Pada akhirnya…
Meski jatah sebulan sebotol obat penenang telah didapatkan, bukannya senang, aku masih kepikiran. Mungkin karena efek berkurangnya satu orang, bahkan untuk terakhir kalinya aku dipandang kasihan.
“Setelah ini habis, lalu apa?” Tanyaku berulang kali menggema bisikan hati, sambil melempar ringan botol itu.
Gerak kepalaku menghadap lukisan hitam sarang bintang, dengan menggengam membayangkan.
.
.
Pencapaian pertemanan selama empat tahun di apartemen usang, sejauh ini hanyalah Nona Fio dan Lady Honesty. Hanya pada mereka berdua mulut ini mengisi pembicaraan dengan lugas dan berarti.
.
.
Well, sebenarnya kalau dipikir – pikir, aku bisa punya lebih dari itu. Seharusnya….
.
Sebagai orang yang konservatif terhadap prinsip bertahan hidup, aku selalu punya pemikiran berlapis. Prinsip itu berkesinambungan dengan otakku yang malas, sebut saja praktis. Sehingga kecenderungan hal yang dilakukan harus berdampak dan mendukung cara bekerja yang pragmatis. Karena itu aku berinvestasi pada suatu teknis.
.
Sedikitpun aku tak pernah mempercayakan masa tuaku di HRSHC, Humanitarian Research Social Hierarchy Control (Penelitian Kemanusiaan Pengontrolan Hierarki Sosial). Meski segudang prestasi, aku tetap tak bisa mempercayai orang lain. Dari jauh pikiran telah disiapkan, bahwa seseorang juga yang akan menyepakku. Dan itu benar, meski tidak langsung.
.
Whytuber, sebuah platform yang memfasilitasi pekerja lepas untuk menghibur setiap orang dengan cara tertentu. Bukannya alasan hobi bila komputer gaming dan internet kuat menetap dalam tempatku, tapi sumber keuangan. Meski pelanggan mencapai setengah juta, anehnya aku tetap tidak mendapat yang seperti Nona Fio atau Lady Honesty.
.
Kalau dipikir – pikir, memang aneh sekali….
“Mungkin aku terlalu berpikiran jauh?” Sepatah kata dalam pikiran gundah.
166Please respect copyright.PENANAHUTynGzJja
.
Angan – angan itu membuat langkah kaki berjalan otomatis tanpa sadar bahwa apartemen usang ini sudah di samping. Kutaruh lukisan itu bersandar. Kemudian menancapkan lubang kunci lalu diputarkan hingga terdengar bunyi klik tanda pengaitnya telah terbuka.
.
Pandanganku lebih dulu menyapa mesin vacum cleaner yang masih tiduran di lantai. Terlihat Nona Chernyy sedang asik memainkan botol obat di dekat mesin penyedot debu. Itu adalah botol obat yang membuatku terjungkir.
.
“Kok bisa jatuh lagi?” tanyaku sambil menaruh botol itu di atas drawer samping dekat pintu.
Tanganku spontan mengangkat Nona Chernyy, “Maaf ya agak lama.”
Menggendongnya di atas pundakku, lalu mengelus bulu putihnya. Piringnya bahkan telah kosong tanpa tersisa.
“Anak pintar, makan selalu habis!” Kuturunkan pada bantalan melingkar empuk. “Sebentar ya.”
Kutaruh lukisan itu pada kamar kedua. Hari esok adalah keputusannya untuk dipasang dimana, saat ini setelah pintu kukunci kembali, aku ingin bersantai di sofa.
Nona Chernyy kembali lagi mengikutiku. Apa Russian White selalu cepat kesepian? Entahlah, rasanya seperti diriku saja.
Segera setelah mencuci tangan, aku membanting diriku di atas sofa bludru yang lembut. Tidak lupa sebatang remot menjad kendali tangan kananku.
Nona Chernyy melompat dan menetap di pangkuanku. Dia sedang cari – cari perhatian. Sah – sah saja mengingat sekitar tiga atau empat jam aku tidak hadir di dekatnya.
“Nona Chernyy, kamu suka ini?” Aku mengelus kepala dan punggungnya dengan ramah. Matanya yang mengecil lalu memejam, bahkan saat lehernya kuusap – usap, kepalanya kian merendah.
Tidak seperti biasanya, saat tanganku hendak memencet remot, ia menoleh ke arahku. Mata hijaunya menatapku dengan sedih.
“Kenapa kamu melihatku begitu?” Tanganku masih mengelusnya.
“…” Perutnya mengembang sesaat, mulutnya terbuka namun tak jadi bicara.
“Aku hanya menyetel acara kesukaanmu. Nona Chernyy,” Tombol merah pada remot telah kupencat, berharap acara itu masih ada.
Tererereret tet tet tet tet tet treeet~
“Relax per Day! Bersama Crom dan~” Suara halus dengan bas cenderung agak dalam seorang pria.
“Timothy~” Lengkingan sopran dari seorang wanita menyentuh nada selulosa.
Tererereret tet tet tet tet tet treeet~ Lagu intro yang diputar kedua kalinya.
“Meow…”
“Kamu berterima kasih? Sama – sama,” balasku seakan ia mengatakan itu.
Mata Nona Chernyy kemudian perlahan dipalingkan layar lebar berisi acara itu.
Acara Relax per Day, kesukaan Nona Chernyy, berisi tentang cara – cara bersantai untuk menenangkan pikiran. Muncul sekali tiap seminggu, sabtu tujuh malam, sofa ini selalu menjadi tempatku menyandar bersama Nona Chernyy.
“Kamu tahu Cron~ malam ini kita akan membahas hal yang menjadi isu akhir – akhir ini,” wajah Timothy yang tampak dibuat keheranan.
“Apa itu sayangku, Tim?”
“Tentu saja, tetanggku, Cron! Dewasa ini sering mendengar kisah aneh…” Sebuah lelucon inggris yang biasa digunakan untuk pembuka.
Cron, pria berbaju keemasan dengan rambut pompadournya, dan Timothy, dengan dress perak mengkelip, make up putih tebal mirip harlequin di serial batman. Mereka host yang sudah lama di acara tersebut. Lima belas tahun mungkin? Entahlah mungkin bisa lebih lama.
Mereka selalu mengundang bintang tamu yang sesuai kualifikasi, antara dokter atau pakar ahli. Aku bisa mengerti, karena pembawaannya yang humoris, perlu adanya batasan. Well, para tamu bertugas membenarkan.
Caranya yang mereka sajikan selalu jenaka dan tak pernah berhenti mengocok perutku. Seperti lemon hangat di pagi, siang dan malam, sebelum dan sesudah makan. Bukannya manfaat vitamin c sebagai asupan, sebaliknya perut mual yang beralasan.
Aku tak mengerti kenapa russian white bisa tertarik dengan acara ini. Lebih tepatnya acara itu cocok untukku walau aku tak pernah tahu bila bukan Nona Chernyy yang memulai. Dia selalu mematung hingga acara itu selesai.
Bulu putihnya tidak selebat jenis persia, namun perilakunya cenderung sangat aktif. Saat aku masih SMA tahun pertama, bahkan nenek masih hidup, Nona Chernyy kecil tampak berjalan tertatih – tatih mencari ibunya di sekitar gang kecil menggenang air hujan. Begitu memberinya perhatian, ia bagaikan lem hidup yang terus lengket mengikutiku hingga pulang.
Sebagai perbandingan, Nona Chernyy lebih kurus dari sejenisnya, dan pertumbuhannya agak lambat di umurnya. Persis saat menggendongnya pulang, nenek memberikanku dua pilihan. Mengurusnya hingga dewasa, atau menutup mata.
Di umuranku yang masih sok berpahlawan, tentu opsi kedua satu – satunya tanpa kompromi. Uang saku dan hasil hadiah beberapa lomba karangan ilmiah kutumpuk jadi satu sebagai bekal amunisi.
Well, itu berjalan cukup baik. Terjadi konsultasi hanya seminggu, namun ada dua hal yang fatal. Nona Chernyy punya sistem pencernaan yang tak terlalu baik, sehingga wajib menggunakan makanan basah. Satunya lagi, ia divonis penyakit jantung dadakan. Setiap dua bulan sekali, aku harus mengunjungi dokter hewan untuk memberinya suntikkan yang menenangkan jantungnya.
“Seperti biasa, jangan menaruh harapan pada saku yang ketat…”
“Seringlah bertanya pada orang yang tepat. Di malam yang penuh manfaat…”
“Mari kita sambut…” Suara Cron dan Timothy berbarengan.
Kepalanya yang selalu kuelus dari belakang, matanya yang tak berkedip seakan mengerti apa yang dikatakan dua host di TV itu.
“Psikiater dan pencetus teori alam bawah sadar, Fred Downey!” Kata sambutan meriah diiringi tepuk tangan para penonton.
“Meow………..!” Suara ngeongan Nona Chernyy memanjang dan ramah.
Kupikir ia sedikit lebih pintar dari yang lain. Tidak sia – sia konsultasi pemanen berjangka dan wet food yang kuberikan. Aku bahkan jarang sekali membeli buku ataupun sebuah ponsel pintar yang lebih mutakhir meski mampu. Semuanya dilarikan pada kebutuhan Nona Chernyy.
“Saya sangat baik, terima kasih atas undangannya di acara legenda ini,” pria bersuara agak cempreng dan pendek setengah botak.
Meski Nona Chernyy mengidap penyakit jantung, ia berhasil menampakkan sebagai kucing yang ceria dan cerdas. Memutar air kran, memencet toilet bila ingin buang air, atau membuka gagang pintu yang tak dikunci. Mungkin saja bila ia dilatih tekun lolos jadi hewan sirkus.
Nona Chernyy juga pernah membangunkanku saat masih di flat kecil london, waktu ada pertemuan dadakan. Well, tidak secara langsung. Pemicunya adalah suara alarm ponsel yang tak berhasil melaksanakan tugasnya, atau diriku yang terlalu lelah dan kalah pada empuknya kasur. Sebagai gantinya, pipiku hingga mataku rasanya basah dan hangat.
.
Ia menjilatiku berkali – kali hingga bangun.
.
“Seperti yang anda ketahui, teori belum bisa dijadikan pilihan. Walaupun begitu saya pernah melakukan sedikit percobaan.”
“Tentunya pemirsa, percobaan itu telah melalui proses izin.” Angguk seseorang bernama Cron yang kata – katanya mengandung sindiran, memicu ledakan tawa penonton.
“Sayang sekali, tapi tentu saja ini telah berizin resmi, Tn. Cron. ”
“Cron hanyalah badut yang kurang nafkah Jangan hiraukan dirinya. Mari lanjutkan, Tn Downey” Timothy membalas ocehan itu yang meledakan tawa porsi tawa yang sama.
Satu lagi yang membuatku kaget, saat pertemuan penting lainnya. Waktu itu atasan menyuruhku untuk berunding pada perwakilan parlemen, Nona Penkovich, wanita blasteran Inggris dan Rusia atas laporan beberapa kasus. Pekerjaan yang cukup menyebalkan dengan informasi yang cukup minimal. Tempat dan waktunya telah ditentukan, namun bukannya nomor ponsel, malah selembar foto yang diberikan. Memang tolol.
Pertemuanku di kafe kecil daerah Westminster, ditemani Nona Chernyy. Lebih tepatnya ia memaksaku mengajaknya, kalau tidak, ngeongan itu akan semakin panjang dan kasar. Bisa – bisa ia mencakar – cakar sofaku nantinya.
Singkat cerita, pukul setengah delapan pagi tiba di tempat, aku sama sekali tidak mengerti yang mana orangnya. Foto tolol dan agak blur tak banyak membantu. Namun anehnya, Nona Chernyy langsung bergegas melompat dari pundakku, ia menuju wanita di samping kanan beramput pirang pendek kaca mata hitam. Itu terjadi dalam waktu singkat, semenjak pintu depan kubuka.
Aku kaget, darimana ia tahu? Aku sempat berpikiran omong kosong, bahwa Nona Chernyy adalah manusia yang dikutuk jadi kucing. Karena mungkin saja ia melihat foto itu lalu mengerti?
166Please respect copyright.PENANAYuc3c0iHAy
Setelah tiba, itu lumayan mengejutkan Nona Penkovich. Belum perah sebelumnya ia bertemu kucing sepintar itu. Nona Penkovich memberitahuku bahwa kucingku adalah Russian White. Katanya jenis itu memang sangat pintar dan aktif, masalahnya sangat keras kepala. Well, itu tepat sasaran kurasa?
.
.
Oleh karena itu…
.
Nona Chernyy adalah satu – satunya terakhir, bukan orang, tapi teman yang sangat berharga. Karena itu, setelah pulang dari dokter hewan, mereka memberiku kesimpulan yang tak kuharapkan. Mereka memberi tahuku, normalnya kucingku akan bertahan hidup selama 15 hingga 18 tahun. Karena Nona Chernyy punya kelainan lain, maka itu adalah suatu keajaiban satu per sejuta.
“Kecuali kalau kucing anda punya sembilan nyawa, huh?” Kataku mengulang kata - kata dokter dengan candaan paling buruk. Sedikit menyesal kenapa waktu itu tidak menonjok mukanya.
“Mari tak usah membahas itu. Yang umum saja seperti yang anda tahu, gandum agak langka, bahan bakar meroket, apalagi pekerjaan tidak seluas dulu karena suatu konflik. Ini ada fondasi manusia terjangkit stres di masa kini. Itulah mengapa teori yang saya kembangkan membahas alam bawah sadar. Tujuannya agar mereka dapat merasakan rasa tenang yang mutlak. Sedikit intermezzo, ada hal lucu mengenai teori ini,”
“Anda selalu membawa ini ke ranah misteri, Tn. Downey?” Lelucon Cron selalu tak pernah meleset memicu tawa penonton.
“Mereka yang menyelami alam bawah sadar, memberi kesempatan otak mereduksi kelenjar adrenal penghasil tiga jenis hormon adrenalin, norepinephrine, dan kortisol. Otomatis orang itu seperti tidur pulas tanpa beban seakan terhindar dari ancaman.” Jelas tamu yang bernama Fred Downey.
.
.
Situasi menjadi sunyi karena fokus.
“Mirip kucing dengan sembilan nyawa.”
Tanganku memencet remot tanda plusvolume.
ns3.149.2.199da2