
Peluh yang Menggoda
13112Please respect copyright.PENANAyyV7Ek6gP0
Hari itu kantor terasa seperti oven. AC di lantai dua rusak sejak pagi, dan semua karyawan terpaksa bekerja sambil berkeringat. Riska duduk di mejanya, sesekali menyeka peluh dari leher dengan tisu. Jilbabnya terlihat lembap di bagian dalam, dan seragam kerjanya mulai menempel di kulit.
13112Please respect copyright.PENANAOdHFALxX9P
Ia gelisah, merasa tak nyaman. Bukan karena malu, tapi karena tubuhnya terasa gerah dan bau keringat mulai tercium oleh dirinya sendiri. Ia lupa memakai deodoran hari itu. Tapi ia berusaha tetap tenang.
13112Please respect copyright.PENANAIHLrMMOK1w
Di seberangnya, Rian memperhatikan diam-diam. Pandangannya tajam, penuh niat tersembunyi.
13112Please respect copyright.PENANARTqI32XWj2
> “Ris, ada waktu bentar? Gue bingung ngisi form buat laporan divisi. Bisa bantuin?”
13112Please respect copyright.PENANA4Vcs0ecfca
13112Please respect copyright.PENANABj8Xrdjna0
13112Please respect copyright.PENANAhoncM0wMq7
Riska menoleh dan mengangguk cepat. “Boleh, Mas.”
13112Please respect copyright.PENANA6SsN8LaxmI
Rian membawanya ke ruang arsip kecil yang sepi dan agak gelap. Tak ada kamera, dan suara dari luar sulit terdengar. Riska berdiri di dekat rak dokumen, sementara Rian berpura-pura mencari berkas.
13112Please respect copyright.PENANAnohM1Hw0I7
> “Panas banget ya... sampe serasa mandi keringat.”
13112Please respect copyright.PENANAyrB23q7yVC
13112Please respect copyright.PENANAQLd5P4AGpC
13112Please respect copyright.PENANA0mgFRF1PK8
> “Iya, Mas... aku juga risih banget. Maaf ya kalau... bau.”
13112Please respect copyright.PENANAeqiWZeU1fx
13112Please respect copyright.PENANAHPCfGfARYg
13112Please respect copyright.PENANAu2WKMmkd9z
Rian tertawa kecil. “Justru... itu bikin kamu beda dari yang lain. Nggak semua cewek bisa kayak kamu—natural.”
13112Please respect copyright.PENANAw1UpDTO5z0
Riska tersenyum kikuk. “Hehe... gitu ya...”
13112Please respect copyright.PENANAEimiGxBAwe
> “Eh, kamu sering pegel-pegel nggak sih pas kerja duduk terus?”
13112Please respect copyright.PENANA4oBfGLKTPs
13112Please respect copyright.PENANA62zZhXJuI4
13112Please respect copyright.PENANA5T6A47vdrP
> “Lumayan sih... kenapa?”
13112Please respect copyright.PENANAnF16YzhY1Y
13112Please respect copyright.PENANAYMzT987Pzu
13112Please respect copyright.PENANA9ETwCFfhOn
> “Gue pernah belajar dikit soal pijat ringan. Mau coba?”
13112Please respect copyright.PENANA769JwIEryK
13112Please respect copyright.PENANA4LyDN9Dl4r
13112Please respect copyright.PENANAnQfzBTB79x
Riska ragu. Tapi karena merasa nggak enak menolak dan karena Rian terdengar yakin, ia mengangguk pelan.
13112Please respect copyright.PENANAQjq5VRKkR0
> “Oke, tapi jangan keras-keras ya... aku gampang geli.”
13112Please respect copyright.PENANA2us1c1qLCK
13112Please respect copyright.PENANAGZZ0JmpsoO
13112Please respect copyright.PENANAUJiijanegP
> “Tenang... gue pelan.”
13112Please respect copyright.PENANAA6MUvRlfuv
13112Please respect copyright.PENANAUz7dxTcHBs
13112Please respect copyright.PENANACzutci3BxA
Rian menyuruh Riska berdiri dan mengangkat tangan tinggi. Ia berdiri di belakang Riska, memandunya pelan seolah gerakan peregangan. Tubuhnya makin dekat... dan akhirnya menempel.
13112Please respect copyright.PENANAdM2tVeXYK1
Bagian bawah tubuh Rian menekan pantat Riska. Lembut, seperti sengaja tapi dibalut alasan profesional. Riska sempat kaget... tapi tidak bergerak. Ia bingung—harus menolak atau diam?
13112Please respect copyright.PENANA3uQq0Oqrjx
> “Nah, titik tegangnya di sini...” bisik Rian sambil menekan lembut sisi tubuh Riska, dekat ketiaknya yang lembap.
13112Please respect copyright.PENANAElnXalgreK
13112Please respect copyright.PENANAMB2JWmeSz8
13112Please respect copyright.PENANAUVbU63hIl7
Rian pura-pura fokus, padahal ia sedang menghirup aroma tubuh Riska dari dekat. Peluh segar, asin, dan bau alami perempuan yang belum terkontaminasi parfum.
13112Please respect copyright.PENANAwNHfq5M0Oz
> “Rileks ya, Ris... tarik nafas pelan...”
13112Please respect copyright.PENANA1311AMRGFM
13112Please respect copyright.PENANALPV6UIueF0
13112Please respect copyright.PENANAYK8PDvEwFK
Riska menurut. Matanya merem. Nafasnya berat. Entah kenapa, tubuhnya terasa hangat. Ada getaran aneh di bagian bawah perutnya. Ia tak tahu... apakah ini salah?
13112Please respect copyright.PENANAOt1ePh3is1
Di belakang, Rian makin menekan bagian bawah tubuhnya, gerakan kecil dan pelan... cukup untuk mencari pelepasan. Napasnya mulai memburu. Riska bisa merasakannya—tapi tetap diam. Bingung. Antara takut dan... menikmati?
13112Please respect copyright.PENANAi9pLw6YsCi
Dalam hitungan detik, tubuh Rian menegang. Ia menahan erangan, lalu perlahan mundur satu langkah.
13112Please respect copyright.PENANAXpZKhK6r4y
> “Sorry... tadi... kebablasan. Tapi kamu luar biasa, Ris.”
13112Please respect copyright.PENANAbBqxbQvJdJ
13112Please respect copyright.PENANAOL39VKMpqg
13112Please respect copyright.PENANAFOy4bMgqjj
Riska tak menjawab. Tubuhnya gemetar. Di antara rasa bersalah... ada kenikmatan yang baru ia kenali.
13112Please respect copyright.PENANASMmwOTsT5a
13112Please respect copyright.PENANAihdmBgZGri
---
13112Please respect copyright.PENANAZt9xlm2T0H
Malamnya... di rumah
13112Please respect copyright.PENANAWV5gUoyfCT
Riska duduk di ranjang, termenung. Jaka yang sedang mengganti baju, menatapnya heran.
13112Please respect copyright.PENANAFB8IyhIi0Y
> “Kenapa, Sayang? Kamu diem banget.”
13112Please respect copyright.PENANAD4TBWIGFyF
13112Please respect copyright.PENANAGRhsBga7R6
13112Please respect copyright.PENANAbUGjILqSCM
> “Aku... aku tadi di kantor... digituin Mas Rian.”
13112Please respect copyright.PENANA4LGkcjngeI
13112Please respect copyright.PENANARGLNYtoXli
13112Please respect copyright.PENANAvwheKvLh4v
Jaka diam. Lalu duduk di sebelah Riska. “Digimanain?”
13112Please respect copyright.PENANAnovx1CUK6a
Riska pelan-pelan cerita. Tentang ruangan kecil. Keringat. Sentuhan. Sampai tekanan dari belakang. Ia bahkan mengaku tak menolak, dan... menikmati. Wajahnya merah saat bilang itu.
13112Please respect copyright.PENANAMi0OlTQ86U
Jaka menunduk. Matanya kosong sebentar. Tapi bukan marah yang keluar—melainkan napas panjang dan lirih.
13112Please respect copyright.PENANA4DGHHQvryr
> “Pas kamu pulang tadi... aku cium badan kamu. Dan... aromamu itu... asli. Keringatmu. Asem. Tapi... aku malah bergairah.”
13112Please respect copyright.PENANA4yodaRIKId
13112Please respect copyright.PENANA4ymwtResCy
13112Please respect copyright.PENANAklVWM2YGCh
Riska menoleh, terkejut.
13112Please respect copyright.PENANACipYWyfuNZ
> “Mulai sekarang... jangan pake deodoran lagi. Jangan tutupi baumu. Aku suka... kamu yang asli.”
13112Please respect copyright.PENANA4xP5gPdTLG
13112Please respect copyright.PENANA8b7skZxTqb
13112Please respect copyright.PENANAouMpYF7Frn
Ia mencium leher Riska—menempelkan bibir di kulit yang masih sedikit basah. Ia menjilat pelan. Riska merem, tubuhnya merinding.
13112Please respect copyright.PENANAHaY6vRqAJw
Untuk pertama kalinya... ia merasa dilihat sebagai perempuan. Bukan hanya istri. Tapi tubuh, aroma, dan gairahnya... diinginkan.
13112Please respect copyright.PENANABAeuSfGoBT
Dan malam itu... dimulailah perjalanan baru yang lebih liar.