Matahari telah terbenam…
Moritz merasa lega karena di perjalanan tidak ada kejadian yang signifikan. Ny. Atilla dan anaknya kini telah kembali di rumah, sementara Moritz masuk ke dalam bangunan persegi panjang kayu dengan atap trapesium dari genting yang terletak di pertigaan jalan menuju Hutan Vaughtort dan Desa Vaughtort.
Di dalamnya seperti aula luas beralas kayu coklat gelap. Moritz kemudian masuk ke satu ruangan yang terletak di dalam bangunan. Ia sedang berdiskusi dengan Beastrian manusia banteng, pria dan wanita elf, serta satu dark elf. Apa yang hendak disampaikan Moritz cukup membuat keempat orang di hadapannya bermuka panik.
“Apa!? Moldrin katamu? Hm….” Beastrian manusia banteng itu tampak heran sambil memegangi janggut putihnya. “Tapi… apa kamu yakin nggak memakai sihir apapun kan, Tn. Moritz?”
Ketiga elf lainnya segera memejamkan mata dan terlihat fokus. Mereka sama – sama memegangi telinga kanannya. Mereka lesat dalam mode telepati.
“Ini mungkin nggak secara langsung, tapi Beng dan kawan kecil lainnya hilang dan nyaris menjadi santapan serigala grizzly adalah kondisi yang aneh,”
“Hm… apalagi aku yang menyaksikan sendiri kamu merapal mantra perlindungan kamuflase bau tingkat 4. Apa para monster berkembang dengan cepat?”
Beastrian manusia banteng itu menyeruput cairan hangat dalam gelas bambunya.
“Kalau itu entahlah…. Aku nggak pernah bertemu keganjilan seperti itu di etherealm ini. Bahkan juga nggak ada kabar berita dari Lodrington mengenai Orion Transmitter Yregalia yang bermasalah. Tapi, Tn. Bastle, apa anda nggak punya mantra pendeteksi lain dari jarak jauh?” Moritz bersikukuh duduk lesehan dengan badan tegak.
“Hm… meski kamu bilang begitu…. Hah…..” Sambil menghela nasfas dab nada enggan, Beastrian yang dipanggil Bastle itu berenjak dari duduknya.
Tangan kanannya diangkat, tiba – tiba sebuah tongkat muncul ke permukaan.
“Truesight!” Tn. Bastle mengetukkan tongkatnya ke lantai kayu. Kedua matanya terpejam.
Keadaan sekitar lima orang di sekitar tiba – tiba sunyi dan agak gelap. Ujung bawah tongkat Tn. Bastle menghasilkan efek mirip tetesan air melingkar dan melebar.
------------------------------Skill Info---------------------------
Truesight – Tier V Skill – Penglihatan mutlak. Kemampuan ini adalah versi lebih baik dari Eyesight. Truesight mampu melihat sesuatu yang tidak terlihat pada jarak yang sangat jauh.
Sekitar lima menit, tongkat itu diangkatnya. Seketika seisi ruangan kembali normal.
“Ada yang aneh!” Kedua mata Tn. Bastle terbuka dengan cepat. Raut mukanya diselimuti rasa khawatir akan ketakutan yang dibayangkan. “Mawar hitam! Ada mawar hitam yang nggak bisa dilihat dengan mata biasa di sekitar Hutan Vaughtort!”
“Mawar hitam!?”
Sementara itu, satu per satu elf itu keluar dari sikap fokusnya.
“Dryad dari Hutan Pirn pada kabur dan hendak menuju Vaughtort! Lyrei akan menceritakan detilnya dengan lengkap nanti! Ia akan ke sini sebentar lagi!” Elf muda wanita, berambut hijau muda ponytail itu berpaling ke Tn.Bastle.
“Apa itu benar, Nona Esta?” Tn. Bastle berpaling pada kedua elf lainnya. “Bagaimana dengan kalian? Tn. Ruven? Nyonya Faegwyn?”
“Aku menerima kabar bahwa beberapa Elf di Kota Pirn hilang di hutan sejak dua hari yang lalu. Mereka telah melapor ke penguasa Grenaldine masih belum dapat tanggapan!” jawab elf pria itu.
“Begitu pula denganku…. Kawanan dark elf kini sedang mengintai. Katanya, di hutan pirn terdapat bunga mawar hitam yang melimpah. Juga, semakin ke jantung hutan pirn, semakin terdengar suara nyanyian. Nyanyian itu menenangkan dan membuat ngantuk. Hm… aku nggak pernah mendengar itu sebelumnya….” Dark Elf wanita yang dipanggil Faegwyn itu memegangi dagunya kebingungan.
(Huh? Nyanyian? Sial! Perasaanku semakin nggak enak!)
Moritz segera berdiri seolah tergesa - gesa.
“Nyonya Faegwyn, apakah suara itu merdu seperti suara siren!?”
“E-eh? Y-ya…. Mereka mengatakan seperti siren hanya saja itu di tengah hutan….”
“Kalau begitu tolong beri tahu mereka untuk segera kabur dari sana!” Moritz berpaling ke arah Esta dan Ruven. “Tn. Ruven dan Nona Esta, bisakah anda menyusul elf yang bernama Lyrei tadi?”
“Ayah?” Esta menoleh ke arah elf pria yang dipanggil Ruven.
“Ayo, Esta!”
“Nyonya Faegwyn…. Setelah anda telepati, bisakah anda temani saya ke Hutan Pirn?”
“Aku nggak keberatan. Malah… terima kasih!” Ny. Faegwyn kembali ke mode fokus, mode telepati.
“Aku akan mengumpulkan warga untuk menyebarkan kejadian genting ini! Sementara itu…,”
Tn.Bastle mengangkat tongkatnya. Ujung kepala tongkat itu menyala sinar hijau. Lantas, sebuah tulisan – tulisan kuno seperti sebuah tali yang panjang mengelilingi tongkat itu.
“Robe of Translucent Stars!”
Tulisan – tulisan kuno itu semakin banyak dan menyebar. Melilit tubuh Moritz, Faegwyn, Ruven dan putrinya, Esta membentuk sebuah mantel. Kemudian mereka tidak terlihat.
.------------------------- Skill Info ---------------------------
Robe of Translucent Stars – Tier VI Skill – Memberi kawan jubah tembus pandang yang dapat menyembunyikan bau dan pandangan tim dari musuh. Memberikan resistensi pada serangan fisik dan magis sebanyak 200% serta kecepatan tiga kali lipat dalam durasi tertentu. Ketika skill itu diaktifkan akan berdampak bagi kawan kecuali dirinya sendiri.
.Bastle mengumpulkan warga untuk memberi penyuluhan status siaga pada desa. Bastle mengatakan untuk bergotong - royong menyiapkan obat penanganan pertama.
Sementara Moritz, Esta, Ruven dan Faegwyn menuju Hutan Vaughtort. Mereka berlari seolah tidak ada hari esok.
“Tn. Moritz, anda nggak bawa senjata?” Ny. Faegwyn berpaling pada Moritz sambil memegangi telinganya menunggu pesan telepati dari teman Dark Elfnya.
“O-oh, haha, nanti kita berbelok ke rumahku dulu….”
Setelah sekitar sepuluh menit memasuki hutan vaughtort, Moritz memberi saran untuk menghancur mawar hitam di sekitar.
“Ada yang punya sihir Eyesight dan semacamnya?”
Tanpa ada yang mengangkat tangan bahkan jawaban, Esta langsung merapal sihir itu. Esta berada di posisi tengah, sedangkan tiga yang lainnya melindungi.
Deritan suara pohon bambu suara dan suara gemuruh angin pepohonan pinus membuat suasana tidak nyaman. Pencahayaan yang sangat minim dari api alam yang dirapal Ruven.
(Falsify procedure!)
(Widespread of Nightpact!)
(Pact of Yidhra!)
(Mind Connect!)
Moritz merapal mantra diam – diam.
(Kupikir ini cukup.)
“Di sana ada dua bunga mawar hitam!” Esta menunjuk pada sela – sela pohon bambu yang terus berderit.
“Eh? I-itu benar!” Ruven terkejut. “Kok aku bisa melihat juga?”
Tidak hanya yang ditunjuk Esta, melainkan di sekitar mereka juga banyak. Mereka bisa melihat semua bunga mawar hitam itu.
“Saya merapal mantra agar kita bisa melihat apa yang dilihat Nona Esta.” Moritz mengambil pisau kecil dari sakunya lalu berlari menebas semua mawar hitam yang ia lihat.
“Jadi begitu, Tn. Moritz? Kalau begini semuanya menjadi lebih mudah!” Ruven menarik pedangnya sambil merapal mantra.
“6 Slash Twilight strike!”
Tebasan itu menyebabkan bambu dekat mawar hitam itu roboh dan terpotong tipis – tipis enam bagian.
Seolah tidak mau kalah, Faegwyn merapal sihir pendukung.“Hymn of Clarity!”
Semua mawar di sekitar memancarkan cahaya kuning agar lebih mudah ditemukan.
“Itu sangat membantu, Ny. Faegwyn, terima kasih!”
“Aku membantu sebisaku, Esta,”
Mereka berpencar dan membersihkan semua mawar hitam yang tersisa di Hutan Vaughtort.
.
.
Sekitar 1 jam berlalu….
Mereka saling berkomunasi lewat pikiran dan telah sepakat tidak ada sisa mawar hitam.
Kini mereka ke titik tengah.
“Apa ada perubahan?” tanya Ruven sambil memandangi sekitar.
“Entahlah, ayah. Tapi… aku merasakan aura lain!”
(Nona Esta benar. Sesuatu mendekati kami. Elf memang bisa diandalkan.)
#Taptaptap!
“tolong….”
Moritz dan tiga rekannya berbalik ke belakang, ke arah sumber suara titik lebih dalam Vaughtort.
#Pssiu~ Sapsapsap! – Suara anak panah dilontarkan.
#Wraugghleft~ heh heh…HUOORRGGGGHH!!
“Serigala grizzly!” kata Moritz dengan lantang.
Moritz dan ketiga rekannya berlari menuju sumber bunyi. Mereka diselimuti khawatir dan panik. Barangkali itu adalah Lyrei, teman Esta.
“ESTAAA! Katakan lokasimu, ESTAAAA!”
Mereka berempat terus berlari mendekati sumber bunyi.
“TOLONGG!! ESTAA AKU DI SINI!!”
Sumber suara itu mengarahkan mereka untuk berbelok ke kiri. Esta tidak berhenti memanggil nama Lyrei, bahkan ayahnya juga, Ruven. Sementara Faegwyn memegangi telinganya berfokus menunggu kabar dark elf di hutan pirn. Sedangkan kerutan di dahi Moritz, dengan gamblang menggambarkan seberapa sangsi dirinya terhadap keadaan saat ini.
(Aku… nggak ingat pohon pinus selebat ini…. Apa aku yang lupa?)
.
Lantas….
.
Elf wanita berambut biru itu sedang bersandar di pohon dengan luka di pinggangnya. Sementara tiga anjing tempurung itu telah mati tergeletak di dekatnya.
“To-tolong… uhh….”
#Hiks..hiks….
Elf itu merintih kesakitan.
ns 172.70.100.165da2