“Oh? Kamu sudah bangun, Camilla?”
“Selamat pagi kurasa?” ia menguap sambil meregangkan pinggangnya. Lalu ia mengusap matanya yang sayu – sayu dan mengambil satu kaleng bir. Ia tidak sadar kalau kini menjadi pusat perhatian.
#Gluck, gluck!
“Fuwahhh segarnya!”
Karena tiba – tiba sepi, Camillia menjadi heran. Saat Camilla memandangi setiap orang, ia terkejut.
“Apa!? Apa ada yang salah denganku?”
“Eh? Nggak ada kok,” sahut Mythril.
Semua rekan Wraith Sanctum langsung mengalihkan pandangannya. Namun mata Camilla masih terlihat curiga.
“Kukira ini sudah waktunya….” Cron, beranjak dari sofa. “Sampai jumpa besok…”
“O-oh, Cron, padahal aku baru bangun?” sahut Camilla.
“Eh? Kamu hanya minum sekaleng bir dan sedikit makanan, loh?” tambah Beldevere berpaling pada sekretarisnya. “Mythril, ambilkan beberapa makanan untuk Cron,”
“Seperti biasa, milady?”
“Lebihin dikit, toh semua orang nggak bakal habis juga,” Baldevere menghela nafas.
Sementara Mythril menyiapkan untuk Cron, Beldevere menagih sesuatu.
“Cron, sementara kamu menunggu bagaimana kalau kita melakukan penjelasan singkat soal operasi keamanan tadi? M-maksudku, untuk masukkan bagi kami Wraith Sanctum untuk melangkah kedepannya…” Baldevere sedikit sungkan.
#Hah… (sighed)
Cron yang hendak mengambil pedangnya yang bersandar di tembok dekat pintu, berbalik arah. Ia mendengus letih. Ia berpaling nyaris ke arah Baldevere.
Perhatian kembali tertuju pada Cron. Kecuali Dina yang tampak masih menaruh benci pada Cron. Mereka memandang Cron sebagai orang yang jauh lebih berpengalaman dari siapapun.
“Baiklah….” Cron menggaruk kepalanya dengan muka enggan.
(Jadi… aku mulai dari mana, nih?) pikirnya.
-Diskusi telah dimulai-
Semua orang, satu per satu, mulai memperhatikan Cron. Sebenarnya mereka tidak terlalu senang terhadap hasil hari ini. Karena itulah, wajah – wajah para Wraith Sanctum bermuram durja, frustasi, dan sedih. Perayaan kecil itu hanya untuk menenangkan hati mereka sesaat. Tapi, diskusi itu dilakukan demi kemajuan aliansi. Lagipula, dulu Wraith Sanctum seperti singa dalam hutan…. Dibandingkan sekarang….
“Ada tiga penyebab… kurasa,” ucap Cron yang melipat tangannya. “Pertama, kita nggak bisa memastikan apa yang penting dan tidak untuk diinformasikan pada setiap anggota divisi keamanan,”
Mendengar itu, anggota Wraith Sanctum menjadi bingung dan heran. Mereka kurang mengerti apa yang dikatakan Cron.
“Huh? Apa maksudnya itu, adik Cron?” sahut Bonus sambil menyibakan rambutnya agar terlihat keren.
“Hm… aku nggak paham soal itu. Aku, Bonus, dan Scarlett sama – sama melihat sekte gereja Order of Hypogriph. Mereka tentu menjadi ancaman yang sangat fatal…,” Fairmind mengangguk – angguk yakin.
“Heh! Makanya kamu dibenci wanita, Cron! Sebagai idola penyanyi papan atas, panggungku punya pandangan yang luas untuk memantau semuanya, Ahohohoho~!” Scarlett mengangkat bahunya. “Tapi… aku masih nggak ngerti kenapa kamu mempermasalahkan itu~? Dan~ itu benar bahwa sekte okultis itu jumlahnya lumayan banyak!”
“Hah… sudah kuduga, dasar otak lagu,” komentar Cron dengan pelan.
“APA KATAMU!?” Scarlett tidak terima.
Sementara Countdime diam saja dan terus menyimak.
“Nah, kesampingkan itu…” Cron menimpa. Tambahnya, “Nggak ada salahnya kok. Mari kita asumsikan dalam kerumunan itu ada sekitar 5% sekte okultis. Kita hanya mengawasi 5%... dan yang berpotensi?”
Mythril menuju Cron dan menyerahkan satu bungkus besar makanan.
“95% adalah ancaman kita yang sebenarnya, jadi begitu. Kalau begitu, bukannya fokus pada 95% adalah hal yang sulit? Mythril mengajukan pendapatnya.
“Aku nggak yakin dengan kata ‘fokus’ yang kamu maksudkan, Nona sekretaris.” Cron menerima bungkus itu lalu duduk kembali di sofa, bersebelahan dengan Ariri. “Jika fokus diartikan pada 5%, maka 95% adalah hanya sekedar mengamati. Order of Hypogriph memanglah sesuatu sedari awal. Koneksinya dengan pemerintah …”
Kata Cron dengan hati – hati, “Tapi kalian harus ingat, Wraith Sanctum menempati posisi terbawah soal kekuatan dan kedaulatan….”
Setelah kata – kata itu dilontarkan, Cron sadar bahwa ia telah menyalakan api tak terlihat di tengah para anggota Wraith Sanctum. Tangan – tangan mereka menajam nyaris merobek sofa. Tampak aura menyeramkan yang membuat dua wanita Moonshed itu tidak berkutik. Mereka bertambah fustasi dan seolah tidak terima dikatakan seperti itu.
“Setuju, aku juga nyaris binasa…,” komentar Countdime membuat api frustasi suasana di ruangan itu mereda.
Countdime melipat korannya.
“Akui saja! Kita ini memang lemah! Bala prajurit kita bahkan hanya ini! Ini memang menyebalkan, tapi Cron benar tentang fakta itu!” Countdime mengutarakan pendapatnya dengan lantang.
Seolah pukulan telak pada wajah mereka, para Wraith Sanctum merenungi apa yang dikatakan Countdime. Pria yang dikenal kompeten, selalu serius, dan hanya bicara saat terjadi hal penting membuat mereka sadar. Apalagi pengakuan Countdime yang nyaris binasa. Itu karena mereka meyakini kekuatan Countdime bahkan setara dengan Baldevere.
Kedua wanita Moonshed itu juga menunduk, ikut merasakan pilunya suasana ruangan ini. Mereka depresi.
***
“Nah, meskipun aku berkata begitu…” Cron menggaruk kepalanya, merasa sedikit sungkan. “Aku yakin… banyak strategi yang cocok untuk Wraith Sanctum nantinya….”
Ucapan Cron kali ini tidak begitu berpengaruh pada situasi depresi saat ini.
#Plop
“Sudah, sudah! Nggak usah dipikirkan dalam – dalam! Cron masih bersama kita, teman – teman! Chill dulu dong!” Lady Baldevere mencoba menyemangati mereka.
“Dan… Cron, katanya kamu punya tiga poin?”
Cron mengatakan poin keduanya adalah hal yang sensitive. Ia menambahkan bahwa dirinya akan memberitahu di pertemuan rapat rutin pembahasan operasi selanjutnya karena saat ini ada dua orang di luar aliansi.
Dina terkejut dan kecewa. Ia ingin sekali marah, namun karena alasan Cron begitu kuat untuk kepentingan aliansi, Dina entah bagaimana mencoba diam.
“Poin ketiga…” Cron menunjuk seseorang. “Camilla adalah penyebabnya….”
Arah tunjuk Cron, berarti siap – siap saja orang itu akan tersudutkan.
Wanita berambut kuncir bakpao kembar itu terperanjat. “K-k-k-k-kok a-a-akuuu!?” Camilla menunjuk dirinya sendiri.
Camillia seolah mau pingsan ketika para rekannya memandangnya seperti anjing gila yang siap mengoyak – oyak tubuhnya.
#Hah…. (Sighed)
Sebelum kesalahpahaman itu semakin dalam, Cron beralih duduk di dekat Camillian. Dengan pandangan lurus ke depan, Cron merangkul kepala wanita yang kini wajahnya diselimuti kekhawatiran atas tuduhan – tuduhan. Kedua telapak tangan Cron siap mengusili wajah Camilla.
Parahnya lagi, ekspresi Cron datar tanpa dosa.
“Kalian pikir wanita lucu ini adalah penyebabnya?” Kedua tangan Cron menggerak – gerakkan wajah Camilla sesuka hati. Ia menciptakan wajah koyol dari bentukan kerutan yang diciptakan dari jari Cron.
“CRRONN!” protes Dina, pipinya memerah. “Ng-NNGGAK SOPAN, TURUNKAN TANGANMU, MESUM!”
Cron tidak menggubris Dina, tapi para rekan Wraith Sanctum mulai sedikit tertawa. Cron membuat mereka sadar bahwa Camilla hanya wanita yang mereka kenal. Camilla hanyalah rekan mereka pada umumnya.
“Heh… maaf kami selalu membuatmu salah sangka…,” Scheme, om – om dengan wajah kembar dengan Stitch hanya saja tanpa brewok, mengutarakan pendapatnya. “Jadi bagaimana? Camilla… melakukan kesalahan?” kata Scheme dengan nada bass macho sambil memegangi dagunya.
Stitch dan Scheme adalah om – om berdagu pantat kembar, kecuali brewoknya.
Cron kini berhenti mengusili wajah Camilla. Sebagai gantinya ia mengelus kepala Camilla seperti anak kecil.
“Ini murni ketidaktahuanku…. Dimensional pressure dan Substansial detektor itu adalah kuncinya….”
Cron menjelaskan bahwa sebagai basis dasar, Camilla adalah satu – satunya bukan ras wraith yang bergabung di Wraith Sanctum sebelum dirinya. Ia mengatakan bahwa salah satu alat yang dibawa Dina dan Ariri seharusnya bereaksi kuat padanya. Terutama Dimensional Pressure dapat memaksa Camilla pingsan dalam beberapa jam.
“Apa maksudmu, Cron? Jadi kamu mengatakan bahwa Camilla ini adalah ras Void?” tanya Dina tiba – tiba.
Cron berpaling ke Dina, sementara Camilla memandang Cron seperti seorang malaikat yang menyelamatkan tuduhannya. Terutama ia sangat menikmati elusan di rambutnya itu.
“Dengan kesadaran sepenuhnya dan tanpa menyesal, Dina. Dan dari beberapa pengalamanku, aku sepenuhnya yakin bahwa Camilla ini ras Void.“ Cron lalu berpaling pada wajah Camilla. “Lebih tepatnya… Elder Void,”
“Apa?” Scheme terkejut.
“EEEEHHHHHHHH!!!!!???????” disusul semua orang yang ikut heboh.
Void termasuk ras yang unik. Mereka bisa saja berbentuk menyerupai ras lainnya, namun mereka juga punya wujud yang abstrak. Sebagai pengetahuan umum di dunia etherealm, ras Void punya kemampuan yang lebih kuat daripada ras malaikat dan infernal. Apalagi, Void Elder.
“Cron, benarkah itu? Tapi saat kutanya dulu… dia ini hanyalah Wraith sama seperti kami?” Balvedere memasang wajah serius. “Auranya, kekuatannya, semua itu cocok dengan apa yang diucapkannya waktu itu, aku yakin sekali!?”
“Nah, apa kamu tahu… kalau ras void bisa memanipulasi semuanya dengan sempurna?” kata Cron.
“M-maaf, milady. T-tapi… waktu itu anda m-membuka rekrutmen anggota hanya khusus W-wraith saja. Jadi… jadi… saya tidak punya pekerjaan lain… k-k-karena itu….” Camillia sedikit ketakutan membuka mulutnya.
Cron beranjak dari duduknya sekali lagi. Ia merasa lega telah memberi jalan harapan pada pemimpin Wraith Sanctum meski itu sedikit merepotkannya. Meski Cron, lelah memberikan dasar – dasar pengetahuan pada aliansi yang tampak jauh dari kata pengalaman itu.
“Begitulah kurang lebihnya, terima kasih atas makanannya.” Cron membungkuk, kemudian pergi “Aku harus pulang….”
Cron berjalan menuju pintu keluar. Cron meninggalkan kesan canggung pada rekan – rekannya, juga pada mantan aliansinya, dua wanita dari Moonshed.
“Hey, Cron! Ka-kamu sudah mau pulang?” Camilla merengek.
Cron mengambil dan menaruh pedang di pundak, lalu menoleh sedikit. “Orang buta sepertiku… seharusnya hanya menuruti perintah, bukan?”
Cron menutup pintu dari luar.
“Hati – hati di jalan, terima kasih atas kerja samanya!” balas om Stitch dan Scheme bersamaan.
Ucapan sederhana Cron barusan tentu memberikan pukulan hebat yang mendorong rasa ego Lady Montana Baldevere untuk keluar.
Namun…
Tangan Lady Baldevere menggenggam erat dengan geram meski roman mukanya menyapa hangat Cron yang izin pulang.
Daripada mengikuti ego, menerima masukkan dari bawahannya yang bahkan cacat mata, Lady Baldevere merasa lebih baik meski itu sulit.
(Pendapat yang rasional dan masuk akal tidak ada alasan untuk tidak menerimanya. Meski itu dari orang yang jabatannya jauh di bawahmu, jauh lebih lemah, sekalipun orang itu cacat, Montana!) Montana Baldevere, sesaat mengingat kata – kata mendiang kakeknya.
Lady Baldevere belajar hal baru. Kini selangkah lebih maju dalam membawa Wraith Sanctum ke depan.
Selangkah lebih maju, menjauhi egonya….
***
ns3.135.237.153da2