Kemudian pria itu langsung keluar, langkahnya agak dipercepat. Sedangkan Monkey tanpa memperdulikan apapun niatnya memang air hangat. Setelah itu, ia langsung kembali ke kamarnya. Dengan cara yang sopan, ia membangunkan wanita itu. Tanpa berlama – lama, wanita tersebut bersiap – siap, mengikuti saran yang dikatakan. Kemudian mereka menuju ruang makan.
Ruangan yang belum pernah dikelilingi, meskipun bisa terlihat. Tempatnya berstruktur melingkar, sehingga tak aneh dari luar terlihat memilki loteng seperti bangunan istana. Tentunya melingkar dan atap yang mengerucut. Meja yang berbentuk persegi panjang hampir mirip seperti yang film gambarkan. Dipisahkan dengan tembok putih, terdapat dapur yang membuat Monkey cukup terkesima. Bagusnya lagi dapur tersebut memiliki jendela yang menyambungkan pemandangan taman belakang.
“Saya kira itu cukup membuat anda betah.” Kata Desdemona.
Pria itu merebus sesuatu, sedangkan perkakas lain seperti wajan telah menggoreng hal lain. Panci besar itu digoyang – goyangkan dengan tangan kirinya, sedangkan spatula di tangan kanannya. Roman wajahnya tetap sama seperti kemarin, masih berseri – seri. Kedua pembantu muda itu juga ikut menyiapkan.
“Tidur anda nyenyak?”
Ia mengangguk.
“Syukurlah, anda juga?”
“Saya cukup menikmati kemewahan.”
“Wahaha! senang mendengarnya!” Sesaat dibukanya isi rebusan kepalanya mengangguk, kemudian ditutupnya lagi. “Ngomong – ngomong, anda suka nasi goreng?”
Sementara itu semua anggota keluar tersebut menempati duduknya. Nyonya Antoinette sudah berada pada posisi tengah, sedangkan Tuan Steve berada di sebelah kirinya. Edelyn duduk di seberang Lilia, sedangkan Chester di sampingnya. Keith tepat sebelah kanan Monkey, berhadapan dengan Henrietta.
Sebelum makanan tersebut tiba, korban selalu membuka pembicaraan, namun sekarang diwakilkan oleh istrinya. Pembicaraan itu diawali tentang permasalahan dilanjutkan dengan obrolan kecil. Hanya saja yang berbeda, semua orang duduk dalam diamnya.
“Hari ini lebih buruk dari kemarin.” Kata tegas wanita yang duduk di posisi paling tengah, tangannya melipat sebuah koran.
Bibi Kathryn membawakan minuman, dibantu dengan kedua pembantu muda itu. Dibagi mulai dari Nyonya Antoinette, berakhir pada Edelyn di sebelah kanannya.
“Apa masalahnya?” kata pria Chester dengan santai, sambil meneguk jus jeruk. “Kupikir aku telah bekerja keras? Padahal hari ini tidak sabar menunggu hasil.”
Pandangan tiba – tiba tertuju pada pria itu. Beberapa soro tajam tidak hanya timbul dari saudaranya saja, Bibi Kathryn agak merah padam. Sebenarnya kata – katanya tidak kasar atau mengandung unsur hinaan, hanya saja dilontarkan pada waktu yang tidak tepat.
Edelyn mengatur kacamatanya, sedangkan Lilia hanya memejamkan mata.
Wanita itu berdiri, roman mukanya agak membawa dampak bagi seisi ruangan.
“Chester! Berperilakukah seperti manusia sekali saja!” Tegas wanita itu sambil membanting koran ke meja. “Kita tidak boleh melupakan kasus kemarin! Dan sekarang inilah kenyataannya!”
Suaranya memecah keheningan, seakan – akan mengisi seluruh bangunan tanpa terkecuali. Lebih nyaring daripada suara dapur yang sedang menyiapkan makanan. Berubah seratus delapan puluh derajat dari yang kemarin, wibawanya sebagai pimpinan keluarga terasa hebat. Akibatnya beberapa pelayan agak ketakutan, namun memang itulah cara menjinakkan para hewan di sini, setidaknya pikir Monkey.
Koran itu seakan mengikuti alur suasana kemarahan Nyonya Antoinette, dengan suka rela terbuka sendiri. Terpapar jelas di halaman pertama yang separuhnya adalah milik berita kasus kejadian kemarin. Kertas itu diambil seseorang tepat di sebelah Desdemona. Tepat di atas berita kecelakaan beruntun, Monkey melihat sumber kecemasan Nyonya Antoinette.
Tanggal 13 September, Norham Gardens OX2 9QB-10QB
Oxfordshire, Oxford
Telah meninggalnya pemilik perusahaan
Antoinette Corporation
Armand Antoinette, 60 tahun.
Meninggal keracunan.
…
Beberapa orang terkejut, termasuk orang yang kelihatannya tidak tertarik dengan permasalahan tersebut. Terutama Edelyn, salah satu orang yang berperan besar menutupi nama baik perusahaan tentu saja sangat terperanjat, mengingat beberapa upaya membungkam informasi ternyata tidak cukup.
“Bukannya itu sudah lumrah? Kematian tidak bisa ditutup – tutupi.” Kata Lilia dengan tenang sambil membaca koran tersebut namun belum menemui apa yang dimaksud.
“Tidak, bukan begitu maksud Lorraine,” jelas Edelyn yang tangannya disatukan menggengam di atas meja. “Kita bisa saja memberi alasan penyebab kematiannya karena hal lain.”
“Ah, keracunan…” matanya melirik ke setiap orang. “Siapa tahu?
Henrietta memicingkan matanya, “Entahlah? Apa kita bisa mempercayai detektif?” tangannya menutupi mulutnya dari senyuman sinis.
ns18.216.64.93da2