Kali ini aku ingin agar perdamaian tercipta selamanya
Pagi itu aku sudah sangat bersemangat karena aku akan bersekolah di sekolah baru. Aku melahap makanan secepat-cepatnya agar aku bisa lebih cepat berangkat. Aku hanya ingin sesuatu yang luar biasa dan seru terjadi ketika nanti aku memulai hidupku sebagai gadis SMP yang baru! Aku sudah tidak tahan! Aku tidak sabar untuk segera masuk kelas sehari-hari dan mengucapkan “Selamat Pagi” kepada teman temanku.
“Heee.. Asada terlihat sangat semangat hari ini! Ada apa? Apa terjadi sesuatu? Gimana? Gimana?” Tanya Mamaku dengan penuh antusias. Mamaku itu memang mirip kakakku. Selalu riang gembira dan memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa aneh.
“Iya iya Asada! Kamu semangat karena mau masuk sekolah baru kan? Tuh.. adikku semakin manis saja sejak tadi pagi. Sini biar kucubit!” kata kakakku dengan seketika tangannya mencubit pipiku.
“Wah, Asada memang manis sejak kecil sih! Hehehe” kata kakakku dengan menarik pipiku dengan keras.
“Uhh, kakak sakit lho! Aku lagi makan nih” kataku sambil berusaha melepaskan tangan kakakku.
“Hee.. kamu benar Natsuki! Putri bungsuku ternyata semakin manis saja. Sini biar aku juga bisa mencubit anak kesayanganku!” kata Mamaku yang mulai ikut ikutan mencubit pipiku dan menariknya. Sekali lagi mirip dengan kakakku.
“Huwaaa Mama jangan ikut ikutan” kataku dengan pasrah tidak berdaya atas cubitan yang diberikan oleh Kakakku dan Mamaku.
“Ayah kalau lihat tolong dong!” kataku memohon pertolongan kepada ayahku yang sepertinya takut kepada Mamaku jika dia menolongku.
“Oke! Ayah berangkat dulu! Sampai nanti!” kata Ayahku dengan cepat melesat keluar rumah dan berangkat kerja.
“Eeeh? Ayah jangan tinggalkan aku” Haduh aku harus berurusan dengan dua orang ini lagi.
“Mama! Kakak! Sudahlah! Nanti aku nangis lho! Beneran nangis lho!”kataku sambil berpura pura hendak menangis. Semoga saja mereka percaya dengan kebohongan ini!
“Maaf Maaf! Kakak Cuma terlalu bersemangat kok! Jangan nangis lho!” kakakku dengan mnegelus kepalaku
“Iya iya! Mama juga Cuma bercanda lho! Jangan nangis lho!” kata Mamaku
“Duuh, kalian ini!” Jawabku dengan setengah kesal dan setengah bangga karena aku berhasil menipu mereka. Di satu sisi aku juga merasa bersalah karena telah menipu mereka.
“ Ah iya Asada. Gimana dengan buku palajaranmu. Sudah kamu bawa seperti jadwal kan?” Tanya Mamaku sambil melahap makanannya .
“Sudah kok. Nanti tinggal berangkat bareng Kakak” kataku setelah selesai menghabiskan makanan yang ada di meja makan.
Aku dan kakakku segera menghabiskan makan yang ada di meja makan dan segera berangkat. Mengingat bahwa bel masuk sekolahku akan dibunyikan 15 menit lagi.
“Terima kasih atas makanannya! Kami berangkat dulu” ucap aku dan kakakku di depan pintu masuk rumah
“Hati hati di jalan!” ucap Mamaku dari dalam rumah.
Kami pun berjalan bersama sama. Alasan kakakku mau menemaniku sebenarnya sederhana. Kemungkinan pertama karena sekolahnya dekat dan sejalur dengan sekolahku. Dan kemungkinan kedua adalah kakakku yang ingin memandangku seharian karena sekarang dia mungkin masih menganggap aku imut dan manis sejak tadi pagi. Huwaah! Apa yang kupikirkan? Ayolah kembali pada dirimu sendiri Asada! Kembali pada dirimu sendiri Asada! Kembali pada dirimu sendiri Asada! Kembali pada dirimu sendiri Asada!
Aku kembali memfokuskan pandanganku ke depan. Lalu aku melihat siluet seseorang. Seorang gadis. Sepertinya dia melambai-lambai. Dia sepertinya mengatakan sesuatu.
“Hei hei Asada-chan! Kemari kemari!” ucap seseorang diseberang jalan. Tunggu dulu! Bukankah itu? Yuri? Kenapa ada disini? Lalu seragam yang kami pakai pun sama. Kami beruda memakai baju sailor yang sama. Apa yang terjadi?
“Eeeeh Yuri? Lama tidak bertemu ya! Lho kenapa dengan seragammu itu?” tanyaku kepada Yuri dengan berlari.
“Hee.. Nggak ada apa apa kok! Tunggu! Kamu pakai seragam yang sama. Jangan jangan? Asada-chan juga sekolah di Hanagasaku kan!?” tanyanya dengan penuh antusias.
“ Ah.. I-Iya sepertinya. Mungkin” jawabku dengan gugup.
“Waah! Berarti aku bisa jalan pergi dan pulang bareng Asada-chan nih!” katanya sembari memegang tanganku dan melompat lompat. Eeeh? Sekolah dengan Yuri? Yuri yang berisiknya mampu mengalahkan kebun binatang? Hadeh.. Nasibku memang luar biasa mengerikan gumamku dalam hati.
“Lho Asada-chan itu siapa?” tanya Yuri kepadaku.
“Ah perkenalkan namaku..”
“Ini Kakakku yang menyebalkan. Namanya Natsuki Kaede” jawabku dengan tersenyum sambil menyerobot perkataan kakakku.
“Tunggu dulu Asada jangan menyerobot pembicaraan kakakmu ini dong! Nanti kakak nangis lho!” teriak kakakku kepadaku.
“Kakak juga tidak peduli ketika kakak mencubit pipiku” jawabku dengan ‘simple’.
“ Ahh jangan begitu dong Asada!” Teriak kakakku.
“Ooh ini kakakmu ya. Begitu begitu…” Yuri terdiam sejenak dan sepertinya matanya mulai bersinar. Astaga ini pertanda buruk.
“Eeeh.. blazer itu! SMP Sutazu Kagayaki ya?! Kakak Natsuki Kaede ya? Natsuki kaede yang memiliki kemampuan Blank Vision itu ya! Yang peringkat 4 itu kan? Salam kenal ya! Aku dulu teman sekelasnya Asada-chan, Yuri Izuku. Salam kenal ya kak!”
“Ah iya. Salam kenal ya!” Jawab kakakku yang sedang meladeni perilaku sahabatku disana. Sudah kuduga. Ketika nama kakakku disebut pasti banyak orang akan mengerumuninya. Karena… Yaaa kemampuannya itu. Menyebalkan. Dia digemari banyak orang di sini. Hahh sudahlah Tidak penting.
Kami bertiga berjalan bersama sama dengan tentu saja Yuri yang dari tadi mengobrol dengan kakakku. Trotoar yang kami pijaki ini terasa nyaman. Hampir Tidak ada debu yang beterbangan.
Perlu diingat juga Perusahaan Xazm diperbolehkan menyuntikkan kepada anak anak yang bersedia memasuki program pengembangan kemampuan setahun sekali. Mereka hanya memperbolehkan penyuntikan pada anak anak di bawah jenjang SMP. Dan perusahaan Xazm tidak memilih sembarang kota untuk mereka laksanakan program itu.
Mereka memilih hanya memilih Ibukota dan kota kota pelajar saja yang ada di dunia. Dengan itu para pemilik kekuatan tidak tersebar secara acak didunia dan para penggunanya masih bisa dikontrol dan tidak berbuat yang macam macam. Mereka juga membuat semacam satuan polisi yang bertugas mengawasi para pengguna kemampuan tersebut.
Tanpa kusadari kakakku berhenti. Kakakku pun sudah sampai sekolahnya. Dia melambaikan tangan sebelum pergi meninggalkan kami.
“ Asada! Yuri-chan! Hati hati ya!” teriak kakakku dari kejauhan.
“Kakak sampai-“
“Sampai nanti kak!” teriak Yuri dengan memotong perkataanku.
“Oi! Dia itu kakakku” tatapku dengan sisnis
“Maaf maaf. Eh Asada-chan. Boleh tukaran kakak nggak? jawab Yuri dengan ketakutan
“Sudah kubilang dia kakakku! Lagi pula kamu ini anak pertama bukan?”
Sepertinya dia memang salah satu penggemar kakakku. Yah.. Apa boleh buat lagi pula kakakku kan kuat. Jadi tidak usah menghawatirkannya. Dia bisa melindungi dirinya sendiri.
(0)
Aku mulai melihat SMP ku yang baru. Sekolahku yang baru. Ternyata memang besar seperti yang kakak katakan. Pagar yang terbuat dari besi dilapisi denga cat warna putih yang indah. Serta gedung sekolah yang berwarna hijau zamrud yang indah. Halamannya pun sangat indah. Para siswa yang lain juga berjalan menyusuri jalan yang sama dengan kami.
“Asada-chan! Asada-chan! Sekolahnya besar ya!” ucap Yuri dengan ekspresi kagum yang belebihan. Dia juga memeluk dinding sekolah dan menciumnya seperti orang aneh.
“Sudahlah Yuri! Tidak usah sampai mencium cium dinding seperti itu!” ucapku sambil menarik Yuri agar berhenti mencium dinding.
“ Eeeh.. Habis kan ini sekolah baru kita. Jadi tidak ada masalah untuk mengaguminya!”
“Jadi mengotori sekolah dengan kamu cium cium tembok itu adalah wujudmu untuk mengagumi sekolah ini?”
“Eeeh, Asada-chan jahat deh!” Balasnya dengan menggembungkan wajah. Aku pun tertawa karena melihat kelakuan sahabatku itu.
“Eeeh, Asada-chan ketawa? Kenapa kenapa?”
“Nggak Apa Apa kok!” Balasku kepada Yuri. Dia memang lucu kalau bertingkah seperti anak anak. Tunngu dulu! Aku mulai seperti Mama dan Kakak! Aku mulai menggemasi hal-hal lucu. Ah tidaak! Aku tidak mau seperti Mama ataupun kakak!
“Hei Asada-chan ayo masuk! Bel sudah berbunyi lho! Jangan banyak ngelamun!”
“Oke oke!” balasku dengan menyusul Yuri.
Aku dan Yuri segera menaruh sepatu di rak kami masing masing. Lalu kami menyusuri lorong bersama sama menuju kelas. Aku dan Yuri kebetulan saja sekelas. Jadi kita bisa masuk kelas sama-sama. Yah walaupun begitu hal ini pasti akan menjadi awal yang bagus kan! Akhirnya aku dapat bersekolah dan menikmati keindahannya.
Selang beberapa menit kemudian seorang wanita muda masuk ke kelas. Dia memiliki rambut coklat berkilau yang diikat pita berwarna merah. Wanita itu memakai blazer berwarna coklat dengan rok selutut. Kami sekelas pun langsung duduk di tempat masing-masing lalu memberi ucapan selamat pagi kepada wanita itu. Sepertinya dia adalah guru kami.
“Selamat pagi semuanya!” wanita itu menuliskan namanya di papan tulis. Aku memakai kacamataku dan membaca tulisan di papan tulis itu. Tulisannya adalah Yuuki Akira.
“Baik semuanya! Saya akan menjadi Wali kelas kalian! Namaku Yuuki Akira! Salam kenal semuanya!” semua murid terlihat terpesona dengan Yuuki-sensei. Mereka mandangnya tanpa henti. Dasar cowok! Alihkan pandangan kalian dong!
“Hee Asada-chan! Yuuki-sensei kelihatan cantik ya “ bisik Yuri disampingku. Kebetulan tempat duduk belum ditentukan. Jadi kita bisa duduk bersebelahan.
“I-Iya sih” jawabku singkat.
Bu Yuuki menuliskan beberapa kalimat di papan tulis. Yuuki-sensei menulis “Tes Uji Coba” di papan tulis.
“Baik semuanya. Sebelum kita mulai pelajaran untuk besok, sekolah rutin mengadakan pemeriksaan ukuran kemampuan! Jadi bagi kalian yang Zero Point tidak perlu khawatir. Karena sekolah ini memiliki jurusan kemampuan serta fisik. Maka kerahkan usaha kalian dalam tes ini semuanya! Semuanya ayo ganti baju olahraga dan temui guru olahraga kalian dan berkumpul di tengah lapanagan” perintah Bu Yuuki dengan ramah.
“Baik Yuuki-sensei!” secara spontan kami menjawab secara bersama sama.
Setelah Yuuki-sensei keluar kami segera berhamburan menuju ruang ganti perempuan. Letaknya tidak jauh dari kelas kami. Kami hanya perlu melewati ruang Guru. Cukup Mudah.
Setelah ganti baju kami berbaris di tengah lapangan. Seprtinya laki laki dan perempuan dipisah untuk uji cobanya. Aku dan Yuri mengikuti barisan perempuan dan segera berbaris. Aku masih mendengar banyak cewek yang mengobrol satu sama lain. Aku melihat seorang perempuan yang sangat muda di belakang barisan kami. Jika kutebak sih itu pasti bukan guru. Tapi pasti murid yang kebingungan.
Gadis itu nampak sendirian. Rambutnya yang pendek dibiarkan terurai dihiasi penjepit rambut berbentuk kelinci serta penutup mata. Ada apa dengan matanya? Kenapa dia sendirian. Dia bahkan terlihat terasingkan dari yang lain. Karena penasaran yang sangat mendalam. Aku pun datang menghampirinya.
“Eh.. Hai! Anu.. kok kamu sendirian disini. Yang lain ada disana lho” ucapku ketika menghampiri gadis itu. Tatapannya sangat dingin. Dia bahkan tidak menjawab pertanyaanku.
“Anu.. Yang lain ada disana lho. Jadi-“
“Bukan urusanmu” jawabnya dengan singkat serta memotong perkataanku.
“Eeeh.. Kenapa?”tanyaku kepadanya.
“Bukan urunsanmu” jawabnya lagi dengan jawaban yang sama.
Lalu dia pun berlalu di dalam di belakang barisan. Aku berusaha membuntutinya dari belakang. Aku hanya sangat penasaran dengan sikapnya itu.
Tiba tiba.. Bruakk!! Aku terjatuh. Tapi bagaimana? Bagaimana aku bisa terjatuh? Di belakang sini bahkan tidak ada orang. Semua ada di depan.
“Eeeh.. Asada-chan kenapa? Kok bisa terjatuh? Kamu nggak apa apa?” tanya Yuri dari kejauhan kepadaku begitu aku terjatuh.
“Aku nggak apa apa kok! Paling Cuma kebetulan saja. Ngomong-ngomong Yuri…”
“Hm? Kenapa?”
“Anak yang pakai penutup mata di sana siapa ya?” tanyaku sambil menunjuk kepada gadis yang ada pinggir lapangan.
“Hee..mana aku tahu! Aku juga baru masuk sekolah ini tahu!”
“I-Iya sih. Tapi, kamu itu Two Point kan?” tanyaku kepada Yuri.
“Iya kenapa?”
“Kamu bisa pakai telepati ke gadis itu kan?” Jawabku dengan serius sambil memelototinya.
“Eeeh.. Asada-chan jahat! Memangnya aku mau pakai telepatiku untuk membajak pikiran orang?”
“Sudah lakukan saja. Kamu juga penasaran kan?”
“Oke! Akan kulakukan.” Yuri memfokuskan pandangannya pada gadis itu. Tetapi selang beberapa detik Yuri pun terjatuh.
“Yu-Yuri! Kamu nggak apa apa?” tanyaku seketika Yuri terjatuh.
“Nggak apa apa kok! Ketika aku mau masuk ke pikirannya tiba tiba telepatiku dibalik olehnya. Aku nggak tahu kemampuan apa yang dia miliki!” kata Yuri dengan nafas tersengal sengal . Kemampuan apa yang dapat membalikkan kemampuan yang lain?
Lalu Muncul beberapa guru yang membawa sebuah alat aneh di depan lapangan. Alat itu seukuran seukuran meja besar yang bentuknya seperti balok dengan lampu berpendar di sisi sisinya. Ketika aku melihat ke depan ternyata itu Yuuki-sensei dan guru-guru yang lain.
“Ayo semuanya berbaris. Kita akan melakukan pengukuran kekuatan. Sebelum itu taruh tangan kalian pada alat pemindai yang ada di depan sensei ya! Setelah itu kemampuan dan fisik kalian akan diuji setelah itu. Oke semuanya ayo bergegas agar cepat selesai! Mohon bantuannya semuanya!” teriak Yuuki-sensei kepada semua murid perempuan di lapangan.
“Baik Sensei!” jawab kami semua serentak. Lalu kami satu persatu maju menuju lalat itu dan menaruh tangan kita diatasnya. Aku menunggu sampai giliranku sampai. Yuri sudah dipanggil duluan. Jadi aku sendirian di kerumunan ini.
“Asada Kaede! Silahkan maju ke depan!”
Akhirnya giliranku pun tiba. Aku tidak yakin alat itu akan menemukan kemampuan apa pun di dalam tubuhku. Tunggu dulu aku punya kemampuan rahasia yang tidak pernah aku ceritakan kepada siapa pun. Kemampuan melihat masa depan! Gawat! Bagaimana kalau alat ini berbunyi keras yang menunjukkan bahwa aku memiliki kemampuan! Ya sudahlah. Pasrah saja kepada nasib. Aku segera meletakkan tanganku di atas alat itu. Tiba tiba..
“Beep”
Suara terdengar dari mesin itu. Tulisan di mesin itu berbahasa inggris. Sebuah tulisan yang sudah aku duga sejak aku maju ke arah mesin ini. Zero Point. Itulah katanya. Ternyata alat ini tidak mendeteksi kemampuan melihat masa depanku.
“Asada Kaede. Zero Point. Selanjutnya.. Hanae Shiori. Silahkan maju ke depan!” teriak Yuuki-sensei dengan lantang membacakan urutan siswi selanjutnya. Aku pun berjalan membelakangi alat itu dan hendak kembali ke barisan. Aku melihat siswi yang hendak maju ke depan. Sepertinya dia yang dipanggil oleh Yuuki-sensei. Tunggu! Aku mengenalnya! Tidak salah lagi. Dia memakai penutup mata.
Itu.. Anak yang tadi!
ns18.191.132.105da2