
Normalnya saat perempuan menikah, ia akan merasa bahagia. Karena pernikahan tak ubahnya seperti metamorfosis seorang perempuan, untuk menjadi lebih dewasa. Namun, berbeda dengan aku, yang menganggap pernikahanku sebagai nerakanya dunia.
689Please respect copyright.PENANAAxMvHCUxHs
Berlebihan? Tidak menurutku. Awalnya memang, alasanku terkesan kekanak-kanakan karena aku ingin pasangan yang setara. Bahkan aku sempat memandang pasangan yang baik itu dari segi fisik juga. Namun, setelah aku mengetahui lebih dalam buruknya calon pasanganku dan keluarganya. Aku jadi semakin membencinya. Apalagi yang aku rasakan tidak hanya kebencian mendalam, melainkan perasaan cemburu karena mamaku menjadi miliknya.
689Please respect copyright.PENANA4Rtjzt1NmO
Bukannya aku iri karena Mama yang menyokong Akbar untuk mendapatkan posisi CEO. Lebih dari itu, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Perasaan yang tak bisa aku jelaskan.
689Please respect copyright.PENANACBi4amFjnp
Disisi lain, aku merasa terjatuh sampai perasaanku menjadi lumpuh saat Mama memandangku sebagai musuh. Entah perasaan apa yang aku rasakan. Mengingat Akbar dan keluarganya, sama seperti aku mengingat Mama.
689Please respect copyright.PENANA5q9000mhrU
Jantungku terasa diiris-iris, nafasku pun tersendat-sendat, sangat sesak. Dadaku ingin meledak, karena rasa nyeri yang seakan-akan timbul lenyap saat perasaan itu kembali terngiang di dalam memoriku.
689Please respect copyright.PENANAdgKNVRUcPK
Namun, apa yang aku mampu? Aku tak mampu lari dari kenyataan. Keinginan untuk menghilang, hanya menghasilkan luka yang tanpa bekas. Bahkan luka itu sama sekali tak menggores sampai darahku mengucur. Bukan berarti rasa sakit itu tak nyata. Nyata, hanya saja tak meninggalkan jejak.
689Please respect copyright.PENANAzXGAytx6O0
Berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku. Aku tak boleh larut sampai aku menjadi rapuh. Karena sebentar lagi aku menikah. Yang kubutuhkan bukan lagi terjebak ke dalam lumpur hisap yang menggerogoti perasaanku. Namun, ketegaran... hanya itulah yang menjadikanku bisa menghadapi kenyataan di depanku.
689Please respect copyright.PENANAgmlbGOFbYp
Saat ini aku sedang duduk di kamarku, ditemani MUA dan pegawainya.
689Please respect copyright.PENANA9EgzXfDfF7
"Cantik, Ci..."
689Please respect copyright.PENANAdHpeNt3Mci
"Terima kasih," kataku dengan tersenyum.
689Please respect copyright.PENANAiM3wXDXSle
Sekarang aku memakai gaun putih lengan panjang, dengan stelan hijab dan cadar. Setelah wajahku selesei dirias, aku diiringi Papa, Mbok Darmi, Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman. Dengan gaun yang panjang aku berjalan menuju mobil menuju KUA.
689Please respect copyright.PENANAy6ZR4tS5wV
"Tenangin hatimu, Fa!" kata Papa di sampingku.
689Please respect copyright.PENANAEfnDzpbn9u
Kuhela nafasku dalam, lalu kuembuskan nafas panjang. Meski Papa menenangkanku, namun perasaan cemas membuat jantungku semakin tak terkendali. Dengan sedikit menggigil, aku duduk di dalam mobil.
689Please respect copyright.PENANA21yk9Zxh2i
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri yang berada di depan. Menjadi sopir.
689Please respect copyright.PENANAfLEDmK7RbE
Mobil pun di parkirkan di depan pelataran KUA. Kuremas-remas telapak tanganku, yang kini mulai keluar keringat dingin. Tak hanya membasahi telapak tangan, tubuhku pun basah oleh keringat dingin dari cemas yang membayangiku.
689Please respect copyright.PENANAIlj1MAW8te
Papa berada di sampingku, menggamit lenganku. Di dalam ruang KUA, sudah hadir banyak orang. Tak hanya orang perusahaan, namun juga orang-orang yang mengiringi Akbar.
689Please respect copyright.PENANAGYVKL3dTTU
Sekarang aku duduk di samping Akbar, di depan penghulu. Sedangkan Papa sebagai wali dan Pak Sukri dan Dirman sebagai saksi duduk di sampingku.
689Please respect copyright.PENANAa063xrWLEc
Tubuhku benar-benar membeku, apalagi sekarang aku berada di samping Akbar. Bau harum yang menyentuh syaraf-syaraf hidungku bereaksi. Di dalam pikiranku bertebaran kata-kata ejekan, namun daya tarik maskulin Akbar meruntuhkan egoku yang telah lama kubangun.
689Please respect copyright.PENANA0nsp6fR5Lh
Yang awalnya aku hanya menunduk, kuedarkan pandanganku. Kulihat Aldo, Doni, Riswan dan Aris. Ekspresi wajah mereka sendu. Lalu aku kembali menunduk dengan kueratkan jari-jariku pada kedua tanganku.
689Please respect copyright.PENANAMUwsfJlFZG
Sesekali kuangkat wajahku, kulihat Mama duduk dengan wajah muram. Perasaan yang sejak tadi sudah mampu kuatasi, kini mulai menyeruak. Kegelisahan yang sudah tenggelam, mulai muncul kembali.
689Please respect copyright.PENANA4QTaCq9uq1
Dari sorot mata Mama, terpancar kebencian yang mendalam. Berkali-kali, kucoba menenangkan hatiku. Saat aku menoleh ke arah Papa, Papa memberiku isyarat agar aku tetap kuat. 689Please respect copyright.PENANAXqeAt1YQQn
689Please respect copyright.PENANAXY8xhk3r8e
"Mari kita mulai! Udah siap?" tanya Pak Penghulu sambil menjabat tangan Akbar. Akbar pun mengangguk sebagai tanda ia sudah siap.
689Please respect copyright.PENANAPDvBWKTZPh
Saat ijab qobul akan dimulai, Akbar melirikku dengan ujung matanya. Ada sorot mata aneh, tak seperti stigma yang aku bangun di dalam pikiranku. Melainkan pancaran dominasi yang menyeruak. Tubuhku berkali-kali menggigil yang membuatku benar-benar takut apa yang akan aku hadapi setelah ini.
689Please respect copyright.PENANALQPRBZTB0M
Sebelum ijab qobul dimulai, Penghulu meminta izin pada Papa sebagai wali untuk mewakilinya, Papa pun mengangguk tanda setuju. Ijab qobul pun dimulai, "Saya nikahkan, Akbar Nurul Huda bin Aziz Amirul Ghozi dengan Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin... yang sudah diwakilkan kepada saya dibayar tunai."
689Please respect copyright.PENANAS5BS6TDYNx
"Saya terima nikahnya, Farisha Aisyah Putri binti Johan Mahendra Putra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," kata Akbar menyauti.
689Please respect copyright.PENANAKnJVWO9bdR
"Gimana sah?" tanya Pak Penghulu.
689Please respect copyright.PENANAgQY90ax6xK
"Sah!" Semua orang yang berada di dalam ruangan berteriak bersama-sama.
689Please respect copyright.PENANA4TK56Mn3xA
Acara ijab qobul pun selesei, sekarang mobil pengantin melaju menuju villa. Dalam hati, aku bertanya-tanya. Bukankah ini villa Papa? Aku takut jika villa Papa pun juga akan menjadi milik Akbar atau pun keluarga Akbar.
689Please respect copyright.PENANA0lq0DYtfYi
Perjalanan menuju villa cukup jauh, dengan keringat dingin yang terus mengucur, kuremas-remas telapak tanganku. Apalagi sekarang aku harus duduk disamping orang yang aku benci. Yang saat ini justru menggodaku dengan aroma kejantanannya. Kusangkal berkali-kali agar aku tak tunduk ke dalam pelukannya. Meski insting primordialku berkata lain, karena feromon kejantanan yang mulai menggelitik cuping hidungku.
689Please respect copyright.PENANA0Z8LQKsR9p
"Kita udah sampai," kata Pak Sukri.
689Please respect copyright.PENANAGEmn4EXtdh
Dengan laju yang lambat, Pak Sukri membawa masuk mobil ke dalam pelataran villa. Di dalam pikiranku, setelah ijab qobul akan diadakan pesta pernikahan secara adat atau pun modern. Namun bayanganku buyar seketika, saat aku masuk ke dalam villa.
689Please respect copyright.PENANAK9S8ddbFGl
"Apa ini?" kataku dalam hati.
689Please respect copyright.PENANAdCfEeEH72I
Rasanya tawaku ingin meledak. Bagaimana tidak? Ini bukan pesta pernikahan yang sesuai ekspektasiku. Hanya sekedar walimatul ursy, dengan undangan yang duduk lesehan di atas karpet.
689Please respect copyright.PENANA3hNLMyvAet
Kulirik Akbar yang berada di sampingku, dengan pandangan sinis penuh penghinaan. Sekarang bukan Akbar yang menang, melainkan aku.
689Please respect copyright.PENANAnV0q5mLlEG
*****
689Please respect copyright.PENANAQm5ZxOcM8v
Sekarang aku sudah berada di rumah. Kulihat Papa keluar dari kamarnya sedang menarik kopernya.
689Please respect copyright.PENANAgHTIB9YkyM
"Papa harus pergi, Fa," kata Papa dengan tersenyum.
689Please respect copyright.PENANAXchNCuaykG
Tak ada sedikit pun sendu yang tergurat di wajahnya. Kucoba menahan tangan Papa, "Pa..."
689Please respect copyright.PENANA5WH9HEW5Dt
"Papa ngerti... Kamu nggak perlu khawatir, Fa. Papa nggak sepenuhnya ninggalin kamu," kata Papa sambil melepas pegangan tanganku pada pergelangan tangan Papa.
689Please respect copyright.PENANALNbsgU4PYQ
Tangisku tak lagi bisa kubendung. Lalu Mbok Darmi mendekatiku, "Disini masih ada Mbok, Non."
689Please respect copyright.PENANAct6J3JQgTh
Kuhamburkan tubuhku untuk memeluk Mbok Darmi. Pelukan Mbok Darmi pada tubuhku, sedikit menenangkanku. Usapannya pada punggungku seakan memberi penghiburan padaku.
689Please respect copyright.PENANAPN4B5HABjQ
"Non, nggak sendiran," kata Mbok Darmi.
689Please respect copyright.PENANAlVTL7EVaIp
Saat aku melepas pelukanku pada tubuh Mbok Darmi, kutegakkan tubuhku. Di kejauhan Pak Salim, Pak Sukri dan Pak Dirman berdiri seakan-akan mengatakan.
689Please respect copyright.PENANA302nG6Ecq7
"Cici nggak perlu takut. Kami siap melindungi, Cici."
689Please respect copyright.PENANAJDUNPjm7tB
Kuhapus air mataku. Melihat kesetiaan mereka, aku terharu. Ada senyum yang tiba-tiba tersungging berbalut kesedihan yang kini padam.
689Please respect copyright.PENANAlwxoHsGvOJ
Kucoba melihat di ujung sana, Akbar sedang memandangku dengan tatapan sinis. Aku tak tau, arti tatapan itu. Yang jelas, bulu kudukku bergidik. Rasa takutku pun mulai menyeruak.
689Please respect copyright.PENANADes4AnHRBd
******
689Please respect copyright.PENANAJsIHFzJphx
Setelah kepergian Papa, hatiku semakin rapuh. Ada yang hilang dari diriku. Bukan hanya kehilangan sosok seorang ayah yang menyayangiku. Namun lebih dari itu.
689Please respect copyright.PENANA4jjtjjzjPH
Di dalam kamar aku duduk canggung di tepi ranjang.
689Please respect copyright.PENANAhoUHhx1vlm
"Dek..." Akbar memanggilku.
689Please respect copyright.PENANAautVFvKkzd
"Iya..." Kataku sambil mengangkat wajahku yang tanpa cadar.
689Please respect copyright.PENANARb3ZwEHJED
Lalu Akbar duduk bersimpuh di depanku sambil memegang telapak tanganku. Saat Akbar menatapku, kubuang mukaku ke samping.
689Please respect copyright.PENANAR3796EtPA4
"Maafkan aku dan keluargaku..." kata Akbar dengan suara baritonnya.
689Please respect copyright.PENANAMQojk35VpW
Kutatap Akbar yang sedang bersimpuh di depanku. "Buat apa?" tanyaku bergetar.
689Please respect copyright.PENANAgrTAIttEEq
"Aku sebenernya, nggak setuju dengan cara Abah," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menggenggam tanganku.
689Please respect copyright.PENANAQOzk3SSHXH
Kucoba menoleh ke samping, sambil menghela nafas dalam. "Tapi kenapa, Mas nggak menghentikannya?" tanyaku dengan suara bergetar.
689Please respect copyright.PENANAb9DZ0HzJMQ
Akbar menatap langit-langit kamarku. "Aku bisa apa, Dek?" tanya Akbar.
689Please respect copyright.PENANAWmyMQ433Ck
Kupandang Akbar, dengan penuh tanya. Senyum sinisnya, ekspresi dominannya dengan ucapan yang terlontar di mulutnya terasa saling bertentangan. Aku benar-benar tak mampu menembus hati orang yang sekarang berada di sampingku.
689Please respect copyright.PENANAX4VNGtL6vW
"Kenapa begitu? Aku nggak ngerti, Mas," kataku menatapnya.
689Please respect copyright.PENANAnHs69MHnwI
Pandangan Akbar berubah menjadi campuran kesedihan dan wajah murung.
689Please respect copyright.PENANAqqUipEDwaR
"Terlalu sulit, buat mengatakannya, Dek..." kata Akbar.
689Please respect copyright.PENANAwWPP7RIBav
Kutatap Akbar yang berada di sampingku, dengan tatapan tak mengerti.
689Please respect copyright.PENANA7BAA2ij2D1
"Katakan saja, Mas!" kataku.
689Please respect copyright.PENANAFyN0bWJteq
"Seharusnya aku nggak menerima posisi CEO," kata Akbar dengan suara berat.
689Please respect copyright.PENANACNwLtqnZEp
"Itu udah keputusan Mama, Mas," kataku.
689Please respect copyright.PENANAKWeDfUuJXs
"Kamu nggak cemburu kah?" tanya Akbar.
689Please respect copyright.PENANAgzYurTWgZK
"Maksud Mas?" tanyaku.
689Please respect copyright.PENANAq0kMoDy9CZ
"Seharusnya posisi CEO, bukan aku yang pegang Fa. Aku juga merasa bersalah sama Om Johan," kata Akbar.
689Please respect copyright.PENANAITxUZxWtVb
"Nggak Mas, aku sama sekali nggak cemburu. Lagian aku nggak menginginkan posisi CEO," kataku.
689Please respect copyright.PENANAIRqXgagzHa
"Bagaimana dengan Mama kamu, yang sekarang jadi istri abahku?" tanya Akbar.
689Please respect copyright.PENANARPD8FD9IZt
Kuhela nafasku dalam lalu kuembuskan. "Jujur, aku sakit hati... Apakah utang budi harus dibayar sampai seperti ini?" tanyaku dengan emosi yang mulai meluap-luap.
689Please respect copyright.PENANAe7sjpS0qvn
Lalu Akbar berdiri, "Ini nggak sesederhana balas budi, Fa," kata Akbar dengan suara berat.
689Please respect copyright.PENANAhcJa6UYn95
"Maksud Mas? Bilang ke aku, apa yang diinginkan keluarga, Mas?" tanyaku sambil ikut berdiri di belakang Akbar.
689Please respect copyright.PENANA4a8FY5HDyj
"Ini soal kekuasaan, soal politik. Saat perusahaan keluargamu berdiri disini. Ada banyak pihak yang dirugikan. Petani dan pesantren keluargaku," kata Akbar yang berubah intonasinya.
689Please respect copyright.PENANAdMezFTTyVB
"Jadi yang dirugikan, petani miskin yang lahannya direbut?" tanyaku dengan tubuh yang mulai lemas.
689Please respect copyright.PENANAqcy9H5mvqr
"Bukan. Semua lahan pertanian milik keluargaku. Dan beberapa kyai tuan tanah," kata Akbar.
689Please respect copyright.PENANAu00H0GPZQN
"Aku masih belum paham, Mas. Apa tujuan keluarga, Mas? Kenapa aku jadi korban? Mama jadi korban juga?" tanyaku.
689Please respect copyright.PENANANjhHn8Au36
Akbar kembali mengembuskan nafas panjang. "Awalnya pernikahanku sama kamu, sekedar simbolik agar aku lebih mudah menduduki posisi penting di perusahaan. Sebenarnya aku tak tertarik urusan bisnis, setelah aku bertemu kamu, pandanganku berubah," kata Akbar.
689Please respect copyright.PENANAFnweGwy3Ti
"Apa yang berubah?" tanyaku.
689Please respect copyright.PENANAcTASDryr1C
"Aku mulai jatuh cinta padamu, Dek. Tapi ada yang mengganjal di hatiku..." kata Akbar dengan suara berat.
689Please respect copyright.PENANA33fjlYPwqp
Di dalam hati, aku tersenyum penuh kemenangan. Ternyata Akbar selemah ini. Ia tak peduli dengan kekuasan, namun ia hanya peduli denganku hanya karena perasaan cinta.
689Please respect copyright.PENANANKmX8i3QZD
"Trus?" tanyaku.
689Please respect copyright.PENANArVDMg9wtkX
Akbar berjalan ke arahku, lalu mengikatkan cadar tali ke kepalaku.
689Please respect copyright.PENANAFFdVxmBamk
"Sekarang kamu istriku... Kamu nggak boleh sembarangan menunjukkan wajahmu, meski itu ke pembantumu sendiri," kata Akbar.
689Please respect copyright.PENANAKxHYT1mY0J
Mendengar pernyataan Akbar tubuhku mulai membeku. Instingku mulai menyadari bahwa aku berada di dalam ancaman.
689Please respect copyright.PENANAceImyTyVUI
Kuberanikan diri untuk memprotes. "Bukankah boleh, membuka aurat di depan asisten?" tanyaku.
689Please respect copyright.PENANAtfPLMRF4pE
"Ya, tapi nggak buat aku..."
689Please respect copyright.PENANAANSITz1nMz
"Deg," perasaanku berubah menjadi getir. Ingin rasanya membantah atau sekedar protes karena ketidaksetujuanku. Namun, mulutku terasa terkunci di depan Akbar yang mulai mendominasiku.
689Please respect copyright.PENANAf9DuQ5F31u
"Aku mencintaimu, Dek. Sejak pertamakali kita bertemu," kata Akbar sambil berlutut memegang tanganku.
689Please respect copyright.PENANApGZRA5JbWs
Cinta? Tak ada cinta yang mendominasi. Bahkan aku pun tak merasakan cinta sama sekali. Yang aku rasakan hanya perangkap yang menjebakku. Jangankan untuk protes, mengucapkan satu kata pun, mulutku terkunci.
689Please respect copyright.PENANAprKeorJlU3
Ingin rasanya memberanikan diriku, hanya sekedar mengucapkan, aku bukanlah objek yang bebas untuk dikuasai. Aku adalah subjek, yang memiliki hati dan pikiran. Yang tak satu pun, orang yang berhak mengurungku ke dalam penjara. Namun kata-kata itu tetap tertahan tanpa bisa terucap di bibirku.
689Please respect copyright.PENANAfZLSjCp0Cd
"Jangan pernah buka cadarmu, untuk siapa pun!" kata Akbar yang mulai mengintimidasi.
689Please respect copyright.PENANAILKjztxEMT
Kucoba memberanikan diri untuk bicara, "Bahkan dengan mahromku sendiri seperti Papa?" tanyaku.
689Please respect copyright.PENANAnnsoDGG686
"Ya..."
689Please respect copyright.PENANADwBjO0Kcig
Air mataku pun tak mampu kubendung. Karena beban yang aku tanggung mulai menyeruak menembus pertahananku.
689Please respect copyright.PENANAJIkRxq6tEL
"Kenapa Mas perlakukan aku kayak gini?" tanyaku dengan terisak-isak.
689Please respect copyright.PENANA5lZTGlO735
"Ini demi kebaikanmu, Dek..."
689Please respect copyright.PENANA2p5n5H5joI
"Mas possesif. Mas cuma memandangku seperti benda yang tak punya hati," kataku mulai meledak.
689Please respect copyright.PENANAJyMK7OWQE0
Kulihat Akbar tersenyum sinis, "Kamu salah paham, Dek..."
689Please respect copyright.PENANAPDMuOeLr9K
"Lalu apa arti semua ini, Mas?" tanyaku dengan suara meninggi.
689Please respect copyright.PENANAju7ZMAAy1g
"Kita baru saja menikah, Dek. Aku nggak mau di hari pertama pernikahan kita, diawali dengan pertengkaran," kata Akbar yang berdiri dengan ekspresi dingin di depanku.
689Please respect copyright.PENANAW8nO7VHK1p
Karena emosi yang tak tertahankan, kubuka cadarku lalu hijabku. Akbar yang awalnya meresponku dingin, kini berubah raut wajahnya. Tatapannya menyiratkan ketidaksukaan yang mendalam.
689Please respect copyright.PENANAlXrD80IbA1
"Aku suami kamu, Dek. Nggak seharusnya kamu kayak gitu," kata Akbar yang kini duduk di sampingku sambil menghapus air mataku.
689Please respect copyright.PENANAJYTtaQO9a1
Tangisku masih terisak-isak. Tangan kasar Akbar yang menyentuh pipiku justru mengintimidasiku.
689Please respect copyright.PENANAfIiFDwJkqq
"Tapi, Mas memperlakukanku kayak barang, Mas. Yang nggak punya perasaan," kataku dengan suara meninggi.
689Please respect copyright.PENANA2aSC6Pd38a
"Hahaha, kamu emang beda sama perempuan lain, Fa. Tapi bukan berarti kamu bebas tanpa aturan kayak sekarang," kata Akbar yang mulai menyindirku.
689Please respect copyright.PENANAhI2FxH6Z9a
"Tanpa aturan? Mas pikir aku cuma perempuan liar yang nggak terdidik?" tanyaku.
689Please respect copyright.PENANAOZboHNkyVZ
"Semua perempuan sama saja, Fa. Tawanan bagi suaminya, termasuk kamu," kata Akbar yang mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lalu kubuang mukaku karena perasaan jengah.
689Please respect copyright.PENANA0Q06gNuVI9
Aku pun berdiri untuk melarikan diri dari kamar karena aku tak sanggup menahan perasaan yang semakin pedih.
689Please respect copyright.PENANAPltMVZv6lO
"Kamu mau kemana, Fa?" tanya Akbar dengan nada kasar sambil memegang pergelangan tanganku.
689Please respect copyright.PENANAbaYnuh4vr4
"Lepasin aku, Mas!" kataku sambil berusaha melepas tanganku dari pegangan tangan Akbar.
689Please respect copyright.PENANAPR6zdv9DPp
"Kamu nggak bisa seenaknya gitu, Fa. Kamu udah menjadi istriku!" kata Akbar dengan suara keras.
689Please respect copyright.PENANAz84eJSpvQj
Tubuhnya yang tinggi besar memanggulku lalu merebahkanku ke atas ranjang. Kucoba memberontak, dengan kakiku yang menendang-nendang. Namun, tenagaku tak berarti apa-apa dibandingkan dengan tenaga Akbar yang besar.
689Please respect copyright.PENANA1Hbr8onAeK
"Kalo kamu masih nggak mau nurut sama aku, aku bisa lebih kejam daripada ini," kata Akbar sambil mengikat tangan kakiku.
689Please respect copyright.PENANAQHismjUbZt
Kini Akbar berada di atasku sedang menindihku dengan seringai yang membuatku takut.
689Please respect copyright.PENANA8EXKALf1St
"Kamu cuma milikku, Fa," kata Akbar yang mencoba mengecup bibirku. Namun kubuang mukaku dengan tangis terisak.
689Please respect copyright.PENANA66jZE7SUAt
Kulihat perangai Akbar berubah, bukan lagi Akbar yang persuasif. Wajahnya mendengus kesal, sampai wajahnya yang putih berubah menjadi merah padam.
689Please respect copyright.PENANAB1zEWjFMcO
Plak!
689Please respect copyright.PENANAmXDwwfFTrK
"Mas.. apa salahku?" tanyaku sambil terisak.
689Please respect copyright.PENANADQYnRHtt0G
"Kamu masih tanya apa kesalahanmu?" tanya Akbar dengan sorot mata mengerikan.
689Please respect copyright.PENANA6ak1oG1Q3n
Plak!
689Please respect copyright.PENANALpvnIVQ0Nz
"Sakit, Mas!" kataku mengaduh.
689Please respect copyright.PENANAsceteam0wL
"Sakit? Kamu bilang tamparan tadi sakit?" tanya Akbar sambil menggeram marah.
689Please respect copyright.PENANAowwBMe2eVN
"Kamu jahat, Mas," kataku sambil terisak.
689Please respect copyright.PENANAjq9t6f6ifx
"Hahaha, kamu bilang aku jahat?" tanya Akbar mendengus.
689Please respect copyright.PENANAqHYjOcA5zw
"Aku istrimu, Mas," kataku terisak-isak.
689Please respect copyright.PENANAiMY3YIKwmC
"Istri macam apa yang nggak mau nurut sama suaminya?" tanya Akbar terlihat gusar.
689Please respect copyright.PENANAxkrJvDVppZ
"Apakah ini yang Mas maksud dengan cinta? hiks hiks."
689Please respect copyright.PENANAhFn7iaSzpq
"Ya..." kata Akbar sambil menangkupkan tangannya ke pipiku.
689Please respect copyright.PENANAnbmvFvCeNK
"Em... sa... kit Mas," kataku mengaduh lagi.
689Please respect copyright.PENANA05PAxkAcgk
"Sakit? Lebih sakit mana sama apa yang aku rasain, Fa?" tanya Akbar yang awalnya gusar menjadi rapuh.
689Please respect copyright.PENANAMPmbYbn4dx
Ia menangis tersedu-sedu lalu memeluk tubuhku yang sekarang terlentang di atas ranjang.
689Please respect copyright.PENANA4YlV5AEXHo
"Kamu tau, kenapa hatiku sangat sakit?" tanya Akbar dengan tangis yang meledak.
689Please respect copyright.PENANAvtDXjlr36R
Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya memandangnya tak mengerti.
689Please respect copyright.PENANAkSIfL4IjUT
"Aku melihatmu di villa, Fa. Aku melihat semuanya," kata Akbar mulai rapuh.
689Please respect copyright.PENANA8DgUQV79iX
Ada titik terang yang mulai aku pahami.
689Please respect copyright.PENANADXUcvcah2F
"Jadi itu masalahnya?" tanyaku dengan tersenyum sinis.
689Please respect copyright.PENANAL5Gs7Iir8W
"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Fa?" tanya Akbar.
689Please respect copyright.PENANAdJG7i4lptU
"Kamu sakit hati? Sakit nggak kalo istrimu bukan milikmu saja?" tanyaku.
689Please respect copyright.PENANAoCGWrdJ2S6
Akbar yang tadi terlihat rapuh, kini menggeram penuh amarah.
689Please respect copyright.PENANAOmQY5kTrAd
Plak! Plak!
689Please respect copyright.PENANAMt62LroP1C
"Pelacur!" kata Akbar penuh amarah.
689Please respect copyright.PENANA5cSDLD7W0n
"Hahaha, aku emang pelacur. Kenapa? Ceraikan aku sekarang, kalo kamu nggak terima, Mas!" kataku dengan mendengus kesal.
689Please respect copyright.PENANAkeHGgpLf24
Kemarahan Akbar kembali meredup. Sekarang wajahnya yang merah padam terlihat rapuh.
689Please respect copyright.PENANAiYdmGoPhyO
"Aku nggak bisa, Fa," kata Akbar murung.
689Please respect copyright.PENANAGDK3Ff6urz
"Kenapa? Kamu takut melepas posisi CEOmu?" tanyaku sinis.
689Please respect copyright.PENANAZV3Ejqb3jC
"Bukan. Aku terlanjur mencintaimu, Fa," kata Akbar yang kini duduk menunduk di tepi ranjang.
689Please respect copyright.PENANAShNlOg84QL
"Hahaha, apa yang kamu tau soal cinta, Bar? Kalo kamu memperlakukan istrimu sendiri kayak gini?"
689Please respect copyright.PENANA4wKCB785PK
Akbar kembali menindihku, lalu menamparku berkali-kali.
689Please respect copyright.PENANAPO3CJCPixK
Plak! Plak! Plak!
689Please respect copyright.PENANAkcuNNwzFoW
"Kamu perempuan nggak tau adab," kata Akbar sambil menangkupkan tangannya di pipiku.
689Please respect copyright.PENANAlVTaaEVgtU
"Emm... sakit... lepasin!"
689Please respect copyright.PENANAoUdkMmWYnQ
"Sakit ya?" tanya Akbar dengan senyum mengerikan.
689Please respect copyright.PENANAGuBgXxNNPO
Lalu Akbar kembali terisak, "Hatiku lebih sakit, Fa. Ngeliat kamu digilir dewan direksi." Lalu wajah Akbar yang terisak menjadi datar. "Aku juga melihat papamu, menyentuhmu," kata Akbar sambil meremas dadaku dengan kasar.
689Please respect copyright.PENANAJplPWwG3ty
Tubuhku menggeliat ke kiri dan ke kanan, mencoba untuk memberontak. Namun percuma saja, remasan tangan Akbar semakin kasar. Sampai Akbar menarik dressku dengan paksa.
689Please respect copyright.PENANAoqQNUq4ICN
"Ini dada istriku yang diremas mertuaku sendiri," kata Akbar dengan terisak sambil menatap dadaku yang masih berbalut bra berwarna hitam.
689Please respect copyright.PENANA4sPBNITe46
Akbar menangis lagi. Air matanya sampai menetes jatuh ke atas dadaku yang masih tertutup bra.
689Please respect copyright.PENANAj1m8TJBIDA
"Sakit ya?" tanyaku dengan sinis.
689Please respect copyright.PENANAdr5eUC7rPW
Lalu Akbar menatap mataku dengan sorot mata yang menusuk.
689Please respect copyright.PENANAQJZwy9Ajba
"Kamu suka melihatku sakit hati?" tanya Akbar sambil mengusap air matanya.
689Please respect copyright.PENANAaV0JMRQwvx
"Ya.." kataku sambil tersenyum penuh kemenangan.
689Please respect copyright.PENANApMonHoMrDM
"Aku nggak akan pernah membiarkanmu disentuh sama laki-laki lain lagi, Fa." Akbar mulai mendengus lagi. "Aku benci sama papamu."
689Please respect copyright.PENANAyVr6esHGF2
"Dia lebih baik daripada kamu!" kataku sambil menatapnya sinis.
689Please respect copyright.PENANAK7MFkqTepC
"Kamu gila, Fa..." kata Akbar.
689Please respect copyright.PENANAAbMdFhnNSn
"Kamu yang lebih gila, karena memperlakukan istrimu kayak gini," kataku.
689Please respect copyright.PENANA68YoWCqHOu
"Itu pantas buat kamu, Fa. Karena aku suami kamu," kata Akbar.
689Please respect copyright.PENANAXeSQrDjnpS
"Hahaha, sekarang siapa yang gila?" tanyaku sinis.
689Please respect copyright.PENANARoS17YMsDz
Akbar tak meresponku. Dengan tatapan acuh, Akbar meninggalkanku pergi dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
689Please respect copyright.PENANA90ugRaV0NJ
"Akbar! Lepasin! Lepasin aku!" kataku berteriak.
689Please respect copyright.PENANApqzSSlPQ9B
689Please respect copyright.PENANAc4UV5zz3NP