“Madame Murtlock! Madame Murtlock!” Susan dengan setumpuk kertas diapit lengan kanannya dengan tergesa – gesa memanggil dengan heboh. “Madame Murtlock? Anda hidup?”
#Knock, Knock!
Pintu terbuka cepat.
“Ya tuhan, Susan! Bisakah kamu tutup mulutmu dan ketuk pintu seperti biasa, UGHH!?” Madame Murtlock merasa kesal seakan ingin mencekik wanita muda dihadapannya. “Ada apa!? Sebaiknya ini keadaan gawat!?”
“Hehehe, biarkan aku masuk dulu, bisa?” Susan terkekeh. Sikapnya memang agak slenge’an.
“Kenapa? Kamu mau bolos, wanita serampangan?”
Mulut Susan mencucu seolah siulan. “En-enggak kok! Hal penting kan nggak seharusnya dibicarakan santai, benar?”
“Ya…” Madame Murtlock memicingkan matanya. “Kecuali itu nggak akan pernah keluar dari mulutmu?”
Susan berpikir wanita parubaya ini membiarkannya masuk. Namun karena pola sikap Susan yang monoton dan begitu menyebalkan, Madame Murtlock tidak kesulitan mengingat hal itu.
“Katakan dengan cepat dan jelas, atau aku akan menendang bokongmu sekarang!?”
“Duh, vulgar sekali…”
Dengan enggan, Susan mengatakan bahwa dirinya lupa mengontak psikiatris untuk jadwal periksa hari ini. Demi alasannya agar bisa diterima, susan menambahkan bahwa hari ini ia berurusan dengan beberapa supplier obat – obatan umum.
“APA!? KAMU TAHU DOKTER PSIKIATRIS JADWALNYA PADAT!? ” Madame Murtlock meraih kerah Susan sambil menggerak – nggerakkan dengan paksa. “Apa ini saat yang tepat untuk mencekikmu, Susan!? Katakan padaku, huh!? Katakan padaku, huh!?”
“T-t-t-tentu saja nggak lah… *Cough* Ma-madame… tenang… tenang… saya ada solusi! Ja-jangan kesetanan dulu! *cough,cough!*”
Madame Murtlock meringankan cengkramannya dan membiarkan gadis bermuka keki, Susan, untuk kesempatan nyawa sekali lagi.
“Itu tejadi bulan lalu….” Susan mengelus lehernya. “Pertemuan kecil di ruang meeting tengah, Dr Audagird membawa tiga orang temannya. Si pria buncit, nona sok imut, dan pria muda culun yang-”
“Idiot macam mana memanggil orang seperti itu!” Madame Murtlock memukul ringan kepalanya dengan tangan gaya karate yang hendak memecah batu bata.
“Duh namanya juga orang idiot!” Susan memprotes meski tidak menyanggah bahwa dirinya idiot, sambil memegangi kepalanya dan memandang Madame Murtlock penuh sebal.
“Sebentar… Dr. Peter O’Lyne, Dr. Jason Donovan dan… nona muda itu kalau nggak salah…,” Madame Murtlock tenggelam dalam lamunannya sambil mengangguk – angguk kecil.
“Cormick. Saya mengobrol banyak dengan Dr. Sasha Cormick setelah meeting. Dia… dia baru saja lulus dari Universitas Oxford?”
Mendengar itu, Madame Murtlock sepenuhnya menjadi heran.
“Oxford? Kenapa orang dari Universitas sebagus itu malah ke tempat ini?”
“Mana saya tahu!” Susan mengangkat bahunya. “Dia bilang, secepatnya bisa segera bekerja di tempat ini setelah sekitar sebulan. Ia ingin menuntaskan beberapa laporan penelitian lainnya sebagai referensi pribadi,”
Madame Murtlock mengerutkan alisnya, menimbang – nimbang sesaat. Masalahnya adalah untuk orang dengan pendidikan kedokteran Oxford ditempatkan sebagai psikiatris di lantai bawah tanah rumah sakit kelas teri adalah suatu lembah yang curam. Itu seperti sebuah segitiga siku – siku, sebuah penurunan yang sangat amat tajam. Sedikit ada perasaan malu bagi Madame Murtlock.
Tapi, mengingat kini adalah keadaan genting, Madame Murtlock harus berpikir lebih rasional.
“Baik, selama kamu nanti konfirmasi lagi ke Dr. Nagle, itu seharusnya nggak akan jadi masalah besar.”
Saat Madame Murtlock hendak berbalik arah untuk kembali pada urusannya, Susan meraih pundaknya. Tampaknya Susan masih punya urusan lagi.
“A-PA-LA-GI-SU-SANNNN!?”
“Eh-ehm….” Susan kini menatap serius, sambil membuka halaman pada tumpukan kertas yang dibawanya. “Julia Chalice, Wanita yang kondisinya mengenaskan minggu lalu…. Saya masih belum mendapat kesimpulan yang bagus,”
Mengamati Susan yang kini serius meski faktanya memberinya gelar “Wanita Serampangan” bukan hal yang salah, Madame Murtlock berpaling padanya.
“Beri tahukan rincinya.”
Susan membicarakan soal perbandingan hari demi hari. Susan merujuk pada keterangan Zofia, ketua suster lantai atas, bahwa penempatan Julia Chalice atau wanita yang dibawa oleh dua petugas Ambulan Ambercourt Hospital, pada sel nomor 16 dan 21 tidak mengalami hal baik. Masing – masing hanya satu hari.
Dari data yang dibacakan Susan, Zofia menilai bahwa sel nomor 16 atau Mr. Grehan adalah salah satu individu yang paling stabil di lantai atas.
Terjadi nyaris baku hantam akibat Mr. Grehan, 28 tahun, terlalu banyak bertanya pada Julia Chalice, 26 tahun, mengenai luka lebamnya.
Penyebab : Julia Chalice, 26 tahun, mengalami pergolakan emosi yang tinggi. Kondisi saat diberi obat penenang : Stabil temporer. Pencegahan aksi : Tidak ada.
Pada sel No. 21 di keesokannya, Mrs. Krynaut juga melakukan hal yang sama, menanyakan hal yang sensitif walau berbeda topik dengan Mr. Grehan. Julia Chalice hanya membentak hingga mengakibatkan pergolakan mental pada Mrs. Krynaut.
Penyebab : Julia Chalice, 26 tahun, mengalami pergolakan emosi yang tinggi. Kondisi saat diberi obat penenang : Stabil temporer. Pencegahan aksi : Kedua tangan diborgol dan dirantai.
“Tch! Apa aku seharusnya menolak saja ya waktu itu?” ucap jengkel Madame Murtlock dengan menyesal.
“Huh? Saya kira itu adalah pilihan yang tepat. Apalagi Dr. Audagird juga mengiyakan?”
“Masalahnya beliau juga nggak mengomeliku yang… membuatku bingung, sih….” Madame Murtlock mengusap rambutnya seolah tidak ada lagi yang bisa dipikirkan olehnya. “Nah, kupikir Dr. Audagird punya pemikiran lain. Lanjutkan, Susan.”
Lantas…
Susan merujuk pada data milik Yasmin, atau ketua suster di lantai dasar atau lantai yang sama mereka berdua memijak saat ini.
Juga dilakukan selama dua hari, Yasmin menggunakan referensi sel nomor 8 dan 10. Berdasarkan keputusan tim, mereka menilai bahwa sel nomor 8 dan 10 adalah pasien yang paling stabil dan bahkan mendekati kewarasan.
Data berdasarkan sel nomor 8, Mr. Grant, tidak terjadi percakapan sedikitpun. Hal ini dikarenakan Mr. Grant, 35 tahun, merasa sensitif terhadap sikap Julia Chalice, 26 tahun, dengan raut wajah bermuram durja. Terutama Mr. Grant merasa terganggu dengan gumaman wanita itu setiap saat.
Penyebab : Julia Chalice, 26 tahun, kondisi mental yang belum stabil. Belum ada lonjakan emosi. Kondisi setelah diberi obat penenang dosis rendah : Tidak ada perbedaan signifikan. Pencegahan aksi : Kedua tangan dirantai dan diborgol.
Sedangkan data berdasarkan sel nomor 10, Madame Caragh, 52 tahun, terjadi percakapan satu sisi dan sentuhan fisik. Madame Caragh dengan gangguan kejiwaan karena berharap punya anak perempuan sangat senang dengan kehadiran Julia Chalice. Madame Caragh mengelus kepala Julia Chalice seolah putrinya sendiri. Sementara Julia Chalice hanya diam dan tidak merespon.
Penyebab : Julia Chalice, 26 tahun. Kondisi mental belum stabil. Belum ada lonjakan emosi. Kondisi setelah diberi obat penenang dosis rendah : Tidak ada perubahan. Pencegahan aksi : Kedua tangan diborgol dan dirantai.
“Sementara data saya….” Susan membuka halaman yang paling depan. “Kamar sel nomor 27, Nona Downey, 22 tahun, dengan Julia Chalice hanya terjadi percakapan satu sisi. Tidak ada tanda – tanda aksi dan lonjakan emosi. Lalu… kamar sel nomor 25, Nona Pender, 26 tahun, juga sama seperti sebelumnya hanya terjadi percakapan satu sisi. Julia Chalice mengalami lonjakan emosi dengan membenturkan kepalanya di tembok sampai sedikit berdarah. Sedangkan pada sel nomor 30, Mr. Kirwan. Julia Chalice masih sedang dipantau hari ini,”
“Apa hal signifikan yang terjadi dengan Nona Pender?”
“Nah, kita tahu bahwa Nona Pender adalah orang yang sangat dramatis, kan? Saya mengira dia melontarkan kata – kata nggak penting. Dan sejujurnya… Ugh… karena masalah itu, Julia Chalice harus kembali mengonsumsi obat penenang dosis tinggi, Tch!”
Madame Murtlock hilir mudik sesaat sambil menggigit ringan jempol kanannya dengan gelisah. Sementara Susan menambahkan bahwa dirinya tidak yakin bila Julia Chalice, 26 tahun, tidak akan pernah bisa mendapatkan kestabilan bila dimasukan dalam sel ganda.
“Kamu tahu sendiri kalau tempat ini nggak punya sel tunggal atau VIP, kan? Lagipula kita dalam keadaan Overload! Dr. Audagird memberitahuku bahwa bulan depan ada pasien masal lagi!” Madame Murtlock mengomentari Susan atas keberatannya.
“Karena itu saya nggak menyarankan tempat ini, Madame!”
“Apa maksudmu? Mutasi rumah sakit lain? Kamu ingat kalau pasien yang nggak jelas asal usulnya hanya di tempat kita?”
“Benar juga….”
Mereka buntu jawaban. Sejujurnya, mereka masih punya satu opsi yang tentunya sangat mereka hindari. Opsi itu adalah pilihan yang paling… paling… belakang dan yang terakhir.
“Uggghh….. Aku benci mengatakan ini, tapi bagaimana kalau orang itu?”
Tiba – tiba…
#Taptaptap
Abigail berlari dari arah ruang meeting. Ia menuju Madame Murtlock.
“Ow, Abi!?” sapa Susan sambil melambaikan tangannya.
(Duh… tuhan…. Kenapa masalah berangsur – angsur….) Madame Murtlock sudah langsung dipenuhi kecemasasan dalam pikirannya, sambil mendengus berkeluh kesah.
“A-anu… Mr-Mr. Clovis….”
“Huh? Ada apa lagi, Abi?” Madame Murtlock menepuk jidatnya putus asa.
***
ns3.135.224.139da2