Sekarang hari kelima pernikahanku. Dan kondisiku masih seperti hari-hari sebelumnya. Tak ada yang berubah, Akbar masih sering memperlakukanku dengan kasar. Setelah aibnya terbongkar, Akbar semakin kejam kepadaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8xbQlVQdRV
Aku tak mampu melawannya, karena mentalku rapuh. Tubuhku pun juga semakin kurus. Kadang kulihat Mbok Darmi berdiri di pojokan dapurku dengan terisak. Dengan sorot mataku, ingin kukatakan jika aku baik-baik saja.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp6rKf6ejWT
Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman terus mengawasiku dari jauh. Tatapan mereka terpancar kesedihan yang terlihat dari raut wajah mereka. Saat mereka berusaha menolongku, aku mencegahnya. Sudah cukup aku melibatkan orang-orang yang tak bersalah, ikut merasakan pedih seperti yang kurasakan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdUJMuOIuPo
"Mas, ampun!" kataku terisak karena tanganku terikat dengan kaki menekuk ke atas, yang terikat ke tanganku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHOsHK6y2d5
Kondisiku yang sedang telanjang disiksa habis-habisan dengan dildo machine gun yang terus keluar masuk vaginaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKLLOi7OQaw
Tak ada perasaan nikmat sedikit pun. Setiap sodokan yang masuk membekas. Ini perkosaan, yang semakin merusak mentalku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjrJZDbFPoe
Tangisku, bahkan permohonanku agar Akbar menghentikan kegilaannya sia-sia. Akbar tak peduli dengan siksaan yang menderaku. Ia terus mengejekku dengan sebutan melecehkan sambil menyiksaku secara seksual.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxgWA9g9Sh0
"Hahaha, sundal sundal. Bukan salahku kalo aku ejakulasi dini. Itu kesalahanmu, perempuan sundal," kata Akbar dengan suara meninggi.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡykEHhQXCcT
"Aku nggak nyalahin kamu, Mas. Tolong, jangan siksa aku kayak gini!" kataku merintih.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg8HFPSBQ5u
Akbar menunduk ke arah wajahku, dengan tatapan yang menusuk ulu hatiku. "Heh, sundal? Andai aja kamu bukan bispak, aku nggak bakal kayak gini," kata Akbar mendengus.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRtqm3Wmksb
"Kenapa nyalahin aku? Aaaahh ssss, Mas. Hentikan!" kataku memohon.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡV6j2HEbTjC
"Oh jadi kamu nggak mau disalahin?" tanya Akbar sambil menekan remot agar dildo itu bergerak dengan tempo lebih cepat.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp15MU8Om4b
"Aah ahh ah, Mas!" Tubuhku melengkung, mengejang hebat. Sampai orgasmeku pun sama sekali tak meninggalkan kepuasan. Dan psikisku menekan dorongan seksualku menjadi menyakitkan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrds6F9KCiE
Dengan perasaan menyiksa setelah orgasmeku yang pertama. Kucoba mengatur ulang mentalku yang kini hancur terserak. Sambil kurangkai akal sehatku, kuedarkan pandanganku ke arah Akbar yang kini telanjang. Batang penisnya yang jumbo bergelayut, menggelantung layu.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfVwnALHp9D
Aku mengernyitkan dahiku. Tak ada sedikit pun keinginan untuk mengejek. Namun, ada yang menggelitik pikiranku. Apakah ini coping mechanism? Untuk menutupi kelemahan dan rasa sakit yang disembunyikan?
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpPKMv8qGh6
Memikirkan itu, caraku memandang Akbar berubah. Semakin keras Akbar menciptakan persona dirinya, yang seakan-akan dirinya bukan laki-laki pecundang. Aku merasa kasian, karena cara menyembunyikan kelemahannya justru membuatnya menderita.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTN5Iua5GLF
"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Akbar dengan suara meninggi.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOtz1YUu4jD
"Engga, Mas... Aaaah ssssh."
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYsTaMEoUOQ
Mesin dildo semakin cepat keluar masuk vaginaku. Nafsuku yang sempat tertahan kucoba lepas. Namun itu tak mudah, karena psikisku belum pulih sepenuhnya.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡERnTQ72AAF
"Ah ah ah, ssssh ah." Aku mendesah-desah tertahan, dengan mata terpejam. Tubuhku pun terlonjak-lonjak tak terkendali.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZdB21R0JZe
Kutatap Akbar sekilas. Wajahnya berubah menjadi murung yang menyiratkan ketidaksukaan. Di dalam hati, aku hanya bisa menerka. Mungkin, Akbar cemburu menatapku, yang mulai menikmati dildo keluar masuk lubangku. Dari sorot matanya, ada keputusasaan yang terpancar. Ia pun mengembuskan nafas panjang, sambil membanting tubuhnya ke atas kursi dengan tangannya yang tak berhenti menjambak rambutnya. Meski aku tak begitu mendengar apa yang diucapkan Akbar. Terdengar sayup-sayup, Akbar menyalahkan dirinya sendiri.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoc9tZmdEKu
Lalu Akbar bangkit dari duduknya, berjalan mondar-mandir seperti frustasi. Yang berkali-kali merutuki dirinya sendiri, memaki, mengucapkan sumpah serapah.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqqpEIMvETR
Diambilnya remot dildo machine gun dari sakunya. Kurasakan dildo yang masuk ke dalam vaginaku berhenti bergerak. Akbar dengan wajahnya yang kusut mendekatiku, melepas ikatan di kaki dan tanganku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJbfvw4NCdP
"Sana mandi!" kata Akbar dengan suara lemah.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWW8O5pY2M6
Kutatap Akbar dengan pandangan iba. Sepertinya Akbar tau gelagatku, yang sedang mengamatinya.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeEMdP57bzV
"Kenapa?" tanya Akbar sinis.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2RDxn3YRl2
"Nggak, Mas!" kataku sambil menunduk.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDUEaQbo4uL
Saat aku berusaha bangkit, berdiri. Selangkanganku begitu perih. Rasanya ingin menangis saja, melihat vaginaku yang lebam. Yang awalnya berwarna putih kemerahan-merahan, menjadi merah darah dan lebih tebal. Kucoba menyentuhnya, rasanya begitu sakit sampai menjalar ke seluruh tubuhku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1o5Cfo94HR
"Sakit?" tanya Akbar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLbGzijI5Rm
"Iya, Mas!" kataku sambil meringis menahan sakit.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUuJvFSRTPJ
Akbar mendekatiku, lalu memapahku ke dalam kamar mandi.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZxg80vXRZe
"Makasih," kataku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm5RZbPv2nr
"Udah, buruan mandi! Sebentar lagi kita ke pesantren abahku," kata Akbar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnmYsYbw9Yo
Aku sempat kaget mendengar yang Akbar ucapkan. Berkali-kali kucoba menenangkan hatiku. Kuharap di pesantren tak terjadi kejadian yang lebih buruk seperti yang kualami saat ini.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAaqMpH3Gay
*********
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbgV7KWG4pP
Sekarang aku menuju ke pesantren. Di dalam mobil aku hanya menunduk saja tanpa mengucapkan satu kata pun.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTXachj0l6G
"Mukanya jangan gitu! Aku nggak mau, Abah sama Umi ngeliat kamu dengan muka kucel kayak gitu!" kata Akbar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeF61mLiU04
"Iya, Mas!" kataku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcu4IRBUJwV
Akbar mengambil sebotol parfum mahal dari kantungnya. "Eh Mas, kok disemprot pake parfum?" tanyaku tak mengerti.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfYHBGnKSHO
"Udah jangan bawel!" kata Akbar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvnoNywyWpw
Melihat sikap Akbar yang labil, aku semakin bingung. Kadang Akbar menjadi sosok relijius yang menjalankan Sunnah sepenuh hati. Dan sekarang Akbar menyemprotkan parfum dengan kadar alkohol tinggi ke outfitku. Padahal kemarin, aku berkali-kali ditampar, diikat dengan memberiku makan sekali sehari karena aku tak bisa menjaga adabku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2OfrJ3oXpf
Aku benar-benar tak mengerti dengan perubahan Akbar. Gara-gara sikapnya yang strict kemarin, mentalitasku menjadi hancur. Bahkan sekarang, perasaan cemas, takut masih menghantuiku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOnT5bpKZ0F
Dan saat aku disiksa secara seksual menggunakan dildo, ada yang menahan dorongan seksual dalam diriku. Perasaan takut, seakan mengebiri kepribadianku yang sebelumnya lebih lepas. Aku juga merasa malu, meski itu di depan Mbok Darmi jika auratku tersingkap.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFK28Ov1c0D
Ada rasa bersalah, yang terus membayangiku. Aku benar-benar berubah.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSvhQv1Sguy
"Udah sampai..." kata Akbar memarkir mobilnya di pelataran pesantren.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCog1cM6Nz0
Dengan malu-malu sambil menundukkan pandangan, aku berjalan di samping Akbar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0KgOkwnHcq
"Biasa aja, Dek! Nggak usah malu!" kata Akbar sambil merangkulku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx5HF0z2eXU
Sekarang Akbar dengan aku yang berdiri di sampingnya berada di depan rumah sederhana yang ada di dalam pesantren.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgIhaGHdWpW
"Ini rumah siapa, Mas?" tanyaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtIsYnJ2Rxc
"Rumah Abah," kata Akbar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡU7KhZ3gfNZ
Entah kenapa jantungku berdetak kencang, teringat masa lalu, saat keluarga Akbar pertamakali melamarku. Keringat dinginku pun, mulai membasahi telapak tanganku yang terbalut oleh handshock.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt47IvD48mg
"Assalamualaikum..."
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOXS494Mbz6
"Wa'alaikum salam. Eh Akbar, mari masuk! Biar Umi panggilin Abah dulu!" kata Umi Jamilah, istrinya Pak Aziz.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxVvrBqaneI
"Kamu ikut Umi dulu ya Dek!" kata Akbar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhybxZ0vAkR
"Iya, Mas!" kataku menunduk.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUk4BMzGqQw
"Ayok ikut Umi ke dalam!" kata Umi Jamilah sambil merangkulku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiEbq0J15wp
Sesampainya di dalam rumah, Umi mengajakku ke dapur. Ternyata Umi sedang memasak. Entah kenapa melihat Umi memasak dan sikap Umi yang ramah padaku, suasana hatiku berubah.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWrwfcaUCS4
Traumaku seakan memudar. Sesekali aku melirik ke arah Umi Jamilah yang wajahnya tertutup cadar. Dan hanya memperlihatkan matanya saja. Aku suka mata Umi, cantik, berwarna maroon.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdWu0F8s0Q1
"Suka masak juga, Fa?" tanya Umi.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfXfFvOZ5gw
"Eh, em. Saya nggak bisa masak Umi," kataku malu-malu.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6zZdcwL8WU
"Hehe, nggak apa-apa. Nanti Umi ajarin sampai pinter!" kata Umi ramah.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfhxdOzTOwf
Baru beberapa menit aku bercengkrama dengan Umi, aku langsung akrab. Mungkin karena pembawaan Umi yang kalem, membuat aku merasa nyaman. Aku tak tau, apakah ini bentuk kerinduanku pada Mama ataukah murni kesanku yang aku peroleh dari Umi Jamilah.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP15UqUYgKH
Melihat Umi yang cantik, ramah dan kalem, terbersit pikiranku pada Pak Aziz. Aku tak mengerti, kenapa Pak Aziz harus poligami. Sebagai sesama perempuan, aku bisa merasakan apa yang dirasakan Umi Jamilah. Meski Umi tak menceritakan keluh kesahnya, bagaimana perasaannya saat dimadu dengan perempuan lain. Namun, aku bisa mengerti apa yang dirasakan Umi dari sorot matanya yang menyembunyikan sesuatu.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9DQAze5bod
"Eh, kok ngelamun aja, Fa?" tanya Umi mengagetkanku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8yftNMhjrg
"Hehe, maaf Umi..." kataku sambil tersenyum malu-malu.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5HDnATG5ik
"Nggak baik lho, Fa. Ngelamun gitu!" kata Umi dengan tersenyum.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm9aQ7hr4xl
"Iya Umi..." kataku malu-malu sambil menunduk.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqkagDKvKeX
Keramahan Umi, membuatku lupa dengan traumaku. Aku benar-benar tenggelam ke dalam kehangatan seorang ibu. Berada di samping Umi, terasa nyaman seakan beban yang aku tanggung terlepas. Sampai aku pun kembali ceria, meski tertahan oleh pengalaman burukku. Setidaknya, hadirnya Umi bisa menjadi obat untuk menyembuhkan lukaku. Dan kerinduanku pada Mama.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn4A8tnzcne
Saat aku memasak, aku tersadar dan aku berpikir... Dimana Mama? Sejak tadi, tak kulihat Mama di rumah ini. Aku tau, Pak Aziz memiliki empat istri termasuk Mama. Namun, hanya ada 3 perempuan disini. Salah satunya Umi Jamilah.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMHjIAxc7z6
Sebenarnya, aku ingin menanyakan keberadaan Mama pada Umi. Namun, aku takut jika Umi sakit hati. Maka dari itu, aku urungkan niatku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTuib2atPVw
"Yuk kita bawa ke ruang keluarga!" kata Umi yang sudah selesei memasak.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxUGRg2eiUB
"Iya, Umi!" kataku dengan wajah menunduk.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQEcgXB7q7d
Saat aku mengangkat sayur di wadah, aku berpapasan dengan Ahsan. Mata kita sempat bertemu. Karena perasaan malu, aku menundukkan pandangan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHr2MfB5PZD
Di meja makan, sudah duduk Pak Aziz. Kulihat Pak Aziz menatapku lekat dengan tersenyum. Namun mata nakalnya sudah hilang, berganti dengan tatapan hangat.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwLPdiznxcG
Setelah aku dan Umi selesei menyiapkan makanan, kita sekeluarga makan bersama. Mataku sekilas menatap perempuan di sampingku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRkOWsv2mLk
Mama? Meski penampilan Mama kini bercadar, aku hafal sorot mata Mama. Berkali-kali aku menatap Mama, namun Mama membuang muka tak mau menatapku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoY2xLc31CE
Acara makan bersama pun dimulai. Tanpa suara, hanya ada keheningan. Dengan mata yang saling bertaut, mengucapkan kata. Dari Mama, yang menyimpan sejuta rahasia. Ahsan yang menatapku dengan tatapan yang tak kukenal, berbeda dari sebelumnya. Dan yang terakhir, Akbar yang menyiratkan keputusasaan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVpWVVGN9TZ
Sesekali kuhela nafasku, merasakan keheningan yang terkesan janggal. Namun, apakah ini sekedar perasaanku atau keheningan yang sengaja diciptakan di meja makan, aku sama sekali tak tau.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQGeTPrj1zM
*******
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMmZfkE6BUk
Hari ini aku dan Akbar menginap di rumah Pak Aziz, mertuaku. Meski aku mencoba beradaptasi saat bertemu Umi Jamilah. Namun, perasaan janggal tetap membuatku gelisah. Menghadap ke kiri, lalu karena tak kunjung bisa tidur. Kucoba membalikkan tubuhku, dengan menghadap ke kanan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNoK2cdOzC9
Karena merasa tak tenang, akhirnya kuputuskan keluar kamar, sekedar untuk sholat lail.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKXFaFPgTwQ
Setelah aku keluar kamar, rumah begitu sepi. Lalu kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi meski suasana rumah ini sedikit menggangguku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm84pBbcmyH
"Eh..." Saat aku berjalan menunduk, aku menabrak Ahsan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡViuFc5ny6F
Kita saling menatap cukup lama. Saat aku berjalan ke kanan, aku menabrak Ahsan yang berjalan ke kanan juga. Lalu aku berjalan ke kiri, lagi-lagi aku menabrak Ahsan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSUVTSykNqm
"Ma'af..." kataku tersenyum sambil menundukkan pandangan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ389oYJU2sH
"Hehe, nggak apa-apa, Ci," kata Ahsan, dengan tersenyum juga.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq9JwROK8ou
Ahsan memberiku jalan untuk lewat. Dan aku pun berjalan dengan menunduk ke arah kamar mandi.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyNRlGOytGA
Selesai berwudhu, aku kembali ke kamar. Entah kenapa, aku tak berani membangunkan Akbar. Kata Akbar, di dalam rumah, ada mushola kecil yang biasanya untuk sholat jama'ah sekeluarga. Namun, karena aku tak tau dimana letaknya, akhirnya aku memutuskan untuk sholat di kamar saja.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzeFrohcl7R
Baru saja, aku membaca bacaan iftitah. Pikiranku melayang, membayangkan saat aku menabrak Ahsan di dekat kamar mandi. Berkali-kali kutepis, namun bayangan itu kembali muncul dan muncul lagi. Terus terbayang sampai bacaan terakhirku di posisi tasyahud akhir.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdmG0n9cA84
Selesei membaca salam, kulihat Akbar terbangun lalu duduk menatapku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡC9QdVs8wjV
"Udah lama bangunnya?" tanya Akbar tersenyum.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7hEVBR56go
"Belum lama sih, Mas," kataku sambil melipat mukenaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbIsAAN9uyV
"Sini!" kata Akbar sambil menarik tanganku agar aku naik ke atas ranjang.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh93VoTR9Bf
Sekarang aku tidur miring ke samping dengan Akbar memelukku dari belakang. Perasaan aneh, tiba-tiba muncul. Pelukan Akbar pada tubuhku, sama sekali tak memberiku kehangatan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAfxKYjy7g5
Semacam ketakutan yang membayang di dalam kepatuhanku. Tubuhku tak mampu menolak, namun perasaanku terasa getir.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPgWYOfjqy1
Saat aku memejamkan mataku, mencoba untuk terlelap. Kubuka mataku... Setelah membuka mataku, aku terkejut karena posisiku tak lagi dalam pelukan Akbar. Melainkan dalam posisi terlentang, dengan seseorang sedang penetrasi ke dalam lubang vaginaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYEpahL0Y4m
Karena kamar gelap, aku tidak tau siapa yang sedang menyutubuhiku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVGLsyGx5O2
"Ah ah ah, sss ah." Aku berkali-kali mendongakkan wajahku menerima sodokan pada vaginaku. Dengan mata yang terpejam kunikmati sensasi yang kurasakan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKZjxp2Pku7
"Aaaaahh." Aku mendesah sambil mengernyitkan dahiku karena perasaan cemas yang menderaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaSjMdudm4L
"Aaaaah, menjepit banget."
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡj23sZFdTrI
Kucoba mengingat suara yang sepertinya aku kenal. Saat lampu dinyalakan, aku benar-benar kaget.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmcIosh0rcs
Sekarang aku sedang disetubuhi oleh Pak Aziz. Rasa takutku pun tiba-tiba muncul. Timbul rasa bersalah yang menekan batinku, apalagi saat aku mengingat Akbar memperlakukanku dengan kasar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡINWtDs1NB5
"Abah, jangan!" kucoba dorong tubuh Pak Aziz.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqClsOKMz86
"Kenapa bisa seenak ini, Fa? Empot-empotan..."
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHmmFLyesx3
Semakin aku meronta, otot vaginaku mencengkeram penis Pak Aziz lebih erat. Terasa penuh, sampai aku berkali-kali menggelengkan kepalaku karena berusaha menyangkal nikmat yang mulai menjalar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz98IAGGdwM
"Abah... aaaah." Aku mendesah hebat dengan nafsu yang tertahan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRCEjZeyjws
Pak Aziz mengubah posisinya, dengan aku berada di atas. Aku yang telungkup di atas dada Pak Aziz, sesekali kuputar-putar pinggulku. Penis Pak Aziz di dalam lubangku seakan mengobel-obel penuh. Kurasakan Pak Aziz mengecup kepalaku. Lalu merapikan rambut panjangku yang tergerai, menutupi wajahku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwJ0AhmFmsq
"Enak?" tanya Pak Aziz sambil mengangkat wajahku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMezAXaUWyU
Tak kujawab pertanyaan Pak Aziz. Kurasakan pergolakan batinku yang berkali-kali kutepis. Semakin kusangkal, penyangkalan itu menciptakan sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9j9lvozUAy
Aku benar-benar tersiksa. Rasa bersalahku justru membawaku pada kenikmatan yang tak terperi.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9eCWXpoNGA
"Elm, muah." Pak Aziz mulai melumat bibirku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWdyrffokDi
Dengan mata terpejam, kubalas lumatan Pak Aziz dengan membuka mulutku. Lidah Pak Aziz yang masuk ke dalam rongga mulutku, kurespon dengan lidahku yang membelit lidah Pak Aziz. Menari-nari, saling mengisap.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJEw4VRBMVg
"Buka matamu, Sayang!" kata Pak Aziz.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrRyiHQlKSV
Di sampingku, sedang duduk Akbar yang sedang mengocok penisnya. Penisnya mulai ereksi, namun tak maksimal.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQmA72VMJgb
"Ah ah ah, Mas suka?" tanyaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhlwJoyWEkF
"Jalang kamu, Dek!" kata Akbar sambil terus mengocok penisnya.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp7hZ7pWCzK
"Aku bukan jalang, Mas! Jangan hukum aku!" kataku menahan nafsuku sambil merasakan perasaan bersalah.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxmtnK2YJqr
"Aaaah, nikmat banget, Fa. Mencengkeram, nyedot-nyedot gini," kata Pak Aziz meracau.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfiO8M7FU4Q
Sekarang aku menegakkan tubuhku dalam posisi woman on top. Dengan masih memakai dress panjang, aku naik turun di atas tubuh Pak Aziz.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvlHV1RQG9w
"Ah ah ah, enak banget," kataku sambil memejamkan mataku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡneXp1UUoXR
Pak Aziz menarik tubuhku dan kita kembali berciuman. Dengan mata terpejam, kurasakan Pak Aziz mengentak-entakkan penisnya agar masuk lebih dalam ke dalam lubang vaginaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUqwCx1Y4gI
Udara semakin panas, sampai peluhku membasahi dress panjangku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUjH6i2irOy
"Aaaaahhh." Tubuhku melengkung, aku mengalami orgasmeku yang pertama.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxOEJL0ivlx
Lalu tubuhku ambruk ke atas tubuh Pak Aziz. Pak Aziz yang memelukku berguling untuk mengubah posisi. Setelah aku dalam posisi terlentang, Pak Aziz melepas dress panjangku yang sudah basah oleh keringat.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGxzn2e93of
Senyum cabul Pak Aziz kembali nampak, dengan perlahan cup braku yang berwarna putih diangkat ke atas.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1aPxPOhUYy
Kubuang mukaku ke samping karena perasaan malu yang menyergapku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyskAFS1GtQ
"Kamu cantik..." kata Pak Aziz.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡY7AjCniseF
Akbar duduk mendekat ke arahku untuk menyeka keringat di dahiku. Lalu aku tersenyum menatap Akbar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuJFAOIaW6m
"Enak?" tanya Akbar sambil tangannya mengocok penisnya yang tak kunjung ereksi dengan sempurna.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHQBpaAmmbR
Kutatap penis Akbar dengan tersenyum. "Kenapa? Mau ngejek aku?" tanya Akbar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxCzfhP4gj2
"Nggak kok, Mas," kataku yang masih dalam kondisi tersenyum, namun tatapanku beralih ke wajah Akbar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2UBNCwDYGF
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMpURu2wYaQ
Kutatap Akbar meminta persetujuan. "Terserah kamu..." kata Akbar turun dari ranjang sambil merapikan celananya.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqTGPAg9CLK
"Mas?"
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkbd9fDdGnU
"Apa?" tanya Akbar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmSlNtD7eAZ
"A... aku..."aku tak melanjutkan kata-kataku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqfe07nxGaG
Tanpa persetujuan dariku, Pak Aziz kembali memompa penisnya ke dalam vaginaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvjEBhfSZyH
"Aaaaaah..."
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8SiknbENas
"Masih mau lanjut, Fa?" tanya Pak Aziz sambil mempercepat sodokan penisnya ke dalam vaginaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpQEXAWPzFe
Kugeleng-gelengkan kepalaku, aku takut Akbar kembali kasar padaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡc2RtJg7KRW
"Nggak mau lanjut?" tanya Pak Aziz.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdZubYTPrAI
Setelah penis Pak Aziz keluar dari dalam vaginaku, terasa ada yang hilang.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlKvY3rqa6S
"Kok mukanya gitu?" tanya Pak Aziz sambil memegang penisnya yang menegang besar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZGYBvw2a6p
Kugigit bibir bawahku sambil jari tanganku menggesek bibir vaginaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoyL2DrD9t6
"Ssss, aaaah." Kupejamkan mataku menahan hasrat yang benar-benar tertahan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxWIoceY5GV
"Lepas aja, Fa! Nggak usah ditahan!" kata Pak Aziz.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnMKC76ZSG5
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. "Nggak bisa, Bah... ssssh aaaah."
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtgwMSnciZy
Sekejap kubuka mataku untuk menatap Akbar. Ada seringai di wajahnya.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcrZxzMmHFR
Saat Pak Aziz turun dari ranjang dan memakai celananya kembali. Dengan perasaan takut, malu, merasa bersalah kuucapkan satu patah kata dengan bibir bergetar.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9oCK5yeNWO
"Abah..."
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTvJ9ggQiFz
"Iya?" Pak Aziz menoleh ke arahku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmylpDIEn8m
"Lanjut!" kataku malu-malu dengan membuang mukaku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLjzVCsmTOa
Kulihat Ahsan masuk ke dalam kamar. "Sekarang giliranku, Ci..."
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhzDNLdupdJ
Spontan, kutarik selimut yang berada di sampingku untuk menutupi ketelanjanganku. Aku benar-benar malu.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlP6asVk3S2
Ahsan pun naik ke atas ranjang, lalu dengan senyum hangatnya mencoba menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3aPg5N2evF
"Jangan! Aku malu..." kataku.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAyJKOq0asH
"Kenapa malu, Ci?" tanya Ahsan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvIbg5WTHwl
Kuhela nafasku, lalu kupandang Akbar. Akbar yang tau aku menatapnya, membuang mukanya ke samping.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1AmMC8sfyl
"Sssssh, aaaah." Ahsan menindihku sambil tangannya meremas dadaku yang masih tertutup selimut.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHr6B5szPAH
"Menggemaskan!" kata Ahsan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCr0pwwXZFF
Ahsan yang sudah telanjang kini masuk ke dalam selimut..
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWh0gT7oiXk
"Masih malu, Ci?" tanya Ahsan.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5RE8R7TQaZ
Aku tersenyum dengan mengangguk malu-malu.
895Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2bCJjdatpU
然後按「加至主畫面」