Asada Kaede (Zero point)569Please respect copyright.PENANADOi71WWHts
2 Tahun setelah Insiden penyerangan berantai
“APA MAKSUD KALIAN!? Kakakku tidak akan mati semudah itu!” teriakku dengan sangat kencang. Aku yang tidak percaya atas kematian Kakakku sendiri mulai diliputi kemarahan. Tanpa sadar aku membentak kepada dua sahabatku. Menyakitkan.
“Sssh… Asada-san jangan teriak begitu! Nanti semua orang dengar lho!”kata Hanae-san dengan menepuk pundakku.
“Iya Asada-chan! Ayo bicarakan baik baik” aku yang marahakhirnya mulai bernapas dengan tenang. Menurunkan amarahku. “Jadi Asada-chan. Kamu ingat kejadian 2 tahun yang lalu” tanya Yuri dengan lembut.
“Tidak” aku menggelengkan kepala aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi. “Sama sekali? Tak ada satu pun?” tanya Yuri sekali lagi.
“Tidak ada satu pun. Bahkan aku tidak tahu apa yang terjadi” aku sama sekali tidak tahu apa apa. Aku hanya langsung melompat dalam ruang waktu. Padahal aku sama sekali tidak melakukan apa apa sampai aku bisa sampai di sini.
“Kalau begitu bagaimana ya.. Aduhh.. Aku nggak tahu apa yang harus dilakukan pada temanku yang satu ini! Hana-chan bantu dong!” ungkap Yuri sambil menggoyang-goyangkan tubuh Hanae-san.
“Hana-chan?” ucapku begitu saja. “Iya. Itu nama panggilan yang kuberikan sehari setelah masa orientasi” ucap Yuri dengan gembira.
“Iya iya deh Yuri-san. Aku yang tanya sekarang. Kalau begitu Asada-san. Apa yang terakhir kali kamu ingat?”
“ Pergi bersama Kakakku. Kemudian Bertemu Yuri di jalan. Lalu kami berjalan menuju sekolah bersama. Setelah sampai sekolah Yuri mencium dinding sekolah. Lalu Pemeriksaan dan pengukuran kemampuan. Lalu bertemu dan berteman dengan Hanae-san. Lalu orientasi. Dan pulang. Saat pulang Kakakku tidak ada. Aku belajar lalu tidur. Setelah itu aku bangun dengan keadaan seperti ini!” tanpa sadar mukaku memerah. Meneteskan air mata. Aku hanya sedih. Semuanya terjadi begitu cepat. Mimpi itu. Jika aku bisa menghentikannya sebelum terlambat, ini takkan terjadi.
“Aku tahu aku tidak terlalu suka dengan Kakakku. Tetapi aku tidak mau kehilangan dia. Kenapa? Kenapa hal ini terjadi? Kenapa?” aku menutup mataku dan mulai menangis. Wajahku yang merah padam tidak bisa menahan tangis. Keluar begitu saja.
“Asada-chan” Aku menghentikan tangisku dan menghadap Yuri. “Kenapa?” tanyaku.
“Tidak apa apa Asada-san” ucap Hanae-san dengan tulus. Tiba-tiba Yuri memelukku. Memelukku denagn erat. Wajahnya memerah. Dia menangis.
“Kami berdua tahu apa yang terjadi. Jadi jangan menangis” ucap Yuri sambil memelukku dengan erat. Hangat. Pelukan sahabatku yang hangat.
“Kalian berdua…. Arigato ! Terima kasih! Kalian benar-benar sahabatku!” kataku yang secara konstan ikut memeluk Yuri.
“Kami serius Asada-san. Kami tahu apa yang terjadi. Dan mungkin kamu adalah petunjuk kami. Karena itu kami mungkin butuh bantuanmu” Hanae-san mengatakannya dengan serius. Aku memang baru mengenalnya sehari. Tetapi aku harus selalu percaya sahabatku apapun yang terjadi. “Kenapa kamu bisa bepikir bahwa aku memiliki petunjuk untuk masalah kalian?” tanyaku kepada kedua sahabatku.
“Karena kematian kakakmu bertepatan sehari setelah masa orientasi. Pada tengah malam”
(0)
Pelajaran di sekolah telah selesai. Seluruh siswa dan siswi SMP-ku berhamburan keluar dari gerbang sekolah. Yuri dan Hanae-san memberitahuku untuk bertemu pukul 06.00 di taman dekat rumahku. Aku segera bergegas pulang. Menerima kenyataan berat bahwa kakakku telah mati dan aku secara tidak sengaja melompat waktu 2 tahun setelah kejadian itu. Terjadi dengan cara terbolak-balik. Kenyataan yang sulit kuterima.
Aku bergegas kembali pulang ke rumahku. Aku telah sampai didepan rumahku. Lalu aku masuk ke rumah dan melepas sepatu.
“Tadaima” ucapku. Lalu aku segera masuk ke kamar. Aku meletakkan tasku yang berwarna hitam di samping ranjang. Aku segera mandi setelah itu. Setelah mandi aku mencari pakaian yang cocok untuk kupakai keluar. Kubuka lemariku dengan perlahan. Aku memilih untuk memakai jaket berwarna hitam dan celana pendek berwarna hitam pula. Aku segera menggunakan Syal berwarna merah. Tiba-tiba suatu benda terjatuh. Sebuah penjepit rambut berbentuk segitiga yang berwarna putih. Itu punya Kakak. Wajahku memerah. Air mataku mengalir lagi. Aku memeluk penjepit rambut itu dan duduk sambil menangis.
“Kakak. Aku…aku minta maaf. Aku seharusnya tidak membenci Kakak. Aku hanya ingin dengar suara Kakak. Aku merindukan kakak” .
(0)
Aku berjalan mendekati pintu rumahku. Berjalan hendak keluar. Aku segera memakai sepatu berwarna hitam yang Kakak beri saat hari ulang tahunku sebelumnya. Mama tidak ada di rumah. Dia sudah memberiku e-mail. Mama akan pulang malam. Jadi aku punya kesempatan untuk bertemu Yuri dan Hanae-san di taman. Aku benar-benar seoarng ’lucky girl’. Aku segera melangkahkan kaki ke jalanan yang dingin. Suasana dingin pada awal semester. Menyusahkan tapi menyenangkan.
Aku sudah dikabari Yuri. Dia sudah ada di taman bersama Hanae-san dan teman laki-lakinya. Dia bilang laki-laki itu adalah seorang hacker. Mereka bilang ini adalah urusan yang akan berhadapan dengan lawan yang lebih besar. Tak terduga gerakannya. Tak lama kemuadian aku melihat taman tersebut. Aku segera berjalan menuju taman itu. Terlihat dua sosok gadis dan seorang laki laki berdiri di depan Ayunan yang berada di taman.
“Asada-chaaaan! Ke sini! Kesini!” Yuri yang memakai baju berwarna kuning dan rok selutut dengan syal dilehernya melambaikan tangannya kepadaku dari kejauhan. Di sana aku bisa melihat Hanae-san menggoyangkan tangannya. Dia memakai pakaian berwarna biru cerah dengan syal hitam di lehernya. Dan seorang laki-laki yang mengenakan pakaian serba hitam sepertiku dengan syal panjang berwarna kuning. Laki-laki itu memasukkan tangannya ke saku celana.
“Wah kamu membawa banyak orang ya, Yuri” aku melihat wajahlaki-laki itu. Wajahnya hampir persis Yuri. Jangan-jangan..
“Ternyata kamu datang ya Asada-chan! Perkenalkan nih dia adalah adikku. Namanya Futoshi Izuku” ternyata mereka bersaudara. Benar apa kata pemikiranku. Wajah mereka yang hampir mirip membuatku terkejut.
“Salam kenal. Kaede-san boleh memanggilku Futoshi kalau mau. Mohon bantuannya” katanya dengan membungkukkan badan. Aku pun juga ikut membungkukkan badan. “Y-ya! Mohon bantuannya!”.
“Dia ini adalah hacker yang akan membantu kita kali ini! Tentu dirimu dari dua tahun yang lalu belum mengenalnya bukan? Karena dia sekarang masih kelas 2 sih. Tetapi dia hebat lho. Tahun lalu dia berhasil membobol sistem keamanan perusahaan XazM. Tetapi ketahuan terus ditangkap dan dipenjara sebulan sih. Memang hebat ya adikku!” ucap Yuri dengan riang seperti biasanya.
“Kakak berisik, ah! Kakak nggak usah kasih tahu yang itu!” katanya dengan sedikit menggeram. Aku melihatnya bertengkar dengan Yuri. Walaupun sepertinya adiknya yang menang. Seperti… Aku dan Kakakku.
“Ano.. Futoshi-kun..” ucapku dengan lirih.
“Doushta no?” tanyanya balik kepadaku.
“Kita harus mulai dari mana? Aku masih belum paham situasinya. Jadi..jadi..” tanpa sadar air mataku menetes lagi. Rasa rinduku terhadap Kakak. Rasanya menyakitkan. Aku hanya ingin meminta maaf karena sering memarahinya.
Tiba-tiba Yuri memegang kepalaku. Dia mengelus kepalaku.
“Tidak apa apa. Jangan menangis Asada-chan. Tolonglah” aku menganggukkan kepalaku. Mengusap air mata di wajahku. “Jadi tolong Toshi. Jelaskan kepadanya”
“Begini.. Kaede-san. Kakakmu mati bukan karena tidak disengaja. Tetapi…”
“Aku tahu. Dia dibunuh. Monster besar. Berkaki enam yang mengerikan itu menancapkan salah satu kakinya di perut Kakakku” aku menjelaskan apa yang da di dalam mimpiku. Entah apakah Futoshi-kun akan mengerti.
Tapi aku salah. Mata mereka menunjukkan ekspresi tidak percaya. “Asada-san. Dari mana kamu tahu?” tanya Hanae-san.
“Mimpi. Mimpi yang dua kali berulang. Dan berakhir buruk” aku menjawabnya dengan. Aku tidak bisa berbohong kepada ketiga sahabatku. Dan aku tidak akan pernah!
“Kakak! Apa ada sihir yang bisa melakukan hal semacam itu?” sihir? Apa yang mereka bicarakan? Aku belum pernah melihat sihir sebelumnya. Yuri sepertinya mengambil suatu buku kecil dari tasnya. Dia mencari sesuatu di dalam buku itu. “Tidak ada. Kamu ingat sebagian isi buku ini tersobek ketika kita baru menemukannya kan?”
“Iya sih. Tetapi itu pasti sihir bukan kemampuan” ucap Futoshi-kun.
“Jadi begini Asada-san. Ada seseorang di kota mencoba menggunakan sihir terlarang untuk membuat monster-monster tersebut. Dan kami masih mencari tahu siapa pelakunya” ucap Hanae-san menjelaskannya kepadaku.
“Dan kamu mau tahu faktanya Kaede-san?” tanya Futoshi-ku. Aku pun penasaran. Semua terjadi begitu cepat. Suatu mimpi yang membuatku sial. Aku menarik napas. Menghembuskannya.
“Apa faktanya Futoshi-kun?”
“Monster itu bukan hanya membunuh Kakakmu. Hampir seluruh Five point di dunia dalam kurun waktu 2 tahun terbunuh. Dengan kata lain monster yang kamu lihat..”
“Menargetkan para Five point di dunia” jawabku dengan spontan.
“Tepat sekali. Saat ini hanya ada satu Five point di dunia. Dia di Jepang saat ini. Seorang Gadis SMA Hanakago. Dia dulu satu sekolah dengan Kakakmu. Kamu tahu? Asada-chan?” sepertinya aku pernah melihatnya. Ketika Kakak masih kelas 1. Dia pernah diajak Kakak ke rumah. Rambutnya di kepang dua. Dia adalah….
“Aku tahu siapa dia. Dia teman dekat Kakakku. Asami Fumiko”.
(0)
Kami semua sepakat untuk langsung berangkat menuju rumah Yuri. Tepatnya kamar Futoshi-kun. Kami berempat masuk ke dalam rumah Yuri dan segera menuju kamar milik Futoshi-kun.
Futoshi-kun menyalakan PC-nya. Selang beberapa detik dia mengetik kata sandi lalu layar desktop muncul. Futoshi-kun mengetik sesuatu. Gerakan tangannya yang cepat membuatku pusing. Sungguh hebat Keluarga Izuku!
“Semuanya coba lihat” kami semua melihat sebuah foto seorang gadis dengan rambut yang dikepang dua. Matanya yang berwarna kemerah-merahan mebuatku sudah dapat menebak siapa itu. Asami Fumiko.
“Di sini tertulis Asami Fumiko. Kemampuannya adalah gerak cepat. Mampu bergerak dengan memantul di dinding dengan batas kecepatan maksimum 10m/detik. Mampu menggunakan pedang. Tingkat kemampuannya adalah Five point peringkat 5. Saat ini sedang menempuh pedidikan di SMA Hanakago. Bagaimana menurut kalian?” ucap Futoshi-kun dengan antusias di depan komputernya.
“Apa kita perlu mecarinya? Maksudku dia kan Five point terakhir yang masih hidup” usul Hanae-san.
“Ya kemungkinan begitu. Bagaimana menurutmu Asada-chan?”
“Tunggu dulu! Kenapa kita harus mecarinya? Bagaimana kalau dia adalah pelaku dari semua ini. Maksudku Cuma dia Five point yang tersisa di dunia. Kalau dia sudah membunuh Kakakku, maka seharusnya Asami Fumiko juga sudah mati setelah kematian Kakakku-kan?”
“Asada-chan mungkin benar. Bisa saja Asami Fumiko adalah sang pengendali terror terhadap para pemilik kemampuan selama ini” Jawab Yuri yng setuju dengan pendapatku.
“Ya itu adalah suatu kemungkinan besar. Kenapa Cuma dia yang tersisa? Mungkin kita harus mulai mengawasinya” .
Kami semua saling menganggukkan kepala. Kami sepakat untuk selalu datang ke rumah Yuri setelah pulang sekolah. Untuk melanjutkan Investigasi mengenai pembunuhan berantai ini. Kami segera pulang ke rumah masing-masing. Aku menatap langit berhias bintang diatas kepalaku.
Ah.. tak terasa sudah tengah malam.
(0)
Aku mempersiapkan diri. Memakai seragam sekolah. Merapikan tempat tidur. Lalu menata rambut. Aku segera sarapan sebelum berangkat. Setelah itu aku langsung memakai sepatu dan berjalan keluar rumah.
Semua berjalan lancar.
Kecuali dengan satu yang kurang. Tanpa Kakak. Kakakku, yang sudah meninggal. Yuri memberitahukanku bahwa jasad Kakak menghilang setelah kematiannya. Entah apa yang terjadi. Yuri mnegatakan bahwa setiap pemilik kemampuan Five point yang telah diidentifikasi meninggal, hilang tubuhnya. Tak ada yang tahu keberadaannya.
Aku harus memperbaikinya! Jika pembunuhan berantai ini hanya ditujukan untuk pengguna kemampuan kuat, maka pasti ada alasan tersembunyi dibalik motif tersebut.
Aku berjalan menyusuri halaman sekolah yang dipenuhi siswa-siswi lain. Aku menggendong tasku. Berjalan dengan tenang. Aku melihat ada pasangan yang sedang mesra-mesraan. Aku memanlingkan wajah. Rasa jijik yang membuatku tidak ingin melihatnya.
“Asada-saaan! Matte!” Yuri lari tergopoh-gopoh mengejarku. Dia memegang pundakku sebagai tumpuan.
“Ada apa sih Yuri? Kenapa kamu lari-lari seperti itu?” tanyaku dengan kesal.
“Ini tentang Hana-chan!” otakku terdiam. Berpikir dua kali apakah akau ingin menanyakan apa yang terjadi.”Apa yang terjadi?”tanyaku.
“Ini tentang matanya…” jelas Yuri.
“Kenapa matanya? Bukankah sudah seperti itu sejak dulu?” tanyaku dengan khawatir. Apa yang mungkin terjadi kepada Hanae-san? Aku juga belum tahu kenapa matanya berwarna merah ketika aku awal bertemu dengannya.
“M-ma-maksudku bukan itu!” teriak Yuri dengan gugup.
“Lalu?” tanyaku kembali.
Lalu kata kata yang belum pernah kudengar sebelumnya muncul dihadapanku. Menyatakan bahwa perpindahan waktu yang kualami membuatku sial. Aku belum sempat berkenalan dengan siapapun. Kata-kata itu membuatku merinding
“Kekuatannya diluar kendali. Kulitnya penuh dengan goresan. Dia dibawa ke rumah sakit”.
(0)
Semuanya berantakan. Aku hampir tidak percaya. Aku memutuskan untuk membolos. Satu hari saja. Ini demi sahabatku. Walu masih memakai baju seragam sekalipun. Aku segera datang ke rumah sakit. Di temani Yuri aku memasuki ruang resepsi. Kami langsung bergegas menuju ruangannya Hanae-san. Kami berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Berusaha menemukan ruangan yang telah diberitahu oleh Pelayan rumah sakit. Kamar 308. Kami segera membuka kamar itu. “Hanae-san kami datang untuk men…” nafasku
“AAARGGH!!! BUAT ITU BERHENTI! BERHENTI!” aku terkejut mendengar teriakan Hanae-san. Setengah tubuhnya ditutupi cairan hijau. Matanya terlihat. Matanya dikelilingi oleh cairan itu. Para dokter memegangi tangannya. Dia menjerit. Keras sekali. Sahabatku, menjerit. Kesakitan. Aku tidak bisa melakukan apa-apa.
“Apa yang kalian lakukan di sini? Ini terlalu berbahaya untuk kalian” kata salah satu dokter yang berusaha menahan tangan Hanae-san.
Yuri melangkah ke depan. Nampaknya dia ingin menjelaskan. “Kami sahabatnya. Kami sebenarnya ingin berkunjung. Tapi melihat dia seperti ini. Kami…”
“Kalian dilarang masuk sampai semua selesai! Kalian boleh menunggu di ruang tunggu. Kami akan memanggil kalian setelah selesai” kata dokter itu.
Kami menurut apa yang dokter itu katakan. Kami segera menuruni tangga. Menuju ruang tunggu. Kami menemukan dua tempat yang belum digunakan untuk duduk. Kami duduk di sana. Menunggu. Menunggu agar Sahabatku yang kesakitan baik-baik saja.
“Hei Yuri. Ini sudah pernah terjadi?” tanyaku kepada Yuri.
“Belum sih. Tetapi kadang di sekolah Hana-chan selalu kesakitan dan memegang matanya itu. Mungkin pada titik ini dia tidak bisa mengendalikan kekuatannya. Aku diberitahu Kakaknya. Katanya kekuatannya di luar kendali. Lalu aku datang menghampirimu. Itu saja”
“Ah..Souka” semua menjadi semakin rumit. Hanae-san di luar kendali. Aku yang telompat dari masa lalu belum mengetahui alasannya. Pembunuhan berantai terhadap Five point. Kejam. Mengerikan.
Aku mencoba berpikir lebih dalam. Jika pembunuhan ini hanya dilakukan kepada Five point, maka mereka punya sesuatu yang dapat mengalahkan mereka. Peringkat 1 Five point pun terbunuh. Sungguh aneh. Kekuatan. Kekuatan apa yang mereka gunakan? Apa motif mereka?
“Ano.. Apakah Hanae-san akan baik…” suaraku terhenti. Merasakan sesuatu yang aneh. Tiba-tiba…
DUARR! Suara ledakan. Terdengar suara ledakan. Semua orang menjerit. Segera melarikan diri. Berusaha menyelamatkan diri. Aku dan Yuri terperanjat. Hendak melarikan diri.
“Asada-chan! Jangan bengong! Ayo keluar!” aku tahu aku harus keluar tetapi ada sesuatu yang mengganjal. Aku menghampiri perawat yang tengah menyelamatkan diri.
“Permisi. Kalau boleh tanya ledakan itu berasal dari mana?”
“Kenapa kamu tidak keluar? Ledakan itu terjadi diatas!” aku kaget. Di sana ada Hanae-san. Bagaimana ini?.
“Tolong jelaskan lebih tepatnya dimana” tanyaku dengan mengharap tidak dijawab dengan pernyataan yang buruk.
“Entahlah. Mereka bilang itu dari kamar 308. Ayo cepat lari!” Perawat itu berlari. Mengabaikanku.
Tunngu dulu! Kamar 308! Itu adalah kamar Hanae-san! Oh tidak! Kumohon jangan sahabatku! Jangan!
Aku langsung berlari. Menaiki tangga yang penuh dengan pasien yang hendak diturunkan.
“Asada-chan! Matte!” Aku mengabaikan berkataan Yuri. Aku bergegas berlari menuju kamar itu. Kamar 308. Tempat Hanae-san berada. Aku memberanikan diri masuk ke kamar. Sudah tidak ada pintunya. Ruangannya telah terbelah menjadi dua. Hanae-san tidak ada. Tetapi, sesuatu yang mengerikan. Memori mengerikan. Sesuatu…yang membunuh Kakakku. Monster itu. Bentuknya kali ini berbeda. Dia melayang. Monster itu melayang. Dia memunculkan tangan dari tubuhnya. Monster itu bentuknya tidak karuan. Hijau seperti lumpur. Menjijikkan.
Monster itu ditembaki. Oleh polisi yang datang semenit setelah aku datang ke ruangan ini. Aku melihatnya. Monster itu menggunakan tangannya. Menyapu bersih polisi yang menghadangnya. Tak tersisa. Monster itu mengarahkan pandangannya kepadaku. Monster itu langsung melesat ke arahku. Tiba-tiba…
SRAAT! Aku menutup mata. Kenapa tidak ada rasa sakit yang menjalar pada tubuhku. Apa aku sudah mati? Apa rasa sakit pada kematian seseorang adalah sebuah pengecualian?
Aku membuka mataku. Mataku melotot lebar. Yuri. Sahabat sejak kecilku membawa sebilah pedang. Dia Nampak sedang berusaha melawan monster itu. Tapi setiap kali dia menyayatnya, monster itu bertambah besar. Awalnya kulihat hanya sebesar mobil. Sekarang ukurannya berubah menjadi berukuran satu gedung! Dia terus menerus menyarat monster itu. Tetapi percuma. Monster itu tetap hidup dan daya hancurnya bertambah besar. Yuri terus menghindar.
“Asada-chan! Larilah! Cepat! Nanti aku su..” aku tersentak. Monster itu membentur Yuri menggunakan tangannya. “ ARRGGH!” Yuri membentur tanah. Monster itu sudah ada di depannya. Tangan keduanya muncul dengan cepat. Monster itu tampak hendak membunuh Yuri.
“Kumohon Yuri. Kumohon hentikan! Jangan mati di depanku! Aku tidak mau kehilangan kalian! Jangan! Jangan! Jangan!” air mataku sudah tak bisa terbendung.
Air mata membasahi pipiku. Aku melompat. Dengan wajah memerah aku melompat. Entah apa yang kupikirkan. Aku mendarat. Dengan selamat. Di depan Yuri. Aku mengarahkan tanganku ke monster. Mengharap akan keajaiban muncul. Tiba-tiba monster itu menjerit. Bisng sekali. Kubuka mataku. Listrik? Dari mana? Tu..tubuhku? Yang mengeluarkannya.
“Asada-chan. Ka-kamu punya ke-kemampuan?!” ucap lirih tidak berdaya di belakangku.
“Yuri bertanhanlah! Jangan mati! Pokonya jangan mati! Kita sahabat bukan? Kita harus membuat kenangan indah bersama ingat? Jadi jangan meninggalkanku oke!” teriak kepada Yuri.
Bibir Yuri mulai bergerak. Dia ingin megatakan sesuatu. “Asada-chan. Kamu memang manis ya” . Seketika matanya tertutup. Tidak! Kumohon jangan sahabatku! Jangan ambil sahabatku dariku! Jangan!
Tubuhku melompat jauh. Menuju monster itu. Aku mempunyai kekuatan listrik. Aku mencoba memusatkannya ke tanganku. SRAAT! Aku memotong monster itu menjadi dua. Tetapi monster itu menyatukan kembali tubuhnya. Saat monster itu berusaha menyatukan tubuhnya, aku melihat sesuatu. Yang mengerikan. Hanae-san.
Di dalam monster itu. Terikat oleh cairan monster itu. Matanya tertutupi oleh cairan itu. Sebelum monster itu menyatu, aku mendorong tubuhku menggunakan listrik. Tubuh monster itu gagal menyatu. Tetapi tampak akan menyatu setelah kuserang kedua kalinya. Aku melompat mengarahkan tubuhku kea rah Hanae-san. Aku memeluknya. Air mata mengalir di pipiku.Wajahku memerah.
“Hanae-san ini aku! Asada! Tolong hentikan! Aku tahu kau bisa menghentikannya. Kamu adalah sahabatku. Sejak pertama bertemu kamu benar benar manis. Hanae-san! Kumohon! Komohon kembalilah! Kami menyayangimu! Kembalilah!” aku tertelan monster itu. Aku tidak bisa melihat. Semua menjadi gelap.
“A-asa-asada-san?” Hanae-san berbisik kepadaku. Seketika cairan ini berkurang. Terserap oleh tubuh Hanae-san. Monster itu telah hilang. Aku melihat sekitar. Semuanya berantakan Rumah sakit itu hancur. Jalanan disini pun juga rusak.
Aku menoleh ke arah Yuri dan Hanae-san. Mereka tak sadarkan diri. Kedua sahabat terbaikku. Tergeletak tak sadarkan diri. Kembali air mata membasahi pipiku. Aku mengusap air mataku. Berusaha tetap tegar.
“Teman-teman, kalian baik-baik saja?” .569Please respect copyright.PENANAJksiEuC4mO