Keluarga adalah sekelompok orang yang saling menyayangi, saling mendukung, bekerja sama menyelesaikan masalah hingga sampai saatnya ditinggal oleh salah satunya, yang masih hidup pastilah merasa sedih. Kompak dan saling membahu sebagai prinsipnya. Itulah keluarga pada idealnya, seiring cinta tumbuh dalam cara yang benar, melahirkan kasih sayang yang benar.
Sungguh melodramatis? Tentu tidak. Daripada konsep ideal, tidak jarang keluarga tidak ditumbuhi cinta.. Bukan rasa saling membantu yang tumbuh, tapi lebih terbentuk dari mental perusahaan. Benar, piramida persaingan. Ironisnya ada beberapa orang bisa saja senang, puas ataupun gembira saat salah satu anggotanya tumbang. Pola pikir mereka yang sejengkal mengingat kekayaan tidak ikut dikuburkan dalam peti, seseorang haruslah menjadi pewaris. Maka yang paling bertahan hiduplah menjadi pemenang, hukum rimba, saling menggeser satu sama lain, dan puncak kejayaan. Keluarga yang sama sekali tidak ditumbuhi rasa cinta, hanya menghasilkan bibit kearoganan.
Lain daripada yang lain, keunikan yang lahir dari sebuah konsep ideal dan tidak ideal. Contohnya eksperimen Kucing Schrodinger, sebuah pemikiran yang menjawab kucing dalam dua kondisi yang bertentangan, hidup dan mati.
Sebuah keluarga yang ideal pada umumnya. Tumbuh dengan sebuah cinta, kasih sayang, dan kerukunan. Tidak ada kesalahan sedikitpun yang membuat mereka terpecah. Namun keadaan ini tidak dirasakan, mulai ada kebencian tapi bukan juga persaingan, terlihat normal. Seseorang mengatakan itu terlihat wajar, namun apa yang dirasakan pagi ini oleh wanita pantsuit hitam sedang memasang muka cemberut semenjak masuk dari mobil.
“A—anda baik – baik saja?” tanya pria kepala mengikilat itu.
Wanita itu mengambil alat kecantikan dari tasnya.
“Kurang lebih, tapi apa - apaan mereka? Mereka menuduh kami yang membocorkan kasus itu pada wartawan? Maksudku, tidak ada hubungannya kan?”
Pria itu mengangguk spontan.
“Lagipula Antoinette Corporation tidak kecil. Walaupun begitu, upaya mereka cukup payah.”
“Benar! Saya sangat yakin, bila itu tidak dari kami maka siapa lagi?” Nadanya tambah sebal mendengar pembelaan Sersan Wintergard.
“Siapa lagi orang luar kalau bukan kalian?”
Pria itu menginjak rem dengan hati - hati, lampu menunjukkan warna merah.
Desemona terdiam sejenak, kemudian mengangguk yakin.
“Ada, si Tukang Kebun.”
Setelah lampu berganti hijau, diinjaknya gas dengan penuh keharmonisan, pria itu sedikit gembira menemani gadis cantik. Bukan kencan, setidaknya mengobrol saja bisa menjadi bahan pamer ke semua teman polisinya.
“Lalu apa ada perkembangan informasi? Bagaimana dengan Tuan Ca— eh maksud saya Tuan Monkey?”
Desdemona memperhatikan dirinya pada cermin kecil yang di pegangnya.
“Tidak banyak, setidaknya kami punya perkiraan.”
“Perkiraan?”
Angguk Desdemona.
“Semua orang yang di sana punya kesempatan melakukan itu. Monkey tertarik pada kedua pembantu muda itu, tapi saya lebih pada banyak hal.”
Ikal rambutnya dilepas, rambutnya dikibaskan. Pria itu melirik agak melongo. Sementara ia tak sadar gas masih terinjak, satu – satunya jalan adalah berbelok ke kiri.
“Belok, belok!” katanya dengan panik.
Dengan refleknya, pria itu untung saja menyelematkan penumpangnya meskipun guncangan tidak bisa dihindari.
“A—anda tidak apa – apa?”
Desdemona merintih.
“Anda ini kenapa?”
Polisi itu terdiam menyesali dirinya.
Mobil itu akhirnya telah melewati dua perempatan, namun belum tentu tidak ada perempatan lagi yang memperlambat lajunya. Dan benar saja, lampu merah lagi pada perempatan ke lima.
“Ngomong – ngomong, tadi anda bilang banyak hal?”
Wanita itu mengangguk.
“Misalnya saja sesuatu yang berhubungan dengan gagak atau merpati. Miniatur porselen, lukisan, dan satu lagi ornamen burung gagak itu.”
“Ah yang di lantai dua itu? saya juga berpikiran sama. Tapi saya pernah melihat yang mirip seperti itu waktu kecil.”
“Oh? Gagak seperti itu?”
Pria itu menggeleng.
“Penampilannya berbeda jauh, bentuknya kotak biasa. Kalau jarumnya diputar pasti akan kembali ke arah yang asli. Kata kakek jam itu menggunakan tenaga listrik dan panel surya. Soal cara kerja jarumnya saya tak paham, tapi ketika diputar pada angka yang tepat sesuatu akan muncul.”
“Sesuatu?”
Kata Sersan Wintergard agak ngeri. “Sesuatu yang mistis, seperti mundur pada waktu sebelumnya, roh – roh halus, mengerikan!”
Desdemona tampak melongo, namun gas diinjak saat lampu berganti hijau.
“Saya bercanda, lagipula kakek telah meninggal sejak lama.”
Wanita itu tampak sebal.
“Oh demi tuhan! Anda dari tadi mengucap omong kosong?”
“Ke—kebiasaan buruk saya adalah ber—canda, saya tidak boleh tegang saat menyetir, apalagi ditemani wanita cantik. Sa—saya minta maaf,” tambahnya. “Well, setidaknya di bagian jam itu memang benar walaupun saya belum memastikan benar salahnya mengenai angka yang tepat tadi.”
ns18.216.64.93da2