
1356Please respect copyright.PENANAcoB48f6Lur
Beberapa hari telah berlalu sejak Dani membantu merenovasi warung Rina. Pagi ini, matahari baru saja muncul di ufuk timur, menyinari kampung yang masih diselimuti hawa sejuk. Suara burung berkicau terdengar di kejauhan, berpadu dengan aktivitas pagi warga yang mulai sibuk dengan rutinitas mereka.
1356Please respect copyright.PENANAzBOWGGGppo
Dani duduk di teras rumahnya, menikmati semilir angin yang berhembus lembut. Tubuhnya masih sedikit pegal setelah beberapa hari bekerja di warung Rina, tetapi ada kepuasan tersendiri dalam hatinya. Ia menatap ke kejauhan, membiarkan pikirannya melayang kembali ke hari-hari sebelumnya.
1356Please respect copyright.PENANAKlefexgYM4
Ingatan demi ingatan muncul di kepalanya, membawa Dani kembali ke masa-masa awal kepulangannya ke kampung.
1356Please respect copyright.PENANAK9OPnghyXr
Saat itu, ia baru saja pulang kerja di sebuah bengkel kecil di ibu kota ketika sepucuk surat dari ibunya tiba. Ia masih ingat bagaimana surat itu terasa berbeda dari biasanya—tulisannya penuh dengan harapan dan permintaan. Ibunya menyuruhnya pulang, bukan untuk sekadar menjenguk, melainkan untuk menetap di kampung.
1356Please respect copyright.PENANAaflqVkgJ1e
Awalnya, Dani tidak langsung menanggapi. Ia masih ragu. Kehidupan di kota memang melelahkan, tetapi ia sudah terbiasa. Namun, semakin ia membaca surat itu, semakin ia menyadari bahwa ibunya benar-benar ingin ia kembali. Setelah banyak pertimbangan, ia akhirnya memutuskan untuk pulang.
1356Please respect copyright.PENANAqTRPO8S1NL
Dan di sinilah dia sekarang, duduk di teras rumahnya, menikmati udara pagi yang dulu terasa asing baginya, tetapi kini mulai terasa akrab.
1356Please respect copyright.PENANA5CO5S4ZlJo
Ingatan berikutnya muncul.
1356Please respect copyright.PENANAR2LqsvVx3Y
Dani teringat saat pertama kali ibunya menyuruhnya pergi ke warung Rina. Waktu itu, pagi masih begitu tenang, dan Dani yang baru selesai sarapan berniat untuk kembali ke kamar, tetapi langkahnya terhenti ketika sang ibu memanggilnya.
1356Please respect copyright.PENANAKOEjX212Oo
"Dani, Ibu mau minta tolong. Pergi ke warung Bu Rina, belikan beberapa kebutuhan dapur," ujar ibunya sambil menyerahkan daftar belanjaan.
1356Please respect copyright.PENANAZQZcQsmTPY
Dani melirik kertas itu sekilas, lalu menghela napas. "Kenapa harus aku, Bu? Kan Ibu bisa beli sendiri nanti," katanya, malas.
1356Please respect copyright.PENANAoRcw5ZRrjN
"Ibu ada urusan lain. Lagi pula, kau juga butuh udara segar. Sudah, cepat berangkat," tegas ibunya, tak memberi ruang untuk penolakan.
1356Please respect copyright.PENANAxpquXbQaKM
Dengan berat hati, Dani akhirnya menuruti permintaan ibunya. Ia berjalan menuju warung dengan langkah santai, berpikir bahwa ini hanyalah tugas sederhana. Namun, setibanya di sana, ia mendapati sesuatu yang berbeda.
1356Please respect copyright.PENANAxgRt0Mry0M
Rina, wanita yang dulu dikenalnya sebagai sosok lembut dan ramah, kini tampak jauh berbeda. Wajahnya lebih keras, dan tutur katanya tegas. Saat Dani menyebutkan daftar belanjaannya, Rina melayaninya tanpa banyak bicara, tetapi ada ketegasan dalam setiap gerakannya.
1356Please respect copyright.PENANASrBjgBb7uf
"Kenapa dia berubah?" batin Dani.
1356Please respect copyright.PENANAZAVfRx2eYF
Seketika, ia teringat Rina yang dulu selalu tersenyum, berbicara dengan nada lembut kepada para pelanggan. Namun, kini yang ia lihat adalah sosok yang lebih dingin dan galak.
1356Please respect copyright.PENANAyKmoexrbCD
Setelah menyelesaikan belanjaannya, Dani kembali ke rumah. Namun, rasa penasaran di kepalanya tak bisa hilang begitu saja. Saat ia menyerahkan belanjaan kepada ibunya, ia pun bertanya.
1356Please respect copyright.PENANAHii2iCwnHC
"Bu, kenapa Bu Rina sekarang jadi galak?" tanyanya, masih heran.
1356Please respect copyright.PENANAmRKLvDlpNG
Ibunya menatapnya sesaat, lalu tersenyum tipis. "Setiap orang punya ujiannya masing-masing, Dani. Kadang, hidup membuat seseorang berubah. Tapi itu bukan berarti hatinya ikut berubah. Mungkin dia hanya butuh waktu," jawabnya lembut.
1356Please respect copyright.PENANA4rxYll6AYa
Dani terdiam. Ia tidak sepenuhnya mengerti, tetapi ia tahu ibunya tidak asal bicara. Ia hanya mengangguk kecil, menyimpan kata-kata itu dalam hatinya.
1356Please respect copyright.PENANAlFqPQPnFii
Seiring waktu berlalu, ibunya semakin sering menyuruh Dani untuk pergi ke warung Rina. Entah itu membeli beras, gula, atau hanya sekadar membeli garam. Awalnya, Dani malas dan merasa canggung, tetapi ibunya selalu menasehatinya agar tidak terlalu memikirkan sikap Rina.
1356Please respect copyright.PENANA2UcEyVcBIM
"Bu Rina memang berubah, tapi bukan berarti dia orang jahat. Kau hanya perlu bersabar," kata ibunya suatu hari.
1356Please respect copyright.PENANAfgelbiUVvh
Dani menghela napas panjang. Ia memang masih agak segan dengan sikap galak Rina, tetapi ia juga tak bisa terus menghindar. Setiap kali ibunya menyuruhnya belanja, ia tetap pergi, meskipun awalnya dengan perasaan enggan.
1356Please respect copyright.PENANALi4ZlkVJO3
Namun, seiring waktu, ia mulai terbiasa. Ia mulai menerima bahwa begitulah cara Rina sekarang. Setiap kali pergi ke warung, ia tidak lagi terkejut dengan ketegasan Rina. Bahkan, kadang ia hanya tersenyum kecil ketika mendengar suara galaknya.
1356Please respect copyright.PENANAfQaXIKYsiO
Mungkin, dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa ada alasan di balik semua itu.
____________________
1356Please respect copyright.PENANAKS6m3Zib1j
Dani kembali teringat saat ibunya membangunkannya pagi itu. Ia masih mengantuk ketika merasakan tangan lembut ibunya mengguncang bahunya pelan.
1356Please respect copyright.PENANAX6CN3PLcWs
"Dani, bangun. Ibu mau minta tolong," suara ibunya terdengar lembut, tetapi ada ketegasan di dalamnya.
1356Please respect copyright.PENANA8j5oHwNVCF
Dani menggeliat malas di tempat tidurnya. "Apa lagi, Bu? Kan kemarin udah belanja di warung Bu Rina," gumamnya setengah sadar.
1356Please respect copyright.PENANAotXKQH2beW
"Bukan soal belanja. Ini soal Bu Rina. Hari ini ada posyandu di balai desa. Ibu khawatir kalau dia nanti kesulitan pulang, kamu temani ke sana, ya. Kalau nggak ada kendaraan buat dia pulang, kamu antar pulang," ujar ibunya penuh harap.
1356Please respect copyright.PENANAG5GFwc0ZXs
Dani membuka matanya sedikit, lalu menatap ibunya. "Hah? Kenapa harus aku, Bu? Kan masih banyak orang lain," keluhnya.
1356Please respect copyright.PENANAUft4Tanc97
Ibunya menghela napas. "Ibu cuma minta tolong sekali ini aja. Kasihan dia, Dani. Lagipula, kamu kan laki-laki. Harus bisa menghormati dan membantu orang lain, apalagi Bu Rina yang sekarang sendirian mengurus bayinya," ucap ibunya dengan suara lembut, tetapi penuh makna.
1356Please respect copyright.PENANAvRyKjWxk3l
Dani masih enggan, tetapi melihat raut wajah ibunya yang serius, ia tahu bahwa menolak bukanlah pilihan. Ia akhirnya bangkit dari tempat tidurnya dan mengusap wajahnya yang masih mengantuk. "Ya udah, Bu. Tapi kalau dia nggak mau diantar, jangan salahin aku ya," ujarnya pasrah.
1356Please respect copyright.PENANAwcEgIgwo08
Ibunya tersenyum kecil, lalu meraih sesuatu dari meja. Sebuah payung lipat berwarna biru muda. "Bawa ini, Dani. Buat nutupin bayinya kalau nanti kepanasan."
1356Please respect copyright.PENANAH9mfUQ6env
Dani menatap payung itu sejenak sebelum mengambilnya. Ia hanya mengangguk kecil sebelum akhirnya bersiap-siap berangkat ke balai desa.
_______
1356Please respect copyright.PENANAExQpeztBiV
Sesampainya di balai desa, Dani celingukan mencari sosok Rina. Ia sempat khawatir kalau-kalau Rina sudah pulang lebih dulu, mengingat posyandu biasanya tidak berlangsung lama. Namun, pandangannya akhirnya menangkap sosok wanita itu di sudut ruangan, tampak sibuk menenangkan bayinya yang rewel.
1356Please respect copyright.PENANA5qhmA4Uh2k
Rina terlihat kepanasan, wajahnya mulai berpeluh, sementara bayinya terus menggeliat gelisah dalam gendongannya. Dani memperhatikan sejenak, merasa ragu untuk melangkah. Ia tahu betul bagaimana sikap galak Rina, dan kemungkinan besar ajakannya akan ditolak mentah-mentah.
1356Please respect copyright.PENANAgOfQtiY922
Namun, mengingat amanah ibunya, Dani akhirnya memberanikan diri mendekat. Ia menawarkan untuk mengantar Rina pulang agar ia dan bayinya tidak terlalu lama terpapar panasnya udara siang. Seperti yang diduga, Rina langsung menolak dengan tegas.
1356Please respect copyright.PENANAU8I2Lu0rkU
Dani hanya diam, membiarkan waktu berlalu sejenak. Namun, tangisan bayi di pelukan Rina semakin menjadi, membuat wanita itu mulai tampak goyah. Wajahnya menunjukkan kebingungan antara tetap bersikeras atau menerima bantuan yang ada.
1356Please respect copyright.PENANAnZaByU6oCg
Akhirnya, setelah beberapa kali membujuk, Rina menghela napas panjang. Dengan berat hati, ia menerima tawaran Dani. Ia masih mempertahankan ekspresi kesalnya, tetapi matanya tak bisa menyembunyikan kelelahan yang ia rasakan.
1356Please respect copyright.PENANA1u3nLZrbQ5
Dani pun segera mengambil alih beberapa barang bawaan Rina sebelum berjalan menuju motornya, bersiap mengantarkan mereka pulang.
1356Please respect copyright.PENANA2kGldyYX2R
Dani mengendarai motornya dengan sangat hati-hati. Ini adalah pertama kalinya ia membonceng seorang wanita yang membawa bayi, membuatnya lebih waspada dari biasanya. Setiap jalan yang sedikit bergelombang, ia kurangi kecepatan. Setiap belokan, ia pastikan lebih stabil. Ia bahkan sesekali melirik ke spion untuk memastikan Rina dan bayinya baik-baik saja.
1356Please respect copyright.PENANAU3qPtBgwnZ
Dalam hatinya, Dani merasa sedikit gugup. Meski sudah terbiasa naik motor, situasi ini berbeda. Ada nyawa lain yang harus ia jaga. Rina di belakangnya juga tampak masih kaku, mungkin karena belum sepenuhnya nyaman dibonceng olehnya.
1356Please respect copyright.PENANAhlhSkT18lq
Perjalanan berlangsung cukup tenang meski Dani harus ekstra waspada. Hingga akhirnya, mereka tiba di depan rumah Rina. Dengan perlahan, Dani menghentikan motornya dan menurunkan standar. Rina turun lebih dulu, masih menggendong bayinya yang kini tampak lebih tenang dibandingkan sebelumnya.
1356Please respect copyright.PENANA9pUPzWUVeJ
Tanpa banyak bicara, Dani segera turun dari motor dan sedikit menjauh. Ia benar-benar masih merasa segan terhadap Rina. Dengan suara pelan, ia berpamitan, lalu segera berbalik untuk pergi sebelum Rina sempat berkata apa-apa.
1356Please respect copyright.PENANAFa2N1bXIoR
Saat melaju menjauh, Dani menghela napas lega. Meski terasa canggung, setidaknya ia sudah menjalankan amanah ibunya dengan baik.
__________
1356Please respect copyright.PENANAu2i3mZH3SR
Dani juga teringat ketika ibunya tiba-tiba memintanya datang ke rumah Rina secepat mungkin. Saat itu, ia tidak tahu ada apa, tetapi karena ibunya bersikeras, ia segera bergegas menuju rumah Rina tanpa banyak bertanya.
1356Please respect copyright.PENANAO429sOXida
Sesampainya di sana, Rina sudah menunggunya dengan ekspresi serius. Tanpa basa-basi, Rina langsung meminta bantuannya untuk merenovasi genteng dan warungnya yang sudah mulai rapuh.
1356Please respect copyright.PENANAkXKiFr3uOy
Dani sempat terkejut dengan permintaan itu. Ia tidak menyangka Rina akan meminta tolong kepadanya, mengingat selama ini mereka tidak terlalu banyak berbicara kecuali urusan belanja di warung. Tapi melihat kondisi genteng rumah Rina yang memang sudah lapuk, ia akhirnya mengiyakan tanpa banyak tanya.
1356Please respect copyright.PENANAXANewVhYIC
Sejak hari itu, Dani mulai menghabiskan waktunya membantu Rina memperbaiki rumah dan warungnya. Ia bekerja dengan tekun, memastikan setiap bagian diperbaiki dengan baik. Meski Rina tetap dengan sikap galaknya, Dani mulai terbiasa dan tidak lagi merasa takut seperti dulu.
1356Please respect copyright.PENANAjhwpB0SryB
Hari-hari itu menjadi titik awal di mana Dani mulai melihat sisi lain dari Rina yang selama ini tersembunyi di balik sikap kerasnya.
_______
1356Please respect copyright.PENANAOOC9CcObUf
1356Please respect copyright.PENANAVFLqsxtD7M
Setelah mengingat semua kejadian yang telah berlalu, Dani terus bertanya-tanya dalam pikirannya, "Kenapa ibu seakan mendekatkan diriku kepada Rina?"
1356Please respect copyright.PENANAR45PR1bNh7
Perasaan itu semakin mengusik pikirannya hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari tahu langsung dari ibunya. Dani melangkah menuju ruang tengah, di mana ibunya tengah duduk di atas tikar, sibuk menjahit kain dengan telaten.
1356Please respect copyright.PENANAudgJlRpRGS
Tanpa berkata-kata, Dani ikut duduk bersila di hadapan ibunya. Ia memperhatikan wajah wanita yang telah merawatnya sejak kecil itu, mencoba menemukan jawaban sebelum mengutarakan pertanyaannya.
1356Please respect copyright.PENANA6hN1dt9dKH
“Ibu…” Dani akhirnya bersuara, suaranya terdengar ragu.
1356Please respect copyright.PENANA7E9URabjvv
Ibunya tetap fokus pada jahitannya, tetapi ia mendengar panggilan Dani. “Hmm?” sahutnya tanpa mengalihkan pandangan.
1356Please respect copyright.PENANAIhfRHM6HSg
Dani menghela napas sejenak sebelum melanjutkan, “Kenapa sih, Bu, rasanya ibu seperti sengaja mendekatkan aku ke Bu Rina?”
1356Please respect copyright.PENANAx8X2IeGOLH
Setelah tersenyum tipis, ibu Dani akhirnya membuka suara. Ia mengucapkan sesuatu dengan nada lembut, namun penuh makna.
1356Please respect copyright.PENANAs3otTPeYH2
Dani yang mendengarnya langsung terdiam. Seketika, raut wajahnya berubah drastis—matanya membesar, mulutnya sedikit terbuka, dan napasnya tercekat. Ia benar-benar tidak menduga ucapan ibunya barusan.
1356Please respect copyright.PENANAGuHpybnK7a
Seolah dunia di sekelilingnya tiba-tiba membisu, hanya tersisa kalimat ibunya yang terus terngiang di benaknya. Apa yang sebenarnya sedang direncanakan ibunya?
ns3.137.200.242da2