Malam itu, hujan turun membasahi pijakan tanah dengan derasnya. Suara tangisan Inggit seakan berlomba keras dengan suara petir yang menggelegar. Inggit meratapi tubuh ibunya yang tergantung tak bernyawa di rumah reot tua mereka.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM2eZilDzbP
Inggit menangis sampai pingsan dan mengalami demam, ketika keesokan harinya Pak kardim menemukannya. Pak Kardim adalah penjaga Villa Nyonya Dewi. Pak Kardim membawa Inggit ke Villa Nyonya Dewi, menenangkannya lalu melapor kepada pejabat setempat tentang mayat ibunya Inggit.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXyjAH1Hpc9
Nyonya Dewi seperti biasa berjalan-jalan pagi, lalu memghentingkan langlahnya ketika mendengar suara isak tangis yang memilukan dari kamar Pak Kardim. Nyonya Dewi melangkah masuk ke kamar Pak Kardim. Nyonya Dewi terkejut melihat seorang bocah kecil menangis menunduk memegangi kadua kakinya.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRPgo1iC4Ve
"Siapa namamu, nak?" tanya Nyonya Dewi.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuVoL37oBVy
Inggit menengadahkan kepalanya dan memandang Nonya Dewi dengan tatapan putus asa. Hati Nyonya Dewi merasa terenyuh melihat tatapan mata Inggit. Seketika saja Nyonya Inggit memangku, dan memeluk Inggit untuk menenangkannya. Pak Kardim, masuk ke kamarnya.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwm6RMK1cvg
"Nyonya." Sapa Pak Kardim. "Ini ..... ini ...." Pak Kardim terdiam gugup.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwGEgbvdnim
"Ssst." Nyonya Dewi memberikam Isyarat agar Pak Kardim diam, karena Inggit sudah mulai terpulas. Nyonya Dewi merebahkan Inggit yang terpulas di ranjang pak Kardim. Lalu mengajak Pak Kardim bebicar di luar.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9usHSC8EcE
"Jelaskan!" ucap Nyonya Dewi.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡw550btZ7gN
Pak Kardim menceritakan segala hal tentang Inggit, Nyonya Dewi merasa hatinya merasa terenyuh mendengar nasib tragis Inggit.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBiBEMGqqHe
"Siapkan segala keperluannya mulai saat ini, Inggit tinggal bersama kita!" perintah Nyonya Dewi.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvf729x2ITM
"Injih." Jawab Pak Kardim, mengiyakan.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrURS3JBRfY
Hari itu juga Nyonya Dewi meminta supirnya mengantar ke kota untuk membeli beberapa stel pakaian dan keperluan lainnya untuk Inggit. Hari-hari Nyonya Dewi terasa bermakna semenjak kehadiran Inggit, Mengingat Putramya sendiri hampir tidak pernah berkunjung menemaninya. Rumah tangga Putranya tidak berjalan mulus, ketika Putranya meninggal Menantumya membawa pergi cucu laki-laki satu-satunya tinggal di luar negri. Karena itu Nyonya Dewi merasa sangat kesepian.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqpyrTFqWm7
Anak-anak perempuam Nyonya Dewi juga sudah sibuk dengan kehidupan mereka masing-masing. Inggit merasakan menemukan seorang Ibu Peri yang membawa seberkas sinar harapan dalam hidupnya.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwRAyqml6OL
"Mbah Putri, aku merangkaikan bunga ini untuk Mbah Putri." Ujar Inggit.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKCb1Q5da79
Inggit sudah berusia 17 tahun, dan semakin bertumbuh menjadi gadis yang cantik. Nyonya Dewi mengasuh dan mendidiknya dengan baik. Dengan tata krama Bangswan Jawa. Inggit bisa merajut, menjahit, memasak,merangkai bunga. Hal-hal dasar yang harus di miliki oleh seorang wanita.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJgBdDiwVls
"Mbah putri, ini ....." Ucap Inggit seraya menyerahkan nilai kelulusannya. Inggit murid yang pintar, Inggit mendapatkan nilai tertinggi. Nyonya Dewi merasa bangga melihat nilai-nilai Inggit.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpQZ1rO52x7
"Apakah kau sudah memilih jurusan kuliahmu nanti?" tanya Nyonya Dewi.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡA8m05yjzsZ
"Enn .... ahli gizi." Jawab Inggit. "Mbah putri mendukungmu, nduk." Ucap Nyoya Dewi.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfU4EV2k6SQ
"Terima kasih." Ucap Inggit sambil memeluk erat Nyonya Dewi. Hari Wisuda sekolah telah tiba, Pak Kardim hadir sebagai wali dari Ingt. Pak Kardim menangis terharu ketika melihat Inggit maju menerima penghargaan dan juga ijazahnya.Gadis kecil yang tak berdaya itu telah tumbuh menjadi gadis yang membanggakan. Setelah selesai acara wisuda, saatnya berfoto-foto dengan teman-teman.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5ntACz0K6Y
"Inggit." Panggil Danang.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ7KJAA3dmD
"Sugeng siang pak." Sapa Danang mengucapkan selamat siang kepada Pak Kardim.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGWpOKzF0VC
Pak Kardim mengangguk dan tersenyum menjawab sapa Danang. Pak Kardim merasa grogi karena Danang adalah seorang Raden, gelar keturunan raja (untuk kerabat yang sudah jauh).
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiXRrTTafXx
"Nuwun sewu Pak, ijin njupuk foto karo Inggit!" pinta Danang kepada Pak Kardim agar diijinkan untuk berfoto dengan Inggit.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNQnfSOS4QN
"Monggopunatri." jawab Pak Kardim mempersilahkan.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjMgcRpXQr4
"Ayo." Ajak Danang menarik tangan Inggit mengajaknya berfoto.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk80edBl35e
Dari salah satu sudut, beberapa anak gadis menatapi sinis kedekatan Inggit dan Danang. Mereka menganggap Inggit tidak pantas berdekatan dengan Danang yamg berketurunan bangsawan.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTbw2R5bvcR
"Kita harus menghukumnya." Ucap salah satunya yang menyarankan, mereka harus memberikan pelajaran kepada Inggit.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLQxSOwQtRe
"Ya, setuju." Ucap Ratih.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPYtJSw2hWd
Sebelum mendaftar ke Universitas pilihan, Inggit sibuk mengurus berkas-berkas kelulusannya.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfXy1dgXbI2
"Bapak, inggit pamit pergi ke sekolah. Legalisir Ijazah hari ini sudah bisa diambil." Ujar Inggit.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrFoGT9cqQv
"Injih Nduk, hati-hati" Jawab Pak Kardim memberikan izinnya.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡU4LEYHmnHT
Inggit mengayuh sepedanya menuju ke sekolahnya, Inggit keluar dari ruang guru dan membawa legalisir ijazahnya dengan senyum sumringah. Inggit mengayuh sepedanya kembali pulang, tiba-tiba sebuah mobil sengaja menabrakan mobilnya menyenggol sepeda Inggit. Inggitpun terjatuh, kening dan siku Inggitpun terluka berdarah. Ratih keluar dari mobilnya dengan sikap arogantnya.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQnqNQFFEkK
"Hei, ini adalah peringatan keras. Kau harus menjauhi Danang!" perintah Ratih.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVPpn8Qfz7X
"Kau sengaja ya, ingin merebutnya dariku?" tanya Ratih dengan sinis.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwUi9iD97Kh
"Tidak .... tidak .... aku dan Danang hanya berteman." Jawab Inggit.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyVGhby5Hht
"Sebaiknya begitu, jika tidak kau akan merasakan akibat yang lebih dari ini." Jawab Ratih.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgAKqy6I3kJ
Ratih dan yang lainnya pergi meningalkan Inggit yang terduduk terluka. Inggit menahan air matanya agar tidak terjatuh. Inggit merapihkan dirimya dan membasuh lukanya dengan saputangannya lalu mulai mengayuh sepedanya lagi.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡG1wwFAUp7A
"Apa yang terjadi nduk?" tanya pak Kardim.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd1azwRo0Wf
"Anu ... sedikit terjatuh di jalan tadi." Jawab Inggit.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUNGjIEEMxS
"Nduk ... Nduk .... mengapa tak berhati-hati." Ucap Pak Kardim sambil menghela nafas.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPmhUKBKHPu
"Ayo cepat masuk, bersihkan luka-lukamu!" Ujar Pak Kardim.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGYvSuXOAb9
"Jangan beritahu mbah putri yah pak!" pinta Inggit.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqxKfabU4FH
"Ya, ya. Lain kali berhati-hatilah!" Ucap Pak Kardim.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfW7cgrpkAf
Inggit pun masuk dan membersihkan dirinya dengan perlahan membasuh luka-lukanya yang terasa perih. Setelahnya Inggit membantu Bi Karni memasak di dapur. Bercita-cita berkuliah di Akademi ahli gizi telah banyak meriset masakan-masakan yang bergizi untuk Nyonya Dewi.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOH345iMHgP
"Kemana Inggit?" tanya Nyonya Dewi kepada Pak Darkim.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe8BBgAxK4x
"Anu ... Nyonya, Inggit sedang merasa tidak sehat. Jadi sedang beristirahat di kamarnya." Jawab Pak Darkim.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP3FMqSxCUI
"Sudah ke dokter?" tanya Nyonya Dewi seraya memandang Pak Darkim dari balik kacamatanya.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeuJdyu64VM
"Anu .... Nyonya, belum ke dokter namun sudah meminum obat." Jawab Pak Darkim.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD3x5Dolqbm
"Jika belum sembuh, esok bawalah menemui dokter!" perintah Nyonya Dewi.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsqeURQ8XnJ
Dikamar, Inggit tidak bisa tidur karena masih menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Menjadi korban Bully adalah hal biasa bagi Inggit. Ini tidak akan mematahkan mentalnya, Melihat kematian ibunya langsung di depan matanya, mau merasakan hal menakutkan apa lagi. Inggit berani menemui Nyonya Dewi setelah memar-memar dan luka di tubuhnya mulai pulih.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPCormdC0Yy
"Bagaimana persiapanya Nduk?" tanya Nyonya Dewi.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRRma86Ot9w
"Sampun, Mbah Putri." Jawab Inggit.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUSxrTBpFns
"Bagus nduk, Kuliah dengan baik tak perlu sungkan!" ucap Nyonya Dewi.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOk0pVyaA1s
"Injih, Mbah Putri." Jawab Inggit.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡztxRTKNv1C
"Gadis baik." Ucap Nyonya Dewi.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwSWP79dM51
Setelah Inggit keluar dari kamar Nyonya Dewi, Diatas nakas sebuah pigura foto anak laki-laki terpajang dengan indahnya.
294Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr3Af9fyH4N
"Tristan." Panggil Nyonya Dewi menghela nafas panjang karena merindukan satu-satunya cucu laki-laki di keluarga Pusponegoro.
ns216.73.216.12da2
and then Add to home screen.