruh tubuhku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHx9UYZfkbY
"Sakit?" tanya Akbar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTApkd0Rv5u
"Iya, Mas!" kataku sambil meringis menahan sakit.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9iAl4PL8WX
Akbar mendekatiku, lalu memapahku ke dalam kamar mandi.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBSljOG7VEQ
"Makasih," kataku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtJRTFub2le
"Udah, buruan mandi! Sebentar lagi kita ke pesantren abahku," kata Akbar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzkX1ZOSZ2Y
Aku sempat kaget mendengar yang Akbar ucapkan. Berkali-kali kucoba menenangkan hatiku. Kuharap di pesantren tak terjadi kejadian yang lebih buruk seperti yang kualami saat ini.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjKZyWltXvj
*********
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGzrNybNhxm
Sekarang aku menuju ke pesantren. Di dalam mobil aku hanya menunduk saja tanpa mengucapkan satu kata pun.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡw7OllV5DqF
"Mukanya jangan gitu! Aku nggak mau, Abah sama Umi ngeliat kamu dengan muka kucel kayak gitu!" kata Akbar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaxugGhFiO4
"Iya, Mas!" kataku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUCMbYmT08W
Akbar mengambil sebotol parfum mahal dari kantungnya. "Eh Mas, kok disemprot pake parfum?" tanyaku tak mengerti.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOoj58Mhuaz
"Udah jangan bawel!" kata Akbar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpJGUzDtQ91
Melihat sikap Akbar yang labil, aku semakin bingung. Kadang Akbar menjadi sosok relijius yang menjalankan Sunnah sepenuh hati. Dan sekarang Akbar menyemprotkan parfum dengan kadar alkohol tinggi ke outfitku. Padahal kemarin, aku berkali-kali ditampar, diikat dengan memberiku makan sekali sehari karena aku tak bisa menjaga adabku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo5q11lk94P
Aku benar-benar tak mengerti dengan perubahan Akbar. Gara-gara sikapnya yang strict kemarin, mentalitasku menjadi hancur. Bahkan sekarang, perasaan cemas, takut masih menghantuiku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcF00wG3TqZ
Dan saat aku disiksa secara seksual menggunakan dildo, ada yang menahan dorongan seksual dalam diriku. Perasaan takut, seakan mengebiri kepribadianku yang sebelumnya lebih lepas. Aku juga merasa malu, meski itu di depan Mbok Darmi jika auratku tersingkap.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl5XdrgOsX9
Ada rasa bersalah, yang terus membayangiku. Aku benar-benar berubah.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoM3eOUfa6S
"Udah sampai..." kata Akbar memarkir mobilnya di pelataran pesantren.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP5Qt3mL0Bi
Dengan malu-malu sambil menundukkan pandangan, aku berjalan di samping Akbar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBoM2f4AFIt
"Biasa aja, Dek! Nggak usah malu!" kata Akbar sambil merangkulku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUwumCVBQNK
Sekarang Akbar dengan aku yang berdiri di sampingnya berada di depan rumah sederhana yang ada di dalam pesantren.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFhRNL1k3KW
"Ini rumah siapa, Mas?" tanyaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMI6iLvdp6R
"Rumah Abah," kata Akbar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYoQkPIu4TE
Entah kenapa jantungku berdetak kencang, teringat masa lalu, saat keluarga Akbar pertamakali melamarku. Keringat dinginku pun, mulai membasahi telapak tanganku yang terbalut oleh handshock.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDPZi4Qs5Z6
"Assalamualaikum..."
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCXh2IJwTVd
"Wa'alaikum salam. Eh Akbar, mari masuk! Biar Umi panggilin Abah dulu!" kata Umi Jamilah, istrinya Pak Aziz.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡT2gDrTztjR
"Kamu ikut Umi dulu ya Dek!" kata Akbar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtFsOFtB2rM
"Iya, Mas!" kataku menunduk.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCs99zCAWl7
"Ayok ikut Umi ke dalam!" kata Umi Jamilah sambil merangkulku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtKxGQ68iS7
Sesampainya di dalam rumah, Umi mengajakku ke dapur. Ternyata Umi sedang memasak. Entah kenapa melihat Umi memasak dan sikap Umi yang ramah padaku, suasana hatiku berubah.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbzpN9OF6o6
Traumaku seakan memudar. Sesekali aku melirik ke arah Umi Jamilah yang wajahnya tertutup cadar. Dan hanya memperlihatkan matanya saja. Aku suka mata Umi, cantik, berwarna maroon.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvsjyZNv7OT
"Suka masak juga, Fa?" tanya Umi.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIVBhvFmIzJ
"Eh, em. Saya nggak bisa masak Umi," kataku malu-malu.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4TrDLSNkP4
"Hehe, nggak apa-apa. Nanti Umi ajarin sampai pinter!" kata Umi ramah.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpaqFdspp1P
Baru beberapa menit aku bercengkrama dengan Umi, aku langsung akrab. Mungkin karena pembawaan Umi yang kalem, membuat aku merasa nyaman. Aku tak tau, apakah ini bentuk kerinduanku pada Mama ataukah murni kesanku yang aku peroleh dari Umi Jamilah.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAvagbMu4j3
Melihat Umi yang cantik, ramah dan kalem, terbersit pikiranku pada Pak Aziz. Aku tak mengerti, kenapa Pak Aziz harus poligami. Sebagai sesama perempuan, aku bisa merasakan apa yang dirasakan Umi Jamilah. Meski Umi tak menceritakan keluh kesahnya, bagaimana perasaannya saat dimadu dengan perempuan lain. Namun, aku bisa mengerti apa yang dirasakan Umi dari sorot matanya yang menyembunyikan sesuatu.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm0EPPYAT0T
"Eh, kok ngelamun aja, Fa?" tanya Umi mengagetkanku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ56YJssfrSf
"Hehe, maaf Umi..." kataku sambil tersenyum malu-malu.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfTnAa73RYG
"Nggak baik lho, Fa. Ngelamun gitu!" kata Umi dengan tersenyum.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡv5nTLXhYXM
"Iya Umi..." kataku malu-malu sambil menunduk.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ73i0gp5lXa
Keramahan Umi, membuatku lupa dengan traumaku. Aku benar-benar tenggelam ke dalam kehangatan seorang ibu. Berada di samping Umi, terasa nyaman seakan beban yang aku tanggung terlepas. Sampai aku pun kembali ceria, meski tertahan oleh pengalaman burukku. Setidaknya, hadirnya Umi bisa menjadi obat untuk menyembuhkan lukaku. Dan kerinduanku pada Mama.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡciJsZ7UgkW
Saat aku memasak, aku tersadar dan aku berpikir... Dimana Mama? Sejak tadi, tak kulihat Mama di rumah ini. Aku tau, Pak Aziz memiliki empat istri termasuk Mama. Namun, hanya ada 3 perempuan disini. Salah satunya Umi Jamilah.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3czlTJZ6gQ
Sebenarnya, aku ingin menanyakan keberadaan Mama pada Umi. Namun, aku takut jika Umi sakit hati. Maka dari itu, aku urungkan niatku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡslf2QSG8wu
"Yuk kita bawa ke ruang keluarga!" kata Umi yang sudah selesei memasak.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJfvs3v0XoP
"Iya, Umi!" kataku dengan wajah menunduk.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9arHsTZppc
Saat aku mengangkat sayur di wadah, aku berpapasan dengan Ahsan. Mata kita sempat bertemu. Karena perasaan malu, aku menundukkan pandangan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡksOqIxBiIG
Di meja makan, sudah duduk Pak Aziz. Kulihat Pak Aziz menatapku lekat dengan tersenyum. Namun mata nakalnya sudah hilang, berganti dengan tatapan hangat.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdLKBvGizyL
Setelah aku dan Umi selesei menyiapkan makanan, kita sekeluarga makan bersama. Mataku sekilas menatap perempuan di sampingku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrTmeVc9CSR
Mama? Meski penampilan Mama kini bercadar, aku hafal sorot mata Mama. Berkali-kali aku menatap Mama, namun Mama membuang muka tak mau menatapku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDCTnmhczl3
Acara makan bersama pun dimulai. Tanpa suara, hanya ada keheningan. Dengan mata yang saling bertaut, mengucapkan kata. Dari Mama, yang menyimpan sejuta rahasia. Ahsan yang menatapku dengan tatapan yang tak kukenal, berbeda dari sebelumnya. Dan yang terakhir, Akbar yang menyiratkan keputusasaan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh4EgQ2GG41
Sesekali kuhela nafasku, merasakan keheningan yang terkesan janggal. Namun, apakah ini sekedar perasaanku atau keheningan yang sengaja diciptakan di meja makan, aku sama sekali tak tau.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYEmruvRPO8
*******
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMiZEqDnuHt
Hari ini aku dan Akbar menginap di rumah Pak Aziz, mertuaku. Meski aku mencoba beradaptasi saat bertemu Umi Jamilah. Namun, perasaan janggal tetap membuatku gelisah. Menghadap ke kiri, lalu karena tak kunjung bisa tidur. Kucoba membalikkan tubuhku, dengan menghadap ke kanan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjcGNfWJ0uH
Karena merasa tak tenang, akhirnya kuputuskan keluar kamar, sekedar untuk sholat lail.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxzaLpsimXI
Setelah aku keluar kamar, rumah begitu sepi. Lalu kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi meski suasana rumah ini sedikit menggangguku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKFkvndUnSS
"Eh..." Saat aku berjalan menunduk, aku menabrak Ahsan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzDGjnGxnPd
Kita saling menatap cukup lama. Saat aku berjalan ke kanan, aku menabrak Ahsan yang berjalan ke kanan juga. Lalu aku berjalan ke kiri, lagi-lagi aku menabrak Ahsan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCg2zh82Xsc
"Ma'af..." kataku tersenyum sambil menundukkan pandangan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWEhYmrvyrO
"Hehe, nggak apa-apa, Ci," kata Ahsan, dengan tersenyum juga.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxa7jjobcJQ
Ahsan memberiku jalan untuk lewat. Dan aku pun berjalan dengan menunduk ke arah kamar mandi.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8fkNLN8G4O
Selesai berwudhu, aku kembali ke kamar. Entah kenapa, aku tak berani membangunkan Akbar. Kata Akbar, di dalam rumah, ada mushola kecil yang biasanya untuk sholat jama'ah sekeluarga. Namun, karena aku tak tau dimana letaknya, akhirnya aku memutuskan untuk sholat di kamar saja.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUibYAZ2uNf
Baru saja, aku membaca bacaan iftitah. Pikiranku melayang, membayangkan saat aku menabrak Ahsan di dekat kamar mandi. Berkali-kali kutepis, namun bayangan itu kembali muncul dan muncul lagi. Terus terbayang sampai bacaan terakhirku di posisi tasyahud akhir.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡff6GeuuKdg
Selesei membaca salam, kulihat Akbar terbangun lalu duduk menatapku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡISx8BWHYbo
"Udah lama bangunnya?" tanya Akbar tersenyum.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSoaWyiF4Xz
"Belum lama sih, Mas," kataku sambil melipat mukenaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6wgYW5aSH3
"Sini!" kata Akbar sambil menarik tanganku agar aku naik ke atas ranjang.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCNCJn1E7QN
Sekarang aku tidur miring ke samping dengan Akbar memelukku dari belakang. Perasaan aneh, tiba-tiba muncul. Pelukan Akbar pada tubuhku, sama sekali tak memberiku kehangatan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzNAoVT3tSR
Semacam ketakutan yang membayang di dalam kepatuhanku. Tubuhku tak mampu menolak, namun perasaanku terasa getir.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWBHZ2HP5jm
Saat aku memejamkan mataku, mencoba untuk terlelap. Kubuka mataku... Setelah membuka mataku, aku terkejut karena posisiku tak lagi dalam pelukan Akbar. Melainkan dalam posisi terlentang, dengan seseorang sedang penetrasi ke dalam lubang vaginaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7iXIhiIyNE
Karena kamar gelap, aku tidak tau siapa yang sedang menyutubuhiku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBtEnry3TgC
"Ah ah ah, sss ah." Aku berkali-kali mendongakkan wajahku menerima sodokan pada vaginaku. Dengan mata yang terpejam kunikmati sensasi yang kurasakan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbPHvnCGQlm
"Aaaaahh." Aku mendesah sambil mengernyitkan dahiku karena perasaan cemas yang menderaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5u9gQIY4Hr
"Aaaaah, menjepit banget."
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZXpSq2vFFh
Kucoba mengingat suara yang sepertinya aku kenal. Saat lampu dinyalakan, aku benar-benar kaget.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡECnYNQXdQc
Sekarang aku sedang disetubuhi oleh Pak Aziz. Rasa takutku pun tiba-tiba muncul. Timbul rasa bersalah yang menekan batinku, apalagi saat aku mengingat Akbar memperlakukanku dengan kasar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhlg261PbHM
"Abah, jangan!" kucoba dorong tubuh Pak Aziz.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh6K1XALQQW
"Kenapa bisa seenak ini, Fa? Empot-empotan..."
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoBJBYPb9hG
Semakin aku meronta, otot vaginaku mencengkeram penis Pak Aziz lebih erat. Terasa penuh, sampai aku berkali-kali menggelengkan kepalaku karena berusaha menyangkal nikmat yang mulai menjalar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPNzXdoGa5v
"Abah... aaaah." Aku mendesah hebat dengan nafsu yang tertahan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5grjxZOafa
Pak Aziz mengubah posisinya, dengan aku berada di atas. Aku yang telungkup di atas dada Pak Aziz, sesekali kuputar-putar pinggulku. Penis Pak Aziz di dalam lubangku seakan mengobel-obel penuh. Kurasakan Pak Aziz mengecup kepalaku. Lalu merapikan rambut panjangku yang tergerai, menutupi wajahku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡky9fuSW22m
"Enak?" tanya Pak Aziz sambil mengangkat wajahku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNtdbG72ih1
Tak kujawab pertanyaan Pak Aziz. Kurasakan pergolakan batinku yang berkali-kali kutepis. Semakin kusangkal, penyangkalan itu menciptakan sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWREGv2wdHU
Aku benar-benar tersiksa. Rasa bersalahku justru membawaku pada kenikmatan yang tak terperi.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAIRrHgvj71
"Elm, muah." Pak Aziz mulai melumat bibirku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvNbl83Mvdv
Dengan mata terpejam, kubalas lumatan Pak Aziz dengan membuka mulutku. Lidah Pak Aziz yang masuk ke dalam rongga mulutku, kurespon dengan lidahku yang membelit lidah Pak Aziz. Menari-nari, saling mengisap.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz8Tz5DUvR3
"Buka matamu, Sayang!" kata Pak Aziz.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡted9kormqk
Di sampingku, sedang duduk Akbar yang sedang mengocok penisnya. Penisnya mulai ereksi, namun tak maksimal.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjgSawPiJfN
"Ah ah ah, Mas suka?" tanyaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsNCKqk1t6Z
"Jalang kamu, Dek!" kata Akbar sambil terus mengocok penisnya.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmE76yeNnjK
"Aku bukan jalang, Mas! Jangan hukum aku!" kataku menahan nafsuku sambil merasakan perasaan bersalah.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOEPLOBQV9D
"Aaaah, nikmat banget, Fa. Mencengkeram, nyedot-nyedot gini," kata Pak Aziz meracau.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEjfY3hbiai
Sekarang aku menegakkan tubuhku dalam posisi woman on top. Dengan masih memakai dress panjang, aku naik turun di atas tubuh Pak Aziz.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9rzezdjOje
"Ah ah ah, enak banget," kataku sambil memejamkan mataku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMaC47MwW3h
Pak Aziz menarik tubuhku dan kita kembali berciuman. Dengan mata terpejam, kurasakan Pak Aziz mengentak-entakkan penisnya agar masuk lebih dalam ke dalam lubang vaginaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDJi3hNQ3Pa
Udara semakin panas, sampai peluhku membasahi dress panjangku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡO65g0B4jiR
"Aaaaahhh." Tubuhku melengkung, aku mengalami orgasmeku yang pertama.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCa6WNj8jks
Lalu tubuhku ambruk ke atas tubuh Pak Aziz. Pak Aziz yang memelukku berguling untuk mengubah posisi. Setelah aku dalam posisi terlentang, Pak Aziz melepas dress panjangku yang sudah basah oleh keringat.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡehxVr0h0Mn
Senyum cabul Pak Aziz kembali nampak, dengan perlahan cup braku yang berwarna putih diangkat ke atas.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdeLVsxlS7d
Kubuang mukaku ke samping karena perasaan malu yang menyergapku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡET8QMu9Ppf
"Kamu cantik..." kata Pak Aziz.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡELW5lOaxXl
Akbar duduk mendekat ke arahku untuk menyeka keringat di dahiku. Lalu aku tersenyum menatap Akbar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2wJMRvgcCr
"Enak?" tanya Akbar sambil tangannya mengocok penisnya yang tak kunjung ereksi dengan sempurna.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlfEhsRnQiK
Kutatap penis Akbar dengan tersenyum. "Kenapa? Mau ngejek aku?" tanya Akbar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3RvLjxkYND
"Nggak kok, Mas," kataku yang masih dalam kondisi tersenyum, namun tatapanku beralih ke wajah Akbar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJl45v7MLvl
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhJbFicL9OD
Kutatap Akbar meminta persetujuan. "Terserah kamu..." kata Akbar turun dari ranjang sambil merapikan celananya.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4PDKpGe6aN
"Mas?"
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCqzBOSOr3t
"Apa?" tanya Akbar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQUbneCOcQH
"A... aku..."aku tak melanjutkan kata-kataku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOGPYkwawJb
Tanpa persetujuan dariku, Pak Aziz kembali memompa penisnya ke dalam vaginaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbmc0JyA43s
"Aaaaaah..."
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3xgdvgr48M
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz sambil mempercepat sodokan penisnya ke dalam vaginaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmiD1KcRwQ4
Kugeleng-gelengkan kepalaku, aku takut Akbar kembali kasar padaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK0JQt5tKQv
"Nggak mau lanjut?" tanya Pak Aziz.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvMEzneUNMx
Setelah penis Pak Aziz keluar dari dalam vaginaku, terasa ada yang hilang.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHUPJrIM7eu
"Kok mukanya gitu?" tanya Pak Aziz sambil memegang penisnya yang menegang besar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡETOwm0NtU7
Kugigit bibir bawahku sambil jari tanganku menggesek bibir vaginaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIloJzXmgcy
"Ssss, aaaah." Kupejamkan mataku menahan hasrat yang benar-benar tertahan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡChVQFP2oQF
"Lepas aja, Fa! Nggak usah ditahan!" kata Pak Aziz.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡA9Ylqlhq2C
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. "Nggak bisa, Bah... ssssh aaaah."
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLJ5YCzKY1U
Sekejap kubuka mataku untuk menatap Akbar. Ada seringai di wajahnya.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtnLFTdzwy6
Saat Pak Aziz turun dari ranjang dan memakai celananya kembali. Dengan perasaan takut, malu, merasa bersalah kuucapkan satu patah kata dengan bibir bergetar.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMDIhipTvZd
"Abah..."
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAoaXouiN8K
"Iya?" Pak Aziz menoleh ke arahku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2BleNjEK8J
"Lanjut!" kataku malu-malu dengan membuang mukaku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1WWPDgpyD5
Kulihat Ahsan masuk ke dalam kamar. "Sekarang giliranku, Ci..."
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXMQFGOKiDb
Spontan, kutarik selimut yang berada di sampingku untuk menutupi ketelanjanganku. Aku benar-benar malu.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTca7sdglGK
Ahsan pun naik ke atas ranjang, lalu dengan senyum hangatnya mencoba menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJOaqZr675l
"Jangan! Aku malu..." kataku.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOdjlDCrtyl
"Kenapa malu, Ci?" tanya Ahsan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaezC7lyzdH
Kuhela nafasku, lalu kupandang Akbar. Akbar yang tau aku menatapnya, membuang mukanya ke samping.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnBilFd9QRT
"Sssssh, aaaah." Ahsan menindihku sambil tangannya meremas dadaku yang masih tertutup selimut.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡT5uVepd2Bu
"Menggemaskan!" kata Ahsan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1SQoz6UhGf
Ahsan yang sudah telanjang kini masuk ke dalam selimut..
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOBKyhBwS9U
"Masih malu, Ci?" tanya Ahsan.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡChDqO7UWds
Aku tersenyum dengan mengangguk malu-malu.
1114Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW8SBI7b6Ii
然後按「加至主畫面」