
1395Please respect copyright.PENANA5qBYT231tD
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1395Please respect copyright.PENANAnGjiPoWYYn
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1395Please respect copyright.PENANAiIQB8rthj1
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1395Please respect copyright.PENANAVmMmDqvJN5
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1395Please respect copyright.PENANAbo7VOtloPG
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1395Please respect copyright.PENANAZCoCn7CNdk
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1395Please respect copyright.PENANAgKdrru8VMS
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1395Please respect copyright.PENANAjvorcOU9KE
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1395Please respect copyright.PENANAepVuWYSb8s
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1395Please respect copyright.PENANAxbJ7g25ql6
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1395Please respect copyright.PENANA0AmClIi8KM
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1395Please respect copyright.PENANAvJtruLd5Bp
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1395Please respect copyright.PENANAeRfuOJ7MHh
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1395Please respect copyright.PENANAmXZIkwcfzZ
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1395Please respect copyright.PENANAvH2eLeenQY
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1395Please respect copyright.PENANAzasmYMAd0k
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1395Please respect copyright.PENANA3lbAxvDumq
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1395Please respect copyright.PENANA4t1kHx0AMK
"Bu Rina?"
1395Please respect copyright.PENANA2Lnbs1D25c
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1395Please respect copyright.PENANARErnXnkAEj
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1395Please respect copyright.PENANA2isFiXSPtp
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1395Please respect copyright.PENANAVxYAPqDhhs
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1395Please respect copyright.PENANAKKsI9W38AJ
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1395Please respect copyright.PENANAA7G8dEjRuo
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1395Please respect copyright.PENANAjofHbpFfLQ
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1395Please respect copyright.PENANALpotJA3LLE
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1395Please respect copyright.PENANAemPqtygvRY
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1395Please respect copyright.PENANA9etTqkmnS1
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1395Please respect copyright.PENANAL8YiT3Tzi9
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1395Please respect copyright.PENANA8kIkEu9n2h
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1395Please respect copyright.PENANA2Z2fXUt5Tw
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1395Please respect copyright.PENANAY6whLYXUOF
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1395Please respect copyright.PENANA8ysnUgVtr0
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1395Please respect copyright.PENANAFUGndmtAUw
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1395Please respect copyright.PENANANMEQZL6jBf
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1395Please respect copyright.PENANAtlWRPFu3Ud
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1395Please respect copyright.PENANAxeNS47Az3s
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1395Please respect copyright.PENANAyZivjXPiB8
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1395Please respect copyright.PENANAOlBFGKeCgm
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1395Please respect copyright.PENANAalcVHu61zY
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1395Please respect copyright.PENANARpV7Jj1pLg
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1395Please respect copyright.PENANAcRXtg2k8c4
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1395Please respect copyright.PENANA7th6YS5Vdu
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1395Please respect copyright.PENANA9LhiuOWgSo
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1395Please respect copyright.PENANAWOkvUdWn7N
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1395Please respect copyright.PENANA5wJJlM9ZzP
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1395Please respect copyright.PENANAj76EuHaINb
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1395Please respect copyright.PENANAy7TEsJPiaJ
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1395Please respect copyright.PENANASZrQTunozd
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1395Please respect copyright.PENANALFpdPSS0fX
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1395Please respect copyright.PENANAvADBkfQQK2
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1395Please respect copyright.PENANAwa07p3p4SV
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1395Please respect copyright.PENANAze9bQ7Hpn7
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1395Please respect copyright.PENANArvJfg2ge0r
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1395Please respect copyright.PENANAPaMKnNFcXt
Begitu saja?
1395Please respect copyright.PENANAbHIz1bC8vM
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1395Please respect copyright.PENANAsDL9wBEdBD
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1395Please respect copyright.PENANA60wPe0q9a4
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1395Please respect copyright.PENANAT7mxFSyO6U
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1395Please respect copyright.PENANAEsKlV1j2Mu
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1395Please respect copyright.PENANANkjaxyIVsk
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1395Please respect copyright.PENANAEolg0oNS9X
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1395Please respect copyright.PENANAB4TLp6EUhb
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1395Please respect copyright.PENANATneTrijyfZ
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1395Please respect copyright.PENANAuklc5Tex30
Malam itu begitu sunyi.
1395Please respect copyright.PENANAfd02fUEDr2
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1395Please respect copyright.PENANAZZuAi257bT
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1395Please respect copyright.PENANANCZmZ5NjkE
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1395Please respect copyright.PENANARfTphcMr18
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1395Please respect copyright.PENANAeZ0mFlWMRO
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1395Please respect copyright.PENANAqSfi8Xi7j5
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1395Please respect copyright.PENANAQ2yEGk47bE
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1395Please respect copyright.PENANACr6fp4WM9O
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1395Please respect copyright.PENANAAi1D2YLaiE
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1395Please respect copyright.PENANAaSr8YMoN0Y
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1395Please respect copyright.PENANApqd4Y9VirE
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns18.119.172.175da2