“Benar. Beberapa waktu yang lalu kami pernah beli. Krimnya dibuat putih, rasanya agak mengecewakan. Dominan manis di beberapa bagian, lalu pahit di bagian yang lain.”
Monkey mengangguk.
“Saya senang anda suka. Tapi memang benar totalitas itu perlu, terutama soal kue. Dari segi penampilan lebih berkarakter, sisanya adalah rasa. Well, yang anda beli mungkin rasanya tidak merata. Sebenarnya tidak sepenuhnya krim vanila salah, ini hanya soal teknik. Tapi memang penampilannya agak setengah – setengah.”
“Ah, saya tidak terlalu mengerti itu. Tapi ini enak sekali, boleh saya tambah?” Kata wanita rambut hitam sebahu itu dengan semangat.
“Hey, Dana! Kau bisa gemuk loh? Ini sudah—”
Monkey menyela dengan sopan.
“Tidak juga, Nona Wilshenmiere. Sekali – sekali itu tidak papa. Benar, Nona Dana?”
Wanita itu mengangguk.
“Sekali – sekali, ya kan?”
Roman muka Nona Wilson agak ragu walaupun pada akhirnya ia ikut tambah.
“Anu saya Wilson,” tambahnya dengan ramah. “Anda sebenarnya tidak perlu repot – repot, walaupun saya cukup mengapresiasi. Kami tidak keberatan kalau hanya teh, atau anda bisa juga gunakan alasan demi kasus, bukan?”
Nona Dana mengangguk, pandangannya seraya menghadap Monkey dan mendukung pernyataan temannya.
Monkey menghela nafas.
“Sebenarnya saya sedang menghadapi tebing yang besar. Kadang – kadang orang yang sering bertarung dalam pikirannya membuat perut agak lapar lebih cepat. Tapi sisanya hanyalah hobi, kurang lebih sama seperti kemarin yang saya bilang. Lagipula saya bukan polisi, tidak perlu menggunakan kata – kata formal, kan? Setidaknya tidak untuk sekarang.” Jelasnya lalu menyeruput teh hangat itu.
“Oh begitu. Saya kira anda punya toko kue atau semacamnya. Tapi sejujurnya saya merasa anda lebih detektif dari Nona Desdemona,” tambah wanita berambut hitam sebahu dengan santai. “Ahahaha! Saya bercanda.”
“Uhuk! Uhuk!”
Kata – katanya yang spontan itu membuat Monkey tersedak sedikit. Padahal tidak ada maksud menyindir ataupun hal lain.
“Anda tidak apa – apa, Tuan Monkey?’
“Ah santai saja, masih aman.”
Tentu saja kekuatan kenyataan lebih menusuk bila disembunyikan.
Malam itu ditemani bintang – bintang yang cukup cerah. Meskipun kasusnya naik tingkat, paling tidak Monkey masih bisa menikmati hidup ditemani dua orang wanita. Bukan karena mereka cantik atau apa, tapi pada kenyataannya ia harus menggunakan cara lain. Meskipun faktanya memang mereka ini cantik. Beberapa saat kemudian kedua wanita itu baru saja tau kegunaan cangkir yang keempat.
“Ah, Bibi Kathryn silahkan!”
Wanita parubaya itu duduk.
Kedua wanita muda itu agak ketakutan, mengingat saat ini umumnya jam tidur.
“Ka—kalau be—begitu kami pam—”
Ia menyela.
“Hey, hey itu tidak sopan, kan? Tuan Monkey masih butuh kalian berdua.” Kata wanita parubaya itu tegas mengingatkan.
“Ta—tapi ini wak—”
“Benar, kalau tidak ada kasus ini aku akan memarahi kalian,” tambahnya setelah menyeruput teh hangat lalu memandangi dinding langit. “Lagipula, lebih baik cepat selesai.”
“Anda tidak mau kue?”
“Hahaha! Anda bercanda? Saya tidak mengonsumsi manis banyak – banyak. Saya pun tak berlama – lama,” tambahnya sebelum pergi. “Selamat malam.”
“Selamat malam, terima kasih sudah mampir.”
Kemudian kue masih menyisakan dua per delapannya, cangkir – cangkir mereka telah habis. Kurang lebih wanita berambut hitam sebahu itu minta tambah setidaknya tiga kali. Berbeda dengan Nona Wilson yang memang penuh kepedulian terhadap penampilannya. Perut yang penuh apalagi di waktu – waktu yang semestinya tidur membuat mereka berdua menguap.
“Saya rasa kata – kata Bibi Kathryn mulai benar.” Kata Nona Wilson agak ragu.
“Sudahlah, tidak usah dipikirkan.” Kata Monkey sambil menenangkan.
Kemudian mereka diam sesaat menikmati suasana, bunyi derik jangkrik bersautan tanda si jantan memikat betina. Kadang juga terdengar suara katak, meskipun rawa tidak di dekat sini.
“Jadi saya kira anda butuh sesuatu?”
Monkey menuang lagi cangkir – cangkirnya.
“Anda mulai pintar, Nona Wilberg.”
“Wilson.”
“Ah, nama anda memang bervariasi,” tambahnya setelah menaruh cangkirnya kembali. “Saya sudah bilang sebelumnya bahwa saat ini sudah menghadapi tebing besar. Tebing itu semakin besar, semakin saya sulit sampai pada puncaknya. Well, saya butuh informasi yang lebih.”
Mereka menoleh satu sama lain.
“Selama itu tidak menyulitkan tidak ada masalah.”
Monkey memandang mereka berdua yang wajahnya agak ragu.
“Ini akan berisiko bila anda ketahuan. Saat ini saya butuh bukti secara fisik apapun itu.”
“Maksudnya, anda menyuruh kami mencuri sesuatu?”
ns18.216.64.93da2