Monkey sedang memperagakan sesuatu. Ia mengeluarkan sapu tangan putih lalu mengelap mangkok itu luar dan dalam, setelah itu dilanjutkan menyiduk sup imajinasi. Lalu ditaruh tepat pada meja Steve. Setelah itu ia mengambilkan untuk seseorang di seberangnya.
Suasana menjadi hening penuh dengan pertanyaan. Pandangan semua orang sempat melongo saat melihat Monkey menglap mangkuk tersebut. Nona Lilia sama sekali tidak berkedip, ia menatap ragu pria itu. Semua keraguan yang dipendamnya terjawab sudah, mereka semua hanya membeku tanpa bisa berkata – kata. Semua jelas seperti air bening. Kecuali pria itu yang terlihat asyik mendengarkan. Bahkan wajahnya tidak menandakan penyesalan, menyerah, maupun putus asa.
“Ta—tapi… bisa saja—”
“Sudah cukup, Lilia.” Pria itu menyela dengan nada pelan pasrah mengasiani wanita itu. Namun wajahnya tetap tenang.
Ia berdiri sambil memakaikan jubah hitam tersebut. Kemudian ia berjalan mendekati Monkey.
“Bila anda tidak keberatan untuk membedah yang terakhir.”
Mata mereka bertatapan simetris. Perbedaannya adalah Monkey dengan wajah tidak senang, sementara pria itu tersenyum hangat. Sikapnya berubah total dari yang awalnya terlihat kikuk, kekanak – kanakan atau culun. Sekarang terlihat lebih tenang seperti air dalam wadah.
Beberapa polisi yang berjaga di sekitar siap mengacungkan pistolnya, membidik tepat bagian kaki, bahu, dan bagian jantungnya.
Monkey menyuruh mereka tenang.
“Saya selalu berpikir kalau Nona Edelyn yang mendominasi anda. Dari pengakuan anda kemarin sangat membenci wanita itu. Suka menyuruh – nyuruh, terutama anda seperti orang yang dimanfaatkan,” tambahnya melirik ke arah dua pembantu muda itu. “Namun semakin menyelam ke dalam, tentunya bantuan beberapa orang, saya menemukan beberapa hal penting.”
Nona Wilson membawakan sesuatu.
Monkey membuka isi amplop besar itu. Sebuah lembar kertas agak tebal, berisi kekuatan hukum.
18 Maret, Norham Gardens, Oxford.
Saya Steve Antoinette akan menyerahkan posisi CEO kepada pengurus baru dalam enam bulan ke depan. Ketentuan beserta rancangan inovasi kedepannya akan bergantung pada CEO berikutnya, yang kemudian saya percayakan pada Edelyn Atnoinette.
“Melalui informasi Desdemona yang berkunjung, ditambah dengan adanya ini, maka posisi Nyonya Lorraine adalah sebatas presiden. Yang mana segala sesuatu mengatur dan lain sebagainya adalah dirinya. Namun keputusan tertinggi tetap berada di tangan Tuan Steve. Sehingga itu mudah sekali melancarkan beberapa skenario miliknya,” Tambah Monkey dengan nada cukup tajam. “Termasuk menuduh korban – korban yang ia habisi.”
Pria itu masih tersenyum sambil memejamkan mata.
“Korban terakhir secara teknis tidak menggunakan trik. Dua cangkir itu hanyalah tipuan. Sejak awal Nona Edelyn dibuat tidur terlebih dahulu. Kemudian posisi cangkir itu anda tukar sebelum menggantungnya. Namun sebelumnya, anda membuat wanita itu menulis kertas itu. Anda berdalih agar karakter lebih hidup, dengan tulisannya yang khas, untuk tampilan visual novel terakhir anda,” Monkey melempar sebuah naskah tepat di arah meja bersertas kertas tersebut yang diselipkan. “Tolong anda buka halaman paling belakang.”
Nyonya Lorraine, Nona Lilia, dan Bibi Kathryn berkumpul untuk membaca isi tersebut. Kemudian wajahnya membeku diselimuti kebingungan, tubuhnya bergetar memegang fakta yang terlihat sangat masuk akal tersebut.
“Tapi bagaimana bisa?”
Pria berambut koma itu berbalik arah, kemudian menggerakan jari telunjuk kanannya. Ia memasang wajah seolah – olah seorang yang jenius.
“Tch, tch, tch! Kau seharusnya tadi mendengarkan. Besok adalah hari Edelyn menjadi CEO. Kau tahu, kan? Manusia akan mudah terjebak dengan kekuasaan.” Pria itu bermuka tebal dengan nadanya yang terlihat bersemangat.
ns18.216.64.93da2