
1624Please respect copyright.PENANAxFJdveAELg
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1624Please respect copyright.PENANAsHOtT84wzc
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1624Please respect copyright.PENANA9uZeCe2vZ8
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1624Please respect copyright.PENANAs3Kg2AIDKb
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1624Please respect copyright.PENANAHfvQI2OLWA
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1624Please respect copyright.PENANAgQnNb1HskL
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1624Please respect copyright.PENANAfoFO0dFpfF
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1624Please respect copyright.PENANAx9ACq6x6Dp
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1624Please respect copyright.PENANA63jHtUwHaT
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1624Please respect copyright.PENANAQJfoVNJuC7
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1624Please respect copyright.PENANA0wDvzzvJvJ
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1624Please respect copyright.PENANATzaP98hTP3
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1624Please respect copyright.PENANAR8qzpWqmxc
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1624Please respect copyright.PENANALe07LqEikj
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1624Please respect copyright.PENANAG8wB9r0bxf
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1624Please respect copyright.PENANACZiVWyl2O2
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1624Please respect copyright.PENANAiuI8P5ZLrd
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1624Please respect copyright.PENANA4Vh5GsrWmK
"Bu Rina?"
1624Please respect copyright.PENANAjnZOSXMqer
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1624Please respect copyright.PENANAGskJRcCk3Y
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1624Please respect copyright.PENANAcCy0D0thJn
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1624Please respect copyright.PENANA6vxGOonr4q
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1624Please respect copyright.PENANApKkfHmQh55
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1624Please respect copyright.PENANAWBXxs3WB3G
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1624Please respect copyright.PENANAVxPFGKSyP1
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1624Please respect copyright.PENANAc3lxfbmDCO
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1624Please respect copyright.PENANACGx3iddHNg
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1624Please respect copyright.PENANARvl7cADeIU
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1624Please respect copyright.PENANAQMsrgGG8I8
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1624Please respect copyright.PENANA7pcPY8gl8q
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1624Please respect copyright.PENANAUtHCXAivei
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1624Please respect copyright.PENANAtQEl1X3sua
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1624Please respect copyright.PENANAmRDrR5Z3Kj
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1624Please respect copyright.PENANAMNRT0RZd93
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1624Please respect copyright.PENANAILVlEAmW1H
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1624Please respect copyright.PENANAZBuSXkdJCl
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1624Please respect copyright.PENANAoETJ4EtIOF
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1624Please respect copyright.PENANAxHWYMcHiMF
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1624Please respect copyright.PENANA9sFRhySGxO
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1624Please respect copyright.PENANAO7Ma6eeQp6
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1624Please respect copyright.PENANAsETdjNq8ks
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1624Please respect copyright.PENANAcIeCK7brnb
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1624Please respect copyright.PENANAunJMCvg6RN
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1624Please respect copyright.PENANAz627w0PlZz
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1624Please respect copyright.PENANAuRY3Go3UIx
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1624Please respect copyright.PENANAe4YO9x33Ks
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1624Please respect copyright.PENANAHeU4hvx1ui
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1624Please respect copyright.PENANAQE4RX9iFy4
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1624Please respect copyright.PENANABb9gKYhuRb
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1624Please respect copyright.PENANAYfGyc39wz2
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1624Please respect copyright.PENANAKAjYeiaUzE
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1624Please respect copyright.PENANAN5G1RbFVJU
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1624Please respect copyright.PENANAwIaakPrlto
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1624Please respect copyright.PENANAbZ8AreuO5L
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1624Please respect copyright.PENANAUEGBgGvKdL
Begitu saja?
1624Please respect copyright.PENANAji7FgCGIji
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1624Please respect copyright.PENANAefT6Sp36Rb
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1624Please respect copyright.PENANAqNawZzaN3N
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1624Please respect copyright.PENANAJgMRLIf2nN
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1624Please respect copyright.PENANA4IY9XSJJPl
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1624Please respect copyright.PENANA8COJbmUo8j
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1624Please respect copyright.PENANA45W9t6TlH5
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1624Please respect copyright.PENANATPjnQKeax3
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1624Please respect copyright.PENANAEWjFAJjV30
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1624Please respect copyright.PENANARyQD2JVQeW
Malam itu begitu sunyi.
1624Please respect copyright.PENANA53DcPrTG83
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1624Please respect copyright.PENANAc1YJlWp0h9
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1624Please respect copyright.PENANAb2h0TmqFfp
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1624Please respect copyright.PENANACnhMLgkFz5
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1624Please respect copyright.PENANATeGCxTW2AD
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1624Please respect copyright.PENANA3ruP6QgixL
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1624Please respect copyright.PENANAZursHj3yjw
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1624Please respect copyright.PENANARjUHALYKdr
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1624Please respect copyright.PENANA9GK4oUqU28
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1624Please respect copyright.PENANARanbNb5t7V
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1624Please respect copyright.PENANA0GT6rmnB3W
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns216.73.216.224da2