Chapter 2: Celah yang Mulai Terbuka
POV Jaka
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL89mxSHjEg
Beberapa minggu belakangan, setiap kali Riska pulang kerja, selalu ada cerita baru dari kantornya. Kadang soal kerjaan, kadang soal gosip, tapi yang paling sering—tentang Nina.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡU4MX33tB8F
Aku udah mulai hafal gaya dia kalau mau cerita hal "agak nakal". Awalnya senyum-senyum sendiri, terus ngeteh dulu, duduk selonjoran, baru deh mulai nyerocos.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡArYnL3IRwt
"Mas, tahu nggak, Nina tuh parah banget hari ini..." katanya, matanya berbinar lucu.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0PpWgaSG4G
"Parah gimana?"
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAaSEgP6gsH
"Tadi dia cerita katanya pas dia liburan ke Bali, dia ketemu cowok bule. Terus... ya gitu deh. Mereka 'main'. Terus dia bilang gini ke aku, 'Ris... kamu tuh belum ngerasain nikmat dunia kalo belum nyobain yang ukurannya bule.'"
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmEaoBZFlIy
Aku berhenti menggulir HP, menoleh ke Riska.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrxXpjwtGgX
"Terus kamu gimana?"
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCypNqgZHvJ
Dia nyengir. "Ya kagetlah! Aku cuma bisa bilang, 'Ih, Na... dosa banget.' Tapi dia malah ketawa dan bilang, 'Ris, nikmat itu kadang nggak ada di suami sendiri. Kamu belum tahu rasanya batang besar dan panjang yang bukan milik sendiri... itu tuh beda, Ris. Sampe ke ubun-ubun.'"
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0t4DbornhI
Riska ketawa geli waktu cerita itu, tapi aku cuma bisa mengerutkan kening.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ85s9wmOouK
"Duh, Mas... serem ya. Tapi lucu juga sih, Nina tuh kalau cerita vulgar tuh ekspresinya datar banget, jadi makin absurd."
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMNq82W7bhH
Aku maksa ketawa, tapi dada rasanya sesak. Aku nggak suka dengar cerita kayak gitu dari istriku—apalagi dia kayak menikmati momen ngobrolin hal-hal vulgar bareng temennya itu.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡi8hf3huZUv
"Dia ngomong gitu ke kamu tiap hari?"
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNBjfDs1Djs
"Enggak sih, tapi sering. Dia tuh suka iseng ngajak aku ngobrol hal-hal kayak gitu. Kadang aku jawab sekenanya, tapi ya... ada aja yang bikin penasaran juga, sih."
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEOXWO7KHDk
Kalimat terakhir itu—"bikin penasaran juga"—masih terngiang-ngiang di kepala waktu aku coba tidur malam itu.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW2MwlJoLVd
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4ltAR0V5Vg
---
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6wUkM3X2sU
Pagi-pagi, waktu Riska lagi dandan, aku perhatikan dia lebih niat dari biasanya. Lipstik pink tipis, sedikit bedak, alis dirapihin. Wangi parfumnya juga baru.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZmX83J4QXL
"Parfum baru ya?" tanyaku, pura-pura santai.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡku9MpQVpVH
Dia menoleh sambil senyum. "Iya, Nina ngasih. Katanya biar aku kelihatan lebih fresh."
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdAJsNioTwz
"Emang kamu niat kelihatan fresh buat siapa di kantor?" tanyaku sambil ngelirik.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWVoEKB2QkK
Riska ketawa. "Ya biar enak dilihat aja. Masa keliatan kusam tiap hari?"
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOpTkTzDwRO
Aku mengangguk, walau masih ada sisa sesak di dada. Aku nggak mau jadi suami posesif. Tapi sulit menepis perasaan bahwa Riska mulai... berubah. Cara bicaranya, cara berdandan, bahkan cara dia memandang dirinya sendiri—semua mulai bergeser.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡG887LbnLAq
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDWpU23vz6o
---
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbVWgfOlUSY
Siangnya aku iseng buka-buka akun sosial media. Riska jarang update, tapi aku coba cari akun Nina. Setelah beberapa pencarian, akhirnya ketemu. Akunnya penuh foto-foto selfie dengan caption yang... cukup vulgar untuk standar temen istriku.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVN0w9xXhzS
Salah satu caption yang bikin aku menelan ludah:
“Kadang tubuh butuh yang asing... karena yang biasa udah nggak ngasih rasa.”
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHq1lFiwLM2
Ada satu foto Nina dan beberapa teman kantor—termasuk Riska. Di situ istriku senyum, berdiri agak dekat dengan dua cowok yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcU9WOQ9jRM
Aku nggak mau mikir macem-macem.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxWPb1eD2ge
Tapi ya... sebagai laki-laki, ada insting yang susah ditepis. Insting bahwa sesuatu di balik senyum Riska belakangan ini bukan cuma karena "pekerjaan yang menyenangkan".
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLPsw1EOUgm
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTokM0Zyt9R
---
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfaADOunNlg
Sore itu dia pulang telat. Katanya ada lembur mendadak.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1uwSJuTAxI
Waktu dia sampai rumah, aku udah siapin teh hangat.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM91Db3qRwS
"Capek, Mas..." katanya sambil selonjoran di sofa. "Tadi Pak Arman bawain tumpukan invoice, padahal udah sore banget."
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmn4Z713jUY
"Pak Arman emang sering minta kamu kerja lebih ya?"
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6DIX5NcCOy
Dia mengangkat bahu. "Kadang. Tapi ya namanya juga atasan. Aku nggak bisa nolak."
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxFwDJ4V7d5
Aku menahan diri buat nggak komentar banyak. Aku cuma ngangguk sambil menyodorkan teh.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡU8u9aFDnvY
Riska menyesap pelan, lalu tersenyum. "Tadi pas Nina lihat aku masih kerja, dia nyeletuk, ‘Ris, jangan terlalu rajin nanti makin dilirik bos, lho. Si Pak Arman tuh seneng sama tipe yang nurut-nurut cantik kayak kamu.’ Hahaha, dasar Nina."
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6OOa8KZrIe
Aku hanya ikut tertawa kecil, walau hati ini makin nggak karuan.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡw4r1K8B565
Aku ingin percaya, semua ini cuma gurauan kantor. Cuma obrolan iseng antara rekan kerja.
12342Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0eULoZyaKS
Tapi naluriku bilang, ini lebih dari sekadar itu.
然後按「加至主畫面」