Teringat saat masih sekolah dulu, saat aku diam-diam mengagumi seseorang untuk pertama kali. Selalu menaksir waktu agar bisa berpapasan dan bertegur sapa. Sampai-sampai aku hafal menit ke berapa dia sampai di gerbang sekolah atau di parkiran sepeda. Selalu bergegas pulang ketika melihat dia lewat di depan kelas, berharap bisa naik satu angkutan umum yang sama. Kadang di jam-jam istirahat, sengaja aku ke lantai dua dan lewat di depan kelasnya. Semua itu hanya demi sebuah senyuman, dan kenangan.
Aku berhenti melakukan hal yang sebegitunya ketika dia telah pergi selamanya. Saat itu aku seperti mati rasa, dan untuk waktu yang cukup lama. Hingga 12 tahun berlalu dan akhirnya seperti roda yang berputar, aku kembali mengulang tanpa sadar.
Taksiran waktu untuk menciptakan 'kebetulan temu' itu berpindah padamu. Jam-jam yang kuperhatikan bukan lagi jam sekolah tapi jam kerjamu. Sesekali sengaja melewati ruang atau meja kerjamu lalu sepintas melihatmu yang fokus dengan kerjaanmu. Kau tahu apa yang paling aku tunggu? Mendapat giliran untuk bekerja di meja kerja tim marketing di lantai satu.
Mungkin ini alasan Tuhan meminta manusia untuk menjaga pandangan mata. Karena lewat tatap dan senyum saja, bisa membuat hati mudah terpikat. Dan hanya tentangnya yang akan terus melekat, sementara hati akan semakin terjerat.
ns3.145.17.123da2