“Lalu bagaimana dengan udara dingin itu sementara ruangan saat di TKP terasa panas? Pelaku melakukan resiko yang telah dihitungnya. Saat korban telah tidak bernyawa, ia menyalakan pendingin ruangan. Mencegah adanya pembusukan juga efek kaku atau rigor mortis. Hingga waktunya tepat untuk diberitahukan, saat itulah orang itu bertemu saya, untuk memastikan alibinya. Wig yang dipakainya mungkin sudah terbakar tidak lama setelah pintu itu tertutup, dipakai untuk menyalakan perapian. Lalu perlahan tubuhnya menghangat, saat ditemukan ia seperti baru saja terbunuh. Maka selain alibinya sudah dijamin, waktu kematiannya pun demikian, kejahatan semi sempurna.”
Monkey menulis singkat apa yang baru saja dibicarakan.
“Bagaimanapun juga…” tambahnya. “Ia harus membuat tuduhan. Saat ia melakukan pertemuan dengan korban, ia menyuruhnya meminjam satu alat yang cukup masuk akal dan dengan mudahnya menempatkan tuduhan itu. Kettle milik Nona Henrietta adalah benda yang paling sempurna. Lalu botol itu adalah pemberian dari pelaku. Satu – satunya arsenik itu dimasukan.”
“Bagaimana bisa racun itu diberikan kalau botolnya saja baru!? Lagipula bagaimana anda seyakin itu kalau itu bukan miliknya?” Protes Nyonya Lorraine.
Inspektur Duncan menyela.
“Chester peminum cognag buatan italia Hennesy, juga buatan perancis Corvoisier. Sementara botol yang terjatuh itu adalah buatan india, Old Admiral tentu saja ia merasa menarik. Tuan Steve bisa saja mengaku meminum satu hingga dua teguk, lalu bilang ia tidak cocok. Bagi sesama peminum, itu meningkatkan rasa solidaritas. Saat itulah ia sudah mempersiapkan jebakannya.”
“Terima kasih, Inspektur Duncan. Karena korbannya adalah peminum, pelaku agak bingung mengingat tak ada cangkir yang dihubungan dengan kettle itu. Dengan terpaksa menggunakan gelas martini yang tentunya untuk mengecoh telah diisi racun juga. Beserta dengan kedua surat itu, dan karangan bunga itu. Ia juga merencanakan alur purchasing order itu, sehingga tuduhan dengan optimal pada Nona Henrietta.”
Monkey kembali memberi panah kiri di samping nama Chester.
Pria berambut tanda koma itu masih diam saja, roman mukanya tidak menunjukkan perlawanan namun juga menyerah.
Beberapa orang terlihat yakin dengan penjelasan Monkey, namun untuk beberapa alasan Nona Lilia masih ngotot.
“Lalu bagaimana dengan pembunuhan tanpa trik itu?”
“Well, karena kami sudah dibuntukan dengan kasus pertama dan kedua, pelaku tampak yakin bila kejahatan selanjutnya tidak akan jadi masalah. Sesuai namanya, tanpa trik.” Monkey mengangkat bahunya.
“Huh? Itu sama sekali tidak menjawab!”
Monkey menghela nafas.
“Anda ingat darimana mangkuk itu dibagikan pada awalnya? Mangkuk itu terlihat normal saat dibagikan pada Nyonya Antoinette dan Nona Edelyn. Lalu ia menuangkan miliknya, setelah itu ia lompat membagikan pada anda. Apa alasan ia mengakhirkan Nona Henrietta yang padahal tepat di sebelahnya?” ia menuliskan sesuatu di bawah nama Henrietta. “Agar korban menukarnya. Itu mungkin terdengar untung – untungan, tapi tidak. Bila itu tidak terjadi, maka ia sendiri yang akan menukarnya. Saya tidak mengerti mengapa Nona Henrietta bersikap begitu, tapi itulah penjelasan yang paling logis.”
“Lalu kapan tepatnya racun itu dimasukkan?” Wanita itu mengotot seakan tidak mau dan tidak bersedia kalah.
Monkey balik memandangnya dengan kasian. Kemudian ia menoleh ke arah Nona Dana yang segera mengerti. Wanita itu pergi ke dapur, semua orang yang melihat merasa penasaran. Begitu pula Nona Chrome dan Inspektur Duncan.
Pintu dapur terbuka, Nona Dana kini mendorong gerobak makan yang berisi mangkuk dan panci kosong. Monkey maju tepat di tengah meja makan. Mangkuk itu dibagikan kemudian seolah – olah menyiduk panci kosong itu. Kemudian diberikannya pada Nyonya Lorraine, lalu Bibi Kathryn di sebelahnya. Setelah itu ia mengambil mangkuk kosong yang diletakan pada tempat duduk sebelah Steve.
Kemudian ia berhenti.
“Sekarang perhatikan ini.”
ns18.216.64.93da2