Oranye memenuhi langit. Matahari akan terbenam.
Kota Pagma telah... hancur. Beberapa bangunan masih utuh, namun entah pintunya sudah didobrak atau jendelanya sudah pecah.
Reichi kira semua itu dilakukan oleh para Zombie, karena tidak ada makhluk apapun di kota ini selain mereka.
Reichi dikategorikan sebagai seorang Mage, karena itu mustahil bagi dirinya untuk menyusup tanpa ketahuan layaknya seorang Assassin.
Sebagaimana yang ia lakukan ketika sedang mengintai di sekeliling kota, Reichi menggunakan sihir untuk menghindari musuh-musuhnya, yaitu Zombie.
[Spatial: Short-Range Teleport] adalah skill yang ia andalkan untuk hal ini.
Ketika posisi Reichi ketauan ia akan langsung berteleportasi dengan jarak dekat ke tempat yang aman.
Untungnya Zombie merupakan makhluk yang lamban, dan untungnya lagi skill yang sudah Reichi kuasai hingga tahap Mastery III ini memiliki jeda waktu yang sebentar.
Tapi tentu saja, dia tidak bisa menggunakan deteksi tepat setelah atau sebelum teleportasi.
Karena itu, demi mencapai tujuannya menemukan Lune, Reichi harus menemukan tempat yang aman agar dia bisa menggunakan deteksi.
Ahh, gawat, aku mulai merasa ngantuk.
Berapa kali ia sudah men-spam teleportasi? Reichi tidak menghitungnya. Karena efek samping seorang Time Mage, Reichi akan mengantuk ketika terlalu banyak menggunakan sihir ruang-waktu.
Zombie di kota ini terlalu banyak. Lune...... Lune!
Reichi mengetahui lokasi sekolah Psi, dan tepat di arah sana, terdapat sekelompok Zombie beranggotakan sekitar 50 zombie kecil dengan beberapa zombie besar.
Reichi bersembunyi di dalam sebuah bangunan dengan pintu yang terbuka.
Haruskah kuandalkan Lumina...? Tidak, terlalu beresiko.
Selagi berpikir, Reichi merasakan sesuatu menembak dirinya.
Dia sendiri tidak mengerti apa itu insting bertarung atau semacamnya, tapi dengan refleks ia mengaktifkan [Spatial: Shield] untuk memblokir proyektil yang mengancam nyawanya.
"Peluru...?"
Suara sebuah tembakan terdengar dan sekali lagi peluru itu tertahan oleh pelindung tak kasat mata beberapa sentimeter sebelum mengenai Reichi.
Pelakunya... adalah seorang zombie berpakaian polisi.
Kenapa aku tidak mendengar suara tembakan pertama?
Kemudian sebuah peluru memantul lagi dari sihir yang melindungi dirinya.
Reichi menyadari ada dua Zombie polisi, dan setelah menangkap posisi musuh kedua dengan sihir deteksi, Reichi mengetahui alasan kenapa tembakan zombie kedua itu tidak bersuara.
Pistol peredam suara... sial... atau harus kukatakan beruntung?
Kumpulan 50 zombie mulai bergerak ke arah Reichi.
Pada salah satu game Zombie yang pernah Reichi mainkan, Zombie sepertinya tertarik pada suara.
Keputusan Reichi adalah untuk teleportasi, seperti biasa.
Sayangnya kali ini range teleportasi akan mencapai batasnya pada kumpulan 50 zombie itu.
Dengan kata lain, waktunya bertaruh.
Reichi mengenakan kaca mata hitam yang ia ambil dari kantung pakaiannya.
"SSRT!"
Tepat saat Reichi muncul di dekat kumpulan puluhan zombie, ia melesatkan sebuah gulungan sihir.
"Flashbang!"
Segumpal cahaya putih yang menyilaukan tercipta, dan dalam peluang ini Reichi masih melanjutkan,
"Shield: Impact Release"
Reichi melenyapkan pelindung tubuhnya, dan itu membuat puluhan zombie terdorong menjauhi dirinya.
Sebuah tembakan pistol terdengar, tapi sepertinya itu tidak mengenai Reichi.
Cahaya flashbang tadi masih ada untuk beberapa saat, dan ketika suara tembakan pistol kedua terdengar, cahaya itu lenyap, meyisakan Reichi, yang sedang jongkok dan kumpulan Zombie yang berjarak sekitar satu setengah meter darinya.
"SSRT!"
Pada waktu yang hampir bersamaan jeda waktu untuk skill teleportasi Reichi selesai, dan ia pun lenyap dari tempat itu.
Hah...hah... kukira aku akan mati...
Target teleportasinya adalah di dalam sebuah bangunan, tidak jauh dari tempatnya tadi.
Reichi segera menggunakan deteksi untuk melihat apa para zombie tadi mengejarnya, tapi ia menemukan hal lain.
Lune!
Sebuah respon netral muncul dari sihir [Spatial: Detection].
#/#
Setelah menenangkan dirinya, Lune dikejar oleh beberapa zombie biasa, namun ia berhasil melarikan diri.
Ia keluar dari sekolah untuk lepas dari zombie tadi, tapi ia melihat keputusasaan.
Beberapa meter dari tempat Lune berdiri, puluhan zombie sedang berkumpul seolah menunggu sesuatu.
Lune sontak langsung bersembunyi.
Ia tengkurap di balik sebuah semak-semak dan sebuah bangku taman, yang tentunya bukanlah tempat bersembunyi yang ideal.
Lune tidak bisa memastikan apakah upayanya bersembunyi berhasil, karena itu ia hanya bisa diam dan mencoba untuk tenang.
Zombie itu peka pada suara dan penglihatannya bagus meski pada malam hari.
Lune tiba-tiba teringat perkataan dari seorang gadis sekolahan yang tiba-tiba muncul bersamaan dengan para zombie.
Sayangnya sekolah para gadis itu hanyalah sekolah yang mengajarkan pengetahuan dan bukan bertarung.
Dan saat itu juga, rasa nyeri menyerang kaki kiri Lune, membuatnya hampir menjerit.
Lune segera duduk, meski cukup menyakitkan, ia mengonfirmasi bahwa kaki kirinya yang berdarah baru saja terkena serangan.
Sebelum bisa mengetahui asal serangan itu, pipi Lune terkena luka sayat akibat sebuah sihir yang cepat sekali.
Beberapa zombie itu berbeda dari yang lain. Jangan remehkan mereka.
Mengingat kata-kata lain dari gadis itu, Lune segera mengambil sebuah gulungan sihir yang ia sayangi layaknya hidupnya sendiri.
Sebuah tameng besar yang cukup untuk menutup tubuh Lune muncul.
Gulungan sihir itu berisi sihir penyimpanan barang, dibuat oleh orang yang Lune sayangi, Reichi.
*Klang*
Lune berhasil melindungi dirinya dari serangan tadi dengan tameng itu.
Tapi ini cukup berisik. Dengan ini, para zombie akan... huh?
Ketika memastikan keadaan puluhan Zombie yang tidak jauh dari tempatnya, Lune tidak mempercayai matanya.
Karena disana ada segumpal cahaya yang cukup menyilaukan bahkan di kejauhan.
Apa itu... Flashbang?
Sihir cahaya yang dimasukkan pada gulungan sihir, mirip seperti sihir penyimpanan barang tadi.
Ini bukan kali pertama Lune melihatnya, dan jika prediksinya benar, maka...
Semuanya... apa kalian kesini untuk menyelamatkanku?
Memegang tamengnya, Lune berdiri, meski cukup kesakitan dan cukup tidak stabil, ia berjalan mendekati cahaya harapan itu.
Suara besi kembali menghantam tamengnya, tapi Lune sudah mengetahui siapa pelakunya.
"Zombie sialan, kau juga bisa melakukan serangan jarak jauh huh."
Lune mendekati Zombie dengan alat yang bisa menembak itu, lalu menggunakan Telekinesis untuk melontarkan alat tembak yang digenggam erat oleh si Zombie.
"Ugh."
Lengan yang menggenggam alat tembak itu ikut terpisah dari tubuh utamanya, membuat Lune sedikit jijik.
Teman-temanku ada disini.
Pemikiran itu membuat semangat Lune kembali berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Lune kemudian meledakkan kepala Zombie tadi, setelah itu ia melirik ke orang yang sedang berjalan mendekatinya.
"Kau lambat--huh... Reichi?"
Laki-laki berambut putih yang menghampiri Lune segera melihat Lune dengan penuh kekhawatiran.
"Lune, apa kau OK?"
Tameng Lune terjatuh karena pemiliknya langsung melompat ke dalam pelukan Reichi.
Dipenuhi oleh emosi, Lune menangis tersedu-sedu.
"Reichi... Reichi... Reichii....!"
Reichi memeluk dan mengelus-elus kepala Lune.
"Syukurlah. Lune, kau hebat bisa bertahan."
"Uuu..."
Matahari yang mengawasi mereka akhirnya pergi terbenam, memberi kegelapan pada dunia.
Dan malam pertama mereka di dunia yang absurd ini pun dimulai.
ns 172.70.127.128da2