
1699Please respect copyright.PENANAc3g1bIUdoc
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1699Please respect copyright.PENANAxFQlYkQXPZ
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1699Please respect copyright.PENANAPcwsJZfRbZ
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1699Please respect copyright.PENANA3ns4gYvDlN
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1699Please respect copyright.PENANAkW3IMADBJ9
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1699Please respect copyright.PENANAr7FvSd8cIY
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1699Please respect copyright.PENANAx62kQcwfSe
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1699Please respect copyright.PENANAltRGQyic0B
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1699Please respect copyright.PENANAaQt0PHa3p0
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1699Please respect copyright.PENANAoUH1DZlpaw
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1699Please respect copyright.PENANACpRoNiECT9
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1699Please respect copyright.PENANA0L4Wa3wB3W
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1699Please respect copyright.PENANAZgsZrkaxzy
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1699Please respect copyright.PENANAKnAvWjLHlB
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1699Please respect copyright.PENANAB6lRUDs3Uc
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1699Please respect copyright.PENANADwi5Pg3j3C
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1699Please respect copyright.PENANALhsNQ5ruIQ
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1699Please respect copyright.PENANAhMHGEcfhiL
"Bu Rina?"
1699Please respect copyright.PENANAlCYHYvUFFV
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1699Please respect copyright.PENANAj6WRdjiKFe
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1699Please respect copyright.PENANAlobVHE63Lg
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1699Please respect copyright.PENANACiEYDo8B3L
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1699Please respect copyright.PENANAaaHaJ3QWQm
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1699Please respect copyright.PENANArtIv4IxOzn
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1699Please respect copyright.PENANAx9qxyrZkON
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1699Please respect copyright.PENANAiBIe36HqwU
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1699Please respect copyright.PENANAVpzpqNjzTj
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1699Please respect copyright.PENANAJemN9YvmDP
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1699Please respect copyright.PENANAeu92bmkcyO
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1699Please respect copyright.PENANA4Pp2dXqyn5
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1699Please respect copyright.PENANAC3xEOiDWxo
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1699Please respect copyright.PENANAx5MhjgXchU
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1699Please respect copyright.PENANA9luGFg6kSl
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1699Please respect copyright.PENANA1ViUik3TW4
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1699Please respect copyright.PENANAWpRQqzoV2W
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1699Please respect copyright.PENANAsi1cDWO8il
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1699Please respect copyright.PENANAZO9iO27uas
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1699Please respect copyright.PENANAVKVD6mYoNy
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1699Please respect copyright.PENANAdCe1XEdIL1
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1699Please respect copyright.PENANAnQfgSBS0GT
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1699Please respect copyright.PENANAh30WBy0MvN
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1699Please respect copyright.PENANA4dxBYEuBra
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1699Please respect copyright.PENANAR6KlQIFohS
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1699Please respect copyright.PENANA6MALMzzN6Z
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1699Please respect copyright.PENANA2gMaMVmQVI
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1699Please respect copyright.PENANARwz199AE5n
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1699Please respect copyright.PENANAjg0noqAtQW
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1699Please respect copyright.PENANAugCgn87cEg
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1699Please respect copyright.PENANAk6ZRNbIgwg
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1699Please respect copyright.PENANA3u6cQfYZB1
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1699Please respect copyright.PENANAZvI7nlg4wC
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1699Please respect copyright.PENANA3iZQr8xvJz
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1699Please respect copyright.PENANAhmqFwP9wrS
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1699Please respect copyright.PENANAEtWpY4R852
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1699Please respect copyright.PENANA6nsyjxdr04
Begitu saja?
1699Please respect copyright.PENANAxXyaqHjPfQ
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1699Please respect copyright.PENANATO5gXryRck
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1699Please respect copyright.PENANADMitRH1ASS
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1699Please respect copyright.PENANAW1xFRDhofq
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1699Please respect copyright.PENANAwUmmZx4D3e
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1699Please respect copyright.PENANAZHTLbeu2hd
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1699Please respect copyright.PENANAzbUHvsucUJ
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1699Please respect copyright.PENANASveN0nt5Ef
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1699Please respect copyright.PENANA1iesH9F15T
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1699Please respect copyright.PENANAc1NUgWbuFt
Malam itu begitu sunyi.
1699Please respect copyright.PENANAmC2urXQsBa
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1699Please respect copyright.PENANAC4zbRK8Ply
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1699Please respect copyright.PENANALFvBBDimoD
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1699Please respect copyright.PENANAVWYGbSRk9u
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1699Please respect copyright.PENANA7XWc1jGcXX
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1699Please respect copyright.PENANAF17Uag4ap7
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1699Please respect copyright.PENANAgTMepxm8xN
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1699Please respect copyright.PENANAWIFRqxBfct
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1699Please respect copyright.PENANA7O99Iq9kz7
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1699Please respect copyright.PENANAnQYQZeehTn
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1699Please respect copyright.PENANAmClnJ43WA6
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns216.73.216.206da2