Monkey mengalah.
“Ah, mungkin anda benar.”
“Lagipula justru bentuk seperti inilah jarang ditemukan.”
“Benar juga. Kalau begitu saya permisi dulu.”
Kemudian ia menuruni tangga, dapur adalah tempat yang selanjutnya dituju.
“Saya tidak mengira kalian ada di sini?”
“Kami sedang membersihkan dapur.” Kata wanita itu sedang menyibakkan poninya yang menutupi mata sebelah kiri.
Mendengar jawaban itu Monkey tidak yakin, mengingat tangan – tangan mereka tidak sedang bekerja kecuali hanya bergerombol dan berbincang – bincang.
“Tapi kalau anda ke sini, berarti kami sedang beruntung?” Kata wanita satunya yang berambut pendek.
Monkey langsung mengerti.
“Ah, anda memberi tahu mereka?”
Bibi Kathryh menggaruk kepalanya agak malu.
“Habisnya saya masih penasaran dengan yang anda buat. Tentu saja saya tak bisa mengabaikan mereka.”
Mereka meringis, namun ia tidak keberatan sama sekali justru itu berita bagus. Ia kemudian meminta tolong kedua pembantu itu untuk mengupas kentang dan memotong sayuran seperti bawang putih, selada, kacang panjang, kol, cabai dan timun. Lalu dicuci dan Bibi Kathryn yang bertanggung jawab untuk merebusnya.
“Ah, Bibi Kathryn saya hampir lupa. Tolong rebuskan juga telur, lalu potong separuh. Merebus telur seperti biasanya saja, tapi untuk sayuran jangan lama – lama.”
“Gampang.”
Monkey kemudian menggoreng kacang dengan minyak panas,setelah itu ditiriskan. Sementara itu ia menyuruh mereka untuk menuangkan pada piring sayuran – sayuran itu.
“Begini saja?” Nada wanita berambut pendek itu kecewa.
Monkey mengangguk.
Sembari ia menggiling halus kacang yang sudah ditiriskan dan agak dingin dengan blender, ia menyiapkan larutan tamarind. Kemudian ia membuat bumbu halus dari cabe, bawang putih, pasta udang, dan kencur. Ketiga orang itu mengamati sambil menggeleng – geleng, sedangkan Monkey wajahnya agak berseri – seri sambil menumis daun jeruk dan bumbu halus tadi.
Salah satu dari mereka yang rambutnya hitam sebahu memperhatikan sambil mencium bau itu agak dekat.
“Nona Dana?”
“Ti—tidak! Saya cuma penasaran, jangan pedulikan.” Katanya agak malu namun dahinya agak dikerutkan.
Dengan bertahap, kemudian dimasukkannya kacang yang sudah dihaluskan, lalu kembali di aduk – aduk lagi. Baunya yang telah sampai pada hidung – hidung mereka membuat batinnya semakin bertanya – tanya. Monkey kemudian memasukkan santan, gula merah, kecap manis, dan garam. Kemudian diaduk dan diaduk lagi.
Diaduk dan diaduk lagi.
Setidaknya hingga warna itu berubah agak kecoklatan, teksturnya pun mengental. Setidaknya Monkey dapat melihat pupil mata Nona Dana yang membesar, wajahnya jelas sekali penuh ketertarikan dan semangat.
“Mau mencoba?”
Mereka pun mencicipi.
“I—ini sa—saya tidak pernah merasakan yang seperti ini!”
“Tu—tuan Mon—monkey! Anda tidak boleh pelit berbagi ilmu!”
“Tidak usah cemas, Nona Wilcrumble. Saya pasti tuliskan resepnya.”
“Wilson.”
“Ah, saya lupa.”
Kemudian ia menuangkan saus kacang tersebut pada masing - masing piring yang sudah ditempati sayuran dan telur yang semuanya telah direbus. Akhirnya telah siap. Mereka tanpa disuruh langsung mencicipi makanan yang telah disajikan pada masing – masing piring, sementara Monkey mengambil buku kecil hitamnya untuk menulis sesuatu. Kertas itu disobeknya lalu ditaruh di meja. Lalu ia mengambil cloche agar makanan tersebut hangatnya konsisten.
“Saya permisi dulu.”
Monkey menunggu salah seorang melontarkan sebuah kata – kata sementara mulutnya mengunyah sesuatu hingga habis.
“ini enak sekali! Saya tidak tahu kalau salad bisa dibuat begini. Anda tidak makan bersama kami?”
“Saya sedang terburu – buru, maaf.”
“Apa nama makanan ini?” Tanya wanita berambut pendek yang sedang menyibakkan poni rambutnya.
“Saya telah menulis resepnya di situ, permisi.” Tunjuknya lalu pergi.
Tepat di dekat kamar yang sedang ditujunya, kamar lain terbuka seperdelapannya. Monkey disadarkan oleh hidungnya yang membaui bau wangi cukup kuat.
“Tuan Chester?”
“Maaf saya tak punya waktu. Bawa ini.”
Pria rambut pirang gondrong itu memberikan sepucuk kertas.
“Ngomong – ngomong anda membawa apa?”
Kertas itu segera diterima.
“Ah, saya harus menjinakkan wanita.”
Ia tersenyum kecil
“Semoga berhasil.”
“Terima kasih.”
Pria Chester itu kembali pada kamarnya.
***
ns3.141.12.150da2