Sekarang hari kelima pernikahanku. Dan kondisiku masih seperti hari-hari sebelumnya. Tak ada yang berubah, Akbar masih sering memperlakukanku dengan kasar. Setelah aibnya terbongkar, Akbar semakin kejam kepadaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqWmyoimh8f
Aku tak mampu melawannya, karena mentalku rapuh. Tubuhku pun juga semakin kurus. Kadang kulihat Mbok Darmi berdiri di pojokan dapurku dengan terisak. Dengan sorot mataku, ingin kukatakan jika aku baik-baik saja.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPhOKwVigNy
Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman terus mengawasiku dari jauh. Tatapan mereka terpancar kesedihan yang terlihat dari raut wajah mereka. Saat mereka berusaha menolongku, aku mencegahnya. Sudah cukup aku melibatkan orang-orang yang tak bersalah, ikut merasakan pedih seperti yang kurasakan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQSp6PR0SYI
"Mas, ampun!" kataku terisak karena tanganku terikat dengan kaki menekuk ke atas, yang terikat ke tanganku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUXQhzabBaT
Kondisiku yang sedang telanjang disiksa habis-habisan dengan dildo machine gun yang terus keluar masuk vaginaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTB1clVZ3Ln
Tak ada perasaan nikmat sedikit pun. Setiap sodokan yang masuk membekas. Ini perkosaan, yang semakin merusak mentalku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2v2Pg8mORh
Tangisku, bahkan permohonanku agar Akbar menghentikan kegilaannya sia-sia. Akbar tak peduli dengan siksaan yang menderaku. Ia terus mengejekku dengan sebutan melecehkan sambil menyiksaku secara seksual.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDzxvllv5Cf
"Hahaha, sundal sundal. Bukan salahku kalo aku ejakulasi dini. Itu kesalahanmu, perempuan sundal," kata Akbar dengan suara meninggi.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2eTmNNVho9
"Aku nggak nyalahin kamu, Mas. Tolong, jangan siksa aku kayak gini!" kataku merintih.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtC0afpdmlx
Akbar menunduk ke arah wajahku, dengan tatapan yang menusuk ulu hatiku. "Heh, sundal? Andai aja kamu bukan bispak, aku nggak bakal kayak gini," kata Akbar mendengus.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡckfjANWXoO
"Kenapa nyalahin aku? Aaaahh ssss, Mas. Hentikan!" kataku memohon.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJryjlp35Eb
"Oh jadi kamu nggak mau disalahin?" tanya Akbar sambil menekan remot agar dildo itu bergerak dengan tempo lebih cepat.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP4lMIOtoaQ
"Aah ahh ah, Mas!" Tubuhku melengkung, mengejang hebat. Sampai orgasmeku pun sama sekali tak meninggalkan kepuasan. Dan psikisku menekan dorongan seksualku menjadi menyakitkan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb4c3h71Wmb
Dengan perasaan menyiksa setelah orgasmeku yang pertama. Kucoba mengatur ulang mentalku yang kini hancur terserak. Sambil kurangkai akal sehatku, kuedarkan pandanganku ke arah Akbar yang kini telanjang. Batang penisnya yang jumbo bergelayut, menggelantung layu.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ01Evs1hwQS
Aku mengernyitkan dahiku. Tak ada sedikit pun keinginan untuk mengejek. Namun, ada yang menggelitik pikiranku. Apakah ini coping mechanism? Untuk menutupi kelemahan dan rasa sakit yang disembunyikan?
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmAWTUZLro5
Memikirkan itu, caraku memandang Akbar berubah. Semakin keras Akbar menciptakan persona dirinya, yang seakan-akan dirinya bukan laki-laki pecundang. Aku merasa kasian, karena cara menyembunyikan kelemahannya justru membuatnya menderita.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3nVmSfp39t
"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Akbar dengan suara meninggi.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUx9wCDHts3
"Engga, Mas... Aaaah ssssh."
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhT7BnNyG9y
Mesin dildo semakin cepat keluar masuk vaginaku. Nafsuku yang sempat tertahan kucoba lepas. Namun itu tak mudah, karena psikisku belum pulih sepenuhnya.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡy7Ks0V9y33
"Ah ah ah, ssssh ah." Aku mendesah-desah tertahan, dengan mata terpejam. Tubuhku pun terlonjak-lonjak tak terkendali.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGEzVb9Ll3f
Kutatap Akbar sekilas. Wajahnya berubah menjadi murung yang menyiratkan ketidaksukaan. Di dalam hati, aku hanya bisa menerka. Mungkin, Akbar cemburu menatapku, yang mulai menikmati dildo keluar masuk lubangku. Dari sorot matanya, ada keputusasaan yang terpancar. Ia pun mengembuskan nafas panjang, sambil membanting tubuhnya ke atas kursi dengan tangannya yang tak berhenti menjambak rambutnya. Meski aku tak begitu mendengar apa yang diucapkan Akbar. Terdengar sayup-sayup, Akbar menyalahkan dirinya sendiri.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgvRLHCkTHq
Lalu Akbar bangkit dari duduknya, berjalan mondar-mandir seperti frustasi. Yang berkali-kali merutuki dirinya sendiri, memaki, mengucapkan sumpah serapah.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcVViJdC21J
Diambilnya remot dildo machine gun dari sakunya. Kurasakan dildo yang masuk ke dalam vaginaku berhenti bergerak. Akbar dengan wajahnya yang kusut mendekatiku, melepas ikatan di kaki dan tanganku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkUHXI7Ejd8
"Sana mandi!" kata Akbar dengan suara lemah.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqFDuiPq8SO
Kutatap Akbar dengan pandangan iba. Sepertinya Akbar tau gelagatku, yang sedang mengamatinya.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwkhXpdQPTG
"Kenapa?" tanya Akbar sinis.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIPdUFcZF8u
"Nggak, Mas!" kataku sambil menunduk.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaZzh4jeLg0
Saat aku berusaha bangkit, berdiri. Selangkanganku begitu perih. Rasanya ingin menangis saja, melihat vaginaku yang lebam. Yang awalnya berwarna putih kemerahan-merahan, menjadi merah darah dan lebih tebal. Kucoba menyentuhnya, rasanya begitu sakit sampai menjalar ke seluruh tubuhku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlfZtzoflsw
"Sakit?" tanya Akbar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzUOyA3eW4i
"Iya, Mas!" kataku sambil meringis menahan sakit.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAnVrbWx2vo
Akbar mendekatiku, lalu memapahku ke dalam kamar mandi.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAheMIrix1m
"Makasih," kataku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg7gmUnTrH2
"Udah, buruan mandi! Sebentar lagi kita ke pesantren abahku," kata Akbar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4vuOgU47VY
Aku sempat kaget mendengar yang Akbar ucapkan. Berkali-kali kucoba menenangkan hatiku. Kuharap di pesantren tak terjadi kejadian yang lebih buruk seperti yang kualami saat ini.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe6UfuHodDd
*********
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIQr6B0duv6
Sekarang aku menuju ke pesantren. Di dalam mobil aku hanya menunduk saja tanpa mengucapkan satu kata pun.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsiptcWTjIA
"Mukanya jangan gitu! Aku nggak mau, Abah sama Umi ngeliat kamu dengan muka kucel kayak gitu!" kata Akbar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8LuTwa1q5N
"Iya, Mas!" kataku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhq6FkA3BKi
Akbar mengambil sebotol parfum mahal dari kantungnya. "Eh Mas, kok disemprot pake parfum?" tanyaku tak mengerti.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6Q8I8pwmAt
"Udah jangan bawel!" kata Akbar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVmly0nvDFu
Melihat sikap Akbar yang labil, aku semakin bingung. Kadang Akbar menjadi sosok relijius yang menjalankan Sunnah sepenuh hati. Dan sekarang Akbar menyemprotkan parfum dengan kadar alkohol tinggi ke outfitku. Padahal kemarin, aku berkali-kali ditampar, diikat dengan memberiku makan sekali sehari karena aku tak bisa menjaga adabku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡko6qliSLFA
Aku benar-benar tak mengerti dengan perubahan Akbar. Gara-gara sikapnya yang strict kemarin, mentalitasku menjadi hancur. Bahkan sekarang, perasaan cemas, takut masih menghantuiku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL2zp8M46Zj
Dan saat aku disiksa secara seksual menggunakan dildo, ada yang menahan dorongan seksual dalam diriku. Perasaan takut, seakan mengebiri kepribadianku yang sebelumnya lebih lepas. Aku juga merasa malu, meski itu di depan Mbok Darmi jika auratku tersingkap.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe55penrjGA
Ada rasa bersalah, yang terus membayangiku. Aku benar-benar berubah.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8bwyk1I3Xy
"Udah sampai..." kata Akbar memarkir mobilnya di pelataran pesantren.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡexRatgPyLk
Dengan malu-malu sambil menundukkan pandangan, aku berjalan di samping Akbar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSOM72GIPAN
"Biasa aja, Dek! Nggak usah malu!" kata Akbar sambil merangkulku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHhfALCEAEz
Sekarang Akbar dengan aku yang berdiri di sampingnya berada di depan rumah sederhana yang ada di dalam pesantren.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlE0ZDJYjZE
"Ini rumah siapa, Mas?" tanyaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4AxYE2v83j
"Rumah Abah," kata Akbar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnjcfcSSZck
Entah kenapa jantungku berdetak kencang, teringat masa lalu, saat keluarga Akbar pertamakali melamarku. Keringat dinginku pun, mulai membasahi telapak tanganku yang terbalut oleh handshock.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW9alo4V0bu
"Assalamualaikum..."
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqD6hhGgsNO
"Wa'alaikum salam. Eh Akbar, mari masuk! Biar Umi panggilin Abah dulu!" kata Umi Jamilah, istrinya Pak Aziz.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJY8Ug6bJgf
"Kamu ikut Umi dulu ya Dek!" kata Akbar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKy7bw1yw3B
"Iya, Mas!" kataku menunduk.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUN2eeScTMz
"Ayok ikut Umi ke dalam!" kata Umi Jamilah sambil merangkulku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrYJPFlMPxF
Sesampainya di dalam rumah, Umi mengajakku ke dapur. Ternyata Umi sedang memasak. Entah kenapa melihat Umi memasak dan sikap Umi yang ramah padaku, suasana hatiku berubah.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqzthgzCEui
Traumaku seakan memudar. Sesekali aku melirik ke arah Umi Jamilah yang wajahnya tertutup cadar. Dan hanya memperlihatkan matanya saja. Aku suka mata Umi, cantik, berwarna maroon.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZblavyjlvu
"Suka masak juga, Fa?" tanya Umi.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlysbsqyWaI
"Eh, em. Saya nggak bisa masak Umi," kataku malu-malu.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyadNk2O8Km
"Hehe, nggak apa-apa. Nanti Umi ajarin sampai pinter!" kata Umi ramah.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd2jneX1Uwm
Baru beberapa menit aku bercengkrama dengan Umi, aku langsung akrab. Mungkin karena pembawaan Umi yang kalem, membuat aku merasa nyaman. Aku tak tau, apakah ini bentuk kerinduanku pada Mama ataukah murni kesanku yang aku peroleh dari Umi Jamilah.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUT0bKPOj72
Melihat Umi yang cantik, ramah dan kalem, terbersit pikiranku pada Pak Aziz. Aku tak mengerti, kenapa Pak Aziz harus poligami. Sebagai sesama perempuan, aku bisa merasakan apa yang dirasakan Umi Jamilah. Meski Umi tak menceritakan keluh kesahnya, bagaimana perasaannya saat dimadu dengan perempuan lain. Namun, aku bisa mengerti apa yang dirasakan Umi dari sorot matanya yang menyembunyikan sesuatu.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm89mRwzFHB
"Eh, kok ngelamun aja, Fa?" tanya Umi mengagetkanku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2s5aaKjoTt
"Hehe, maaf Umi..." kataku sambil tersenyum malu-malu.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡATdihXrzIm
"Nggak baik lho, Fa. Ngelamun gitu!" kata Umi dengan tersenyum.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYrZbJcGYvE
"Iya Umi..." kataku malu-malu sambil menunduk.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCFqsX9GuVo
Keramahan Umi, membuatku lupa dengan traumaku. Aku benar-benar tenggelam ke dalam kehangatan seorang ibu. Berada di samping Umi, terasa nyaman seakan beban yang aku tanggung terlepas. Sampai aku pun kembali ceria, meski tertahan oleh pengalaman burukku. Setidaknya, hadirnya Umi bisa menjadi obat untuk menyembuhkan lukaku. Dan kerinduanku pada Mama.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqMPw2ebtDQ
Saat aku memasak, aku tersadar dan aku berpikir... Dimana Mama? Sejak tadi, tak kulihat Mama di rumah ini. Aku tau, Pak Aziz memiliki empat istri termasuk Mama. Namun, hanya ada 3 perempuan disini. Salah satunya Umi Jamilah.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiDUiRfDpKv
Sebenarnya, aku ingin menanyakan keberadaan Mama pada Umi. Namun, aku takut jika Umi sakit hati. Maka dari itu, aku urungkan niatku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq0SwZMg5JO
"Yuk kita bawa ke ruang keluarga!" kata Umi yang sudah selesei memasak.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNlzuTNIZco
"Iya, Umi!" kataku dengan wajah menunduk.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAN4TmYd4eg
Saat aku mengangkat sayur di wadah, aku berpapasan dengan Ahsan. Mata kita sempat bertemu. Karena perasaan malu, aku menundukkan pandangan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM5xxTHoG7y
Di meja makan, sudah duduk Pak Aziz. Kulihat Pak Aziz menatapku lekat dengan tersenyum. Namun mata nakalnya sudah hilang, berganti dengan tatapan hangat.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbcgZLj9kR0
Setelah aku dan Umi selesei menyiapkan makanan, kita sekeluarga makan bersama. Mataku sekilas menatap perempuan di sampingku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXyTx3rzn5v
Mama? Meski penampilan Mama kini bercadar, aku hafal sorot mata Mama. Berkali-kali aku menatap Mama, namun Mama membuang muka tak mau menatapku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡABamfA0VDa
Acara makan bersama pun dimulai. Tanpa suara, hanya ada keheningan. Dengan mata yang saling bertaut, mengucapkan kata. Dari Mama, yang menyimpan sejuta rahasia. Ahsan yang menatapku dengan tatapan yang tak kukenal, berbeda dari sebelumnya. Dan yang terakhir, Akbar yang menyiratkan keputusasaan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvseLhp0Han
Sesekali kuhela nafasku, merasakan keheningan yang terkesan janggal. Namun, apakah ini sekedar perasaanku atau keheningan yang sengaja diciptakan di meja makan, aku sama sekali tak tau.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnHKyjVVvOG
*******
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS0iY0luPrW
Hari ini aku dan Akbar menginap di rumah Pak Aziz, mertuaku. Meski aku mencoba beradaptasi saat bertemu Umi Jamilah. Namun, perasaan janggal tetap membuatku gelisah. Menghadap ke kiri, lalu karena tak kunjung bisa tidur. Kucoba membalikkan tubuhku, dengan menghadap ke kanan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaeBzxZDYtR
Karena merasa tak tenang, akhirnya kuputuskan keluar kamar, sekedar untuk sholat lail.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM3opmxXggJ
Setelah aku keluar kamar, rumah begitu sepi. Lalu kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi meski suasana rumah ini sedikit menggangguku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡatdvRMj5rf
"Eh..." Saat aku berjalan menunduk, aku menabrak Ahsan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiTazhV1JIh
Kita saling menatap cukup lama. Saat aku berjalan ke kanan, aku menabrak Ahsan yang berjalan ke kanan juga. Lalu aku berjalan ke kiri, lagi-lagi aku menabrak Ahsan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnU1Ya9M5cE
"Ma'af..." kataku tersenyum sambil menundukkan pandangan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡu1dv6sZDa4
"Hehe, nggak apa-apa, Ci," kata Ahsan, dengan tersenyum juga.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIZewDtGWJY
Ahsan memberiku jalan untuk lewat. Dan aku pun berjalan dengan menunduk ke arah kamar mandi.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡifmpJSkx4K
Selesai berwudhu, aku kembali ke kamar. Entah kenapa, aku tak berani membangunkan Akbar. Kata Akbar, di dalam rumah, ada mushola kecil yang biasanya untuk sholat jama'ah sekeluarga. Namun, karena aku tak tau dimana letaknya, akhirnya aku memutuskan untuk sholat di kamar saja.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡf10UmU2LGT
Baru saja, aku membaca bacaan iftitah. Pikiranku melayang, membayangkan saat aku menabrak Ahsan di dekat kamar mandi. Berkali-kali kutepis, namun bayangan itu kembali muncul dan muncul lagi. Terus terbayang sampai bacaan terakhirku di posisi tasyahud akhir.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkO6K6Uu6WD
Selesei membaca salam, kulihat Akbar terbangun lalu duduk menatapku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpPsNHAQbq1
"Udah lama bangunnya?" tanya Akbar tersenyum.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNrQtlrUK6w
"Belum lama sih, Mas," kataku sambil melipat mukenaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2xJeBV2NC9
"Sini!" kata Akbar sambil menarik tanganku agar aku naik ke atas ranjang.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTxyCRtcb8R
Sekarang aku tidur miring ke samping dengan Akbar memelukku dari belakang. Perasaan aneh, tiba-tiba muncul. Pelukan Akbar pada tubuhku, sama sekali tak memberiku kehangatan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUmX1sxqoz4
Semacam ketakutan yang membayang di dalam kepatuhanku. Tubuhku tak mampu menolak, namun perasaanku terasa getir.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhptlCvonIR
Saat aku memejamkan mataku, mencoba untuk terlelap. Kubuka mataku... Setelah membuka mataku, aku terkejut karena posisiku tak lagi dalam pelukan Akbar. Melainkan dalam posisi terlentang, dengan seseorang sedang penetrasi ke dalam lubang vaginaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡF7DbxSHeNt
Karena kamar gelap, aku tidak tau siapa yang sedang menyutubuhiku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBy53ZV4hDM
"Ah ah ah, sss ah." Aku berkali-kali mendongakkan wajahku menerima sodokan pada vaginaku. Dengan mata yang terpejam kunikmati sensasi yang kurasakan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp2NzhdoAI1
"Aaaaahh." Aku mendesah sambil mengernyitkan dahiku karena perasaan cemas yang menderaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaFi4BbHSde
"Aaaaah, menjepit banget."
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe1uUYkug2F
Kucoba mengingat suara yang sepertinya aku kenal. Saat lampu dinyalakan, aku benar-benar kaget.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEYlviSfscL
Sekarang aku sedang disetubuhi oleh Pak Aziz. Rasa takutku pun tiba-tiba muncul. Timbul rasa bersalah yang menekan batinku, apalagi saat aku mengingat Akbar memperlakukanku dengan kasar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWO34SoRES5
"Abah, jangan!" kucoba dorong tubuh Pak Aziz.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDkxOvIxRG2
"Kenapa bisa seenak ini, Fa? Empot-empotan..."
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa2WPYAi9th
Semakin aku meronta, otot vaginaku mencengkeram penis Pak Aziz lebih erat. Terasa penuh, sampai aku berkali-kali menggelengkan kepalaku karena berusaha menyangkal nikmat yang mulai menjalar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1bw8ytOU1b
"Abah... aaaah." Aku mendesah hebat dengan nafsu yang tertahan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡax5ap5aV9G
Pak Aziz mengubah posisinya, dengan aku berada di atas. Aku yang telungkup di atas dada Pak Aziz, sesekali kuputar-putar pinggulku. Penis Pak Aziz di dalam lubangku seakan mengobel-obel penuh. Kurasakan Pak Aziz mengecup kepalaku. Lalu merapikan rambut panjangku yang tergerai, menutupi wajahku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡloOtDcvwRP
"Enak?" tanya Pak Aziz sambil mengangkat wajahku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5w0bfIXFHj
Tak kujawab pertanyaan Pak Aziz. Kurasakan pergolakan batinku yang berkali-kali kutepis. Semakin kusangkal, penyangkalan itu menciptakan sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXokyUtO4gq
Aku benar-benar tersiksa. Rasa bersalahku justru membawaku pada kenikmatan yang tak terperi.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEm6wJcEoth
"Elm, muah." Pak Aziz mulai melumat bibirku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPY9aIQe8kY
Dengan mata terpejam, kubalas lumatan Pak Aziz dengan membuka mulutku. Lidah Pak Aziz yang masuk ke dalam rongga mulutku, kurespon dengan lidahku yang membelit lidah Pak Aziz. Menari-nari, saling mengisap.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJWUfgxg5C5
"Buka matamu, Sayang!" kata Pak Aziz.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡC8IfE60X9o
Di sampingku, sedang duduk Akbar yang sedang mengocok penisnya. Penisnya mulai ereksi, namun tak maksimal.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVG7LVH8DmF
"Ah ah ah, Mas suka?" tanyaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoVjbelprYU
"Jalang kamu, Dek!" kata Akbar sambil terus mengocok penisnya.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxtQc0qKlbw
"Aku bukan jalang, Mas! Jangan hukum aku!" kataku menahan nafsuku sambil merasakan perasaan bersalah.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ79d8J8k0kA
"Aaaah, nikmat banget, Fa. Mencengkeram, nyedot-nyedot gini," kata Pak Aziz meracau.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKnUEnQGWBt
Sekarang aku menegakkan tubuhku dalam posisi woman on top. Dengan masih memakai dress panjang, aku naik turun di atas tubuh Pak Aziz.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpKIoE1HabB
"Ah ah ah, enak banget," kataku sambil memejamkan mataku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ95M0jCr6bu
Pak Aziz menarik tubuhku dan kita kembali berciuman. Dengan mata terpejam, kurasakan Pak Aziz mengentak-entakkan penisnya agar masuk lebih dalam ke dalam lubang vaginaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhXKE3DVSsL
Udara semakin panas, sampai peluhku membasahi dress panjangku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVEcYBVM45n
"Aaaaahhh." Tubuhku melengkung, aku mengalami orgasmeku yang pertama.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkZnWo3YKtG
Lalu tubuhku ambruk ke atas tubuh Pak Aziz. Pak Aziz yang memelukku berguling untuk mengubah posisi. Setelah aku dalam posisi terlentang, Pak Aziz melepas dress panjangku yang sudah basah oleh keringat.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIaE4606QdZ
Senyum cabul Pak Aziz kembali nampak, dengan perlahan cup braku yang berwarna putih diangkat ke atas.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxxxjrK0Eps
Kubuang mukaku ke samping karena perasaan malu yang menyergapku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn20t1mibSC
"Kamu cantik..." kata Pak Aziz.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5tLw5YpWjZ
Akbar duduk mendekat ke arahku untuk menyeka keringat di dahiku. Lalu aku tersenyum menatap Akbar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAfFXVmRTf5
"Enak?" tanya Akbar sambil tangannya mengocok penisnya yang tak kunjung ereksi dengan sempurna.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCHcWT1hFRk
Kutatap penis Akbar dengan tersenyum. "Kenapa? Mau ngejek aku?" tanya Akbar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxvGAKoUzZ3
"Nggak kok, Mas," kataku yang masih dalam kondisi tersenyum, namun tatapanku beralih ke wajah Akbar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdCphXQXViH
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZlTbVQpfM6
Kutatap Akbar meminta persetujuan. "Terserah kamu..." kata Akbar turun dari ranjang sambil merapikan celananya.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZnlGVLBoIh
"Mas?"
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡltCTqxKMdL
"Apa?" tanya Akbar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBkBMbjM0Of
"A... aku..."aku tak melanjutkan kata-kataku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4zGjXaAyzB
Tanpa persetujuan dariku, Pak Aziz kembali memompa penisnya ke dalam vaginaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTU1k8RfTGT
"Aaaaaah..."
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvgTtglhPbx
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz sambil mempercepat sodokan penisnya ke dalam vaginaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVW7LcFIEu1
Kugeleng-gelengkan kepalaku, aku takut Akbar kembali kasar padaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrLkICkyhk9
"Nggak mau lanjut?" tanya Pak Aziz.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6XvGQ4gnlA
Setelah penis Pak Aziz keluar dari dalam vaginaku, terasa ada yang hilang.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwodvhoKnHf
"Kok mukanya gitu?" tanya Pak Aziz sambil memegang penisnya yang menegang besar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuM1TeGK0Mx
Kugigit bibir bawahku sambil jari tanganku menggesek bibir vaginaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8WlR2TOpnD
"Ssss, aaaah." Kupejamkan mataku menahan hasrat yang benar-benar tertahan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVx563SQcFi
"Lepas aja, Fa! Nggak usah ditahan!" kata Pak Aziz.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxOeX61BqiT
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. "Nggak bisa, Bah... ssssh aaaah."
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnd3t4nDId0
Sekejap kubuka mataku untuk menatap Akbar. Ada seringai di wajahnya.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHGbtpKrJZ1
Saat Pak Aziz turun dari ranjang dan memakai celananya kembali. Dengan perasaan takut, malu, merasa bersalah kuucapkan satu patah kata dengan bibir bergetar.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2BAor3yZy9
"Abah..."
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFynq5xcdYZ
"Iya?" Pak Aziz menoleh ke arahku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKZhj77xlGd
"Lanjut!" kataku malu-malu dengan membuang mukaku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYV80Vkomvu
Kulihat Ahsan masuk ke dalam kamar. "Sekarang giliranku, Ci..."
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVf0qMixQtD
Spontan, kutarik selimut yang berada di sampingku untuk menutupi ketelanjanganku. Aku benar-benar malu.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaVNo6AeC6p
Ahsan pun naik ke atas ranjang, lalu dengan senyum hangatnya mencoba menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3OF8LbeGPV
"Jangan! Aku malu..." kataku.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQya3VAmqjo
"Kenapa malu, Ci?" tanya Ahsan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWolZ1ckUGU
Kuhela nafasku, lalu kupandang Akbar. Akbar yang tau aku menatapnya, membuang mukanya ke samping.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOzMBvDDEOm
"Sssssh, aaaah." Ahsan menindihku sambil tangannya meremas dadaku yang masih tertutup selimut.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVOVBrlVieU
"Menggemaskan!" kata Ahsan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡH0k9TAuzJB
Ahsan yang sudah telanjang kini masuk ke dalam selimut..
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfOryiQdFZo
"Masih malu, Ci?" tanya Ahsan.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdaQ6bvYmi6
Aku tersenyum dengan mengangguk malu-malu.
3020Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4JV2M60fqF
然後按「加至主畫面」