
Semenjak apa yang terjadi di pos satpam bersama Pak Salim, aku jadi sering salah tingkah. Ada perubahan kecil pada diriku. Seperti sering merias wajahku agar lebih cantik saat bertemu Pak Salim dan memakai pakaian yang paling sexy yang aku punya. Ah, inikah yang namanya bucin? Seumur-umur aku belum pernah merasakan bucin.
5128Please respect copyright.PENANAfsT4CO4zYw
Perasaanku pun yang beberapa hari yang lalu sempat memberi ruang untuk Aldo, kian lama kian memudar. Muncul perasaan lain yang lebih dominan yang memberi ruang untuk Pak Salim. Aku tak tau, apa yang terjadi pada diriku.
5128Please respect copyright.PENANArhL4uIJg93
Baru saja aku sedikit lega karena perasaan bahagia, lagi-lagi orang tuaku bertengkar hebat. Sempat kututupi telingaku dengan earphone agar aku tak mendengar pertengkaran mereka. Namun percuma saja, suara pertengkaran kedua orang tuaku tetap terdengar meski sayup-sayup.
5128Please respect copyright.PENANAsApSfxPgbf
Saking kesalnya, aku turun ke lantai bawah dengan emosi. "Pa, Ma... Nggak malu apa tiap hari berantem?" tanyaku.
5128Please respect copyright.PENANATMatgHNCB3
"Ini memalukan, Fa..." kata Papa.
5128Please respect copyright.PENANAaKS3jJFX2z
"Maksud, Papa?" tanyaku penasaran.
5128Please respect copyright.PENANAOIeGVVZWvU
"Terlalu rumit buat dijelaskan..."
5128Please respect copyright.PENANAYOXtN5cun1
Lagi-lagi aku bingung dengan perkataan Papa yang setengah-setengah, ambigu.
5128Please respect copyright.PENANAr7jtFAdlfN
"Ini terjadi karena kesalahan, Papa juga..." kata Mama.
5128Please respect copyright.PENANA6EEBqEjlBI
"Hah? Aku bingung..." kataku.
5128Please respect copyright.PENANAgOSzvlRXky
"Ya, ini juga kesalahan Papa juga..." kata Papa yang semakin berbelit-belit.
5128Please respect copyright.PENANAnNojQ3vV1f
"Sebenarnya apa yang terjadi? Jangan bikin aku bingung dong, Pa... Ma... " kataku kesal.
5128Please respect copyright.PENANA0kPQdHZFHc
"Bukan kesalahan Mama, kalo sekarang Mama jadi simpanan si Kyai brengsek itu... "kata Mama mendengus kesal.
5128Please respect copyright.PENANAz3Qeb5iUEE
"Kyai brengsek? Siapa, Ma? Mama selingkuh?" tanyaku.
5128Please respect copyright.PENANAP5aaQevEFR
Kulihat tangan Papa terkepal, dengan wajahnya berubah menjadi merah padam.
5128Please respect copyright.PENANA1QbXRXsJyt
"70% saham perusahaan, milik Mama. Papa kudu inget, modal awal berdirinya perusahaan dari Mama. Dari orang tua Mama," kata Mama.
5128Please respect copyright.PENANAJ5C0MTdu3M
"Iya, aku paham, Ma..." kata Papa lesu.
5128Please respect copyright.PENANA4w60Nc2UJw
"Mama tau, yang menjalankan perusahaan Papa. Dan bisa berkembang kayak sekarang. Cuma, kesalahan kita. Bukan Papa doang ya, Mama juga ngerasa bersalah. Kita terlalu percaya sama Kyai brengsek itu... "
5128Please respect copyright.PENANAc43HRM9DOa
"Kyai brengsek itu manfaatin kita, dengan pura-pura membantu kita buat urusan sengketa tanah. Ternyata dia lah beking yang menggerakkan massa, karena tanah yang diperebutkan. Trus Kyai brengsek itu mencoba menekan Papa, agar ngerasa utang budi. Bukan kamu doang, Fa yang menjadi tumbal tapi juga, Mama..." kata Mama sambil mendengus lesu.
5128Please respect copyright.PENANAhvRmb3oMjv
"Trus, Mama dijadiin gundik sama Kyai itu kah?" tanyaku tidak mengerti.
5128Please respect copyright.PENANAeeg27oaEph
"Iya, Mama nggak bisa berbuat apa-apa, Fa. Kamu tau apa perjanjiannya? Setelah kamu menikah sama Akbar, perusahaan wajib diwariskan ke Akbar... Dan kalo Mama menolak buat dijadiin pelampiasan nafsu bejat si Aziz itu..." kata Mama lemah.
5128Please respect copyright.PENANAW8jJv3yFBW
"Mama diancam apa?" tanyaku ikut terbawa emosi.
5128Please respect copyright.PENANAs4p4PjsZZU
"Kamu yang bakal dijadiin mangsa selanjutnya... " kata Mama tertunduk lesu.
5128Please respect copyright.PENANAdMrwVBoXmW
"Aku nggak terima, Ma. Pernikahanku sama Akbar harus dibatalin!" kataku.
5128Please respect copyright.PENANAuCTgnKTpbn
"Nggak bisa, Fa. Masalah ini udah merembet kemana-mana. Si Aziz itu licik, dia bisa menghalalkan segala cara demi tujuannya," kata Mama.
5128Please respect copyright.PENANAHvRtYLgMtd
"Aku nggak mau, Ma kayak gini... Aku nggak mau nikah... " kataku mencoba menyangkal kenyataan yang aku hadapi sekarang.
5128Please respect copyright.PENANADTXDtwWM2z
"Aziz juga mencancam buat mencemarkan nama baik Mama, Fa... " kata Mama.
5128Please respect copyright.PENANA0jrplESEg1
Papa memegang telapak tangan Mama, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
5128Please respect copyright.PENANA2G5sdnPIm2
"Dia mengancam apalagi Ma, Pa? Tolong katakan!" kataku mendesak Mama dan Papa.
5128Please respect copyright.PENANASa1eRXUSbG
"Maaf, Fa. Mama nggak bisa cerita sekarang. Terlalu berat buat Mama... Maafin Mama" kata Mama terisak.
5128Please respect copyright.PENANAp7xQ45SOHg
Kuembuskan nafas panjang, mendengar kisah pilu yang dihadapi keluargaku. Dadaku pun terasa sesak. Rasa-rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya.
5128Please respect copyright.PENANAViUqo5XHDQ
Kulihat Mama jatuh meringkuk, dengan tangisan yang menyayat hatiku. Aku ingin membantu Mama, mengurangi penderitaan Mama. Namun, aku pun bingung dengan masalah yang kuhadapi. Bahkan Papa pun, tak mengucapkan sepatah kata pun. Emosiku pun ingin meledak karena melihat Papa yang tidak berdaya. Aku benci Papa, Papa terlalu lemah. Bahkan saat keluarganya terjerat ke dalam perangkap iblis pun, Papa hanya diam saja membisu.
5128Please respect copyright.PENANAu5N7L64Ldx
"Pa!" teriakku.
5128Please respect copyright.PENANADtB9jXTYiu
"Kenapa Papa diam aja sih, Pa?"
5128Please respect copyright.PENANAN19F3n93EJ
Papa hanya menatapku dengan tatapan kosong, tanpa mengucapkan kata-kata apa pun. Lalu kembali menunduk lesu sambil memeluk Mama yang meringkuk di lantai.
5128Please respect copyright.PENANAOcGoBj4MXf
"Aku kecewa sama, Papa!"
5128Please respect copyright.PENANAiKZOeXuxpp
Aku berlari, naik ke lantai atas. Dengan tangis yang belum mereda, kuhamburkan tubuhku ke atas ranjangku.
5128Please respect copyright.PENANA1j02sJCwCf
Kudengar Papa dan Mama kembali bertengkar. Seketika aku bangun dari tempat tidurku.
5128Please respect copyright.PENANALQ76fKLyVD
"Papa jangan salahin Mama terus!" kata Mama berteriak.
5128Please respect copyright.PENANAGGfU1tIwIw
"Gimana Papa nggak salahin Mama. Mama aja rela dijadiin gundik sama si Aziz!" kata Papa juga berteriak.
5128Please respect copyright.PENANATyXT850n2m
"Papa pikir Mama mau sama kondisi yang menimpa Mama? Nggak Pa. Mama nggak mau, mengorbankan Farisha!" kata Mama tak kalah berteriak.
5128Please respect copyright.PENANASI1kslV4NI
Air mataku tiba-tiba menetes mendengar ucapan Mama. Aku merasa berdosa karena pernah menyakiti perasaan Mama, "Maafin Farisha Ma," kataku dalam hati, lalu tangisku pun meledak.
5128Please respect copyright.PENANAoRQutApTnP
"Papa nggak rela, Ma! kata Papa berteriak sampai terdengar suara pecahan kaca.
5128Please respect copyright.PENANA1FhtzmyyvQ
"Kenapa Papa marahnya sama Mama? Kenapa Papa nggak marah sama Aziz dan mencoba nyelametin Mama, Pa?" kata Mama dengan terisak-isak.
5128Please respect copyright.PENANANWnSZh2hjS
"Pa.. Pa.. jangan Pa!" kata Mama berteriak.
5128Please respect copyright.PENANAl2M8znmR0L
Karena aku khawatir dengan Mama, aku cepat-cepat turun ke lantai bawah. Kulihat Papa sudah membawa katana, sedangkan Mama berlutut di lantai memegang kaki Papa.
5128Please respect copyright.PENANA6NulCvuQhW
"Kenapa Mama halangi Papa? Biar Papa bunuh si Iblis itu!" kata Papa penuh emosi.
5128Please respect copyright.PENANAgfnSgpHLFa
"Jangan Pa! Kumohon! Bukan pake cara kayak gini, Pa!" kata Mama.
5128Please respect copyright.PENANAAbvAXgFBL6
Aku pun turun ke lantai bawah, berusaha mencegah Papa agar menahan emosinya.
5128Please respect copyright.PENANAGhgvVAZePy
"Pa! Papa ngerti nggak sih, kalo Papa pake kekerasan kayak gitu, justru memperumit masalah ini? Papa justru bikin anak dan istri Papa makin menderita!" kataku dengan nada emosi.
5128Please respect copyright.PENANACkL6VlnW9T
Katana yang dipegang Papa jatuh ke lantai, "Maafin, Papa, Fa!" kata Papa berdiri lesu.
5128Please respect copyright.PENANA5uQFnBF1FD
Kudekati Papa, kupeluk Papa dari depan. Kuusap-usap punggungnya untuk sedikit menenangkan hati Papa.
5128Please respect copyright.PENANAKkUXPvg2fu
"Kita jalani dulu, Pa! Farisha rela untuk sementara menjadi korban. Tapi Farisha nggak bakal tinggal diam. Farisha bakal cari solusi buat masalah kita," kataku mencoba menenangkan.
5128Please respect copyright.PENANA1SIwvsDqNl
Sekarang Papa dan Mama duduk di sofa, mereka sudah sedikit tenang.
5128Please respect copyright.PENANAIq08tbbUBP
"Maafin Papa ya, Fa. Papa nggak bisa nolongin kamu," kata Papa tertunduk lesu.
5128Please respect copyright.PENANA7PsegCa0UM
"Nggak apa-apa, Pa. Farisha paham, masalah ini rumit. Andai aja Farisha bisa menolong Mama pun, hari ini juga Farisha bakal menolong Mama. Tapi Farisha nggak bisa," kataku juga dengan terisak.
5128Please respect copyright.PENANAr3vOZFcxUu
Aku dan Papa sekarang berpelukan, Mama pun mendekat ke arah Papa yang ikut memeluk Papa dari samping. Kulihat Mbok Darmi berdiri di dekat kami, dengan sesekali mengusap air matanya.
5128Please respect copyright.PENANAASyedsci5F
"Maafin Mbok juga ya, Non. Nggak bisa bantuin apa-apa..." kata Mbok Darmi dengan tangannya mengusap air matanya.
5128Please respect copyright.PENANARWf8MGRSs3
"Nggak apa-apa, Mbok," kataku dengan tersenyum pilu.
5128Please respect copyright.PENANAK0MTQmm7Fx
"Ini Tuan, Nyonya. Dimakan dulu mie rebusnya! Saya taruh sini ya tuan?"
5128Please respect copyright.PENANATv1ttQwW6H
"Ini buat, Non Farisha... Nggak pake telur," kata Mbok Darmi dengan tersenyum.
5128Please respect copyright.PENANAszUW0bKDix
"Eh, Mbok Darmi kok tau sih? Aku nggak makan telur?" tanyaku antusias.
5128Please respect copyright.PENANAg4RPOxI60s
"Tau dong, Non. Mbok kan yang rawat Non dari kecil. Jadi tau apa yang Non suka atau nggak suka," kata Mbok Darmi.
5128Please respect copyright.PENANAlRHx0Xx42v
"Terima kasih ya, Mbok," kataku tersenyum ramah.
5128Please respect copyright.PENANAzYsZ6K9xfR
"Sama-sama, Non. Ya udah, Non, Tuan, Nyonya. Saya ke belakang dulu," kata Mbok Darmi.
5128Please respect copyright.PENANAQGQ94waNLi
"Iya, Mbok," kataku ramah.
5128Please respect copyright.PENANAsjDhG6I2xv
Setelah kepergian Mbok Darmi, tak ada lagi kesedihan, kemarahan, keputusasaan yang terpancar dari wajah Papa dan Mama. Aku bersyukur memiliki Mbok Darmi yang sudah aku anggap seperti keluargaku sendiri. Setidaknya dengan kehadiran Mbok Darmi, bisa sedikit menyembuhkan luka yang aku dan keluargaku alami.
5128Please respect copyright.PENANAkRKK6tpbn7
"Mama ke kamar dulu ya, Fa..." kata Mama.
5128Please respect copyright.PENANA9qVZxuSNWh
"Iya, Ma... Papa nggak temenin Mama?" tanyaku.
5128Please respect copyright.PENANAuIt5aOHkPs
"Papa disini aja dulu, Fa," kata Papa.
5128Please respect copyright.PENANA0fPwEe6JnZ
"Oh, iya Pa..." kataku.
5128Please respect copyright.PENANAU8QpRbkUqA
"Papa boleh nggak peluk kamu?" tanya Papa tiba-tiba.
5128Please respect copyright.PENANA1WrShK8w4d
"Eh... Duh, Farisha malu Pa. Farisha kan udah gede," kataku salah tingkah.
5128Please respect copyright.PENANAnvNsa4tLaN
"Kata siapa kamu udah gede? Kamu tetap gadis kecil Papa yang dulu..." kata Papa yang sekarang bergeser ke dekatku, lalu sekarang memeluk tubuhku.
5128Please respect copyright.PENANArEF5W8cjSk
"Papa mah, udah gede gini masih dibilang gadis kecil," kataku malu-malu.
5128Please respect copyright.PENANA8h0sMi5RZz
"Beban dan masalah Papa berasa menguap kalo Papa meluk kamu gini, Fa..." kata Papa yang membenamkan wajahnya ke rambutku yang tergerai.
5128Please respect copyright.PENANAWG3dqkAFiq
"Farisha ikut seneng Pa, kalo Farisha bisa sedikit mengurangi beban, Papa," kataku.
5128Please respect copyright.PENANAhxsrBfhcyw
Papa terus saja memelukku, dengan wajahnya terus dibenamkan ke rambutku lalu berpindah ke tengkukku. Kurasakan embusan nafas Papa dan aku tau Papa sedang menghirup dalam-dalam aroma tubuhku. Aku tau sebenarnya ini tak wajar, namun karena sikap Papa seperti ini padaku tak sekali ini saja. Jadi aku anggap wajar-wajar saja. Bahkan Mama pernah memergokiku dengan Papa... Mama meresponnya hanya dengan tersenyum saja.
5128Please respect copyright.PENANA4XfjLHZRRx
Mungkin Mama masih menganggap perlakuan Papa kepadaku normal-normal saja, karena memang aku anak perempuan Papa satu-satunya. Jikapun Papa memanjakanku, bukan hal yang aneh. Meski agak kelewat batas, jika dilihat dari umurku yang sekarang.
5128Please respect copyright.PENANAL35Q1JjKdg
"Pa, nggak enak ah. Nanti dilihat Mbok, Darmi!" kataku.
5128Please respect copyright.PENANAmiUHT2YrWq
"Iya ya. Ya udah kita ke atas aja ya, Sayang?" tanya Papa sambil menggendongku, membawaku ke lantai atas.
5128Please respect copyright.PENANAjk1i1yw1Z7
"Pa, mau bawa aku kemana?" tanyaku.
5128Please respect copyright.PENANAJgcUBC1xV6
"Ke kamarmu, Sayang," kata Papa.
5128Please respect copyright.PENANAE19JhTzBJf
Setelah sampai di kamarku, Papa menutup pintunya dengan kakinya. Lalu tubuhku direbahkan di atas ranjang.
5128Please respect copyright.PENANATvU5xciNFV
"Udah lama Papa nggak ngelonin anak Papa ini," kata Papa.
5128Please respect copyright.PENANAZdjdHRXzbo
"Duh, Pa. Farisha kan udah gede?" kataku merengek.
5128Please respect copyright.PENANALn9hYzooFB
Lalu Papa memelukku dari belakang yang tidur miring ke samping, dan menarik selimut agar menutupi tubuhnya yang sedang memelukku, anak perempuannya satu-satunya yang kini sudah tumbuh dewasa. Tabu memang, meski dalam keluargaku dianggap biasa-biasa saja.
5128Please respect copyright.PENANAvkP7IzdTxu
Baru beberapa menit Papa memelukku dengan erat ke dalam pelukannya, Papa mulai terlelap. Dengan perlahan kusibak selimut yang menutupi tubuh Papa dan tubuhku.
5128Please respect copyright.PENANAcpxB4xBgmA
Perlahan, aku mengendap-endap, sedikit berjinjit keluar dari kamar. Setelah berhasil keluar dari kamar, kututup pintu secara perlahan.
5128Please respect copyright.PENANAerB5tHy4Rc
Saat aku turun dari tangga ke lantai bawah, aku berpapasan dengan Mama. "Papamu udah tidur?" tanya Mama.
5128Please respect copyright.PENANA1TsBIhGJFC
"Udah, Ma," kataku.
5128Please respect copyright.PENANAvPOmigDi3D
"Ya udah biarin aja! Papamu emang suka kolokan sama kamu," kata Mama.
5128Please respect copyright.PENANA9mLPIT0E1b
"Iya tuh, si Papa. Padahal aku udah bukan anak kecil lagi," kataku merajuk.
5128Please respect copyright.PENANACGgIwYdh2w
"Udah, lagian sama orang tua sendiri," kata Mama mencoba menormalisasi.
5128Please respect copyright.PENANApPXGbpDtqh
Dalam hati, aku menggerutu karena Mama terlalu menormalisasi kelakuan Papa yang tidak wajar. Namun, ya sudahlah. Toh, belum melewati batas.
5128Please respect copyright.PENANAonMu30w94x
"Mama mau kemana?" tanyaku.
5128Please respect copyright.PENANA4C8xWoglpv
Mama tidak menjawab, hanya menundukkan pandangannya saja. Kulihat penampilan Mama sudah tidak seperti sebelumnya. Mama memakai dress panjang berwarna merah, dengan hijab berwarna merah juga.
5128Please respect copyright.PENANAlf3UbljvXr
"Maafin, Mama Fa. Mama harus pergi ke rumah Aziz," kata Mama sambil memegang telapak tanganku dengan memegangnya erat dengan kedua telapak tangannya.
5128Please respect copyright.PENANAL1qskdO5Pr
Mendengar pengakuan Mama, tubuhku terasa lemas. Aku baru sadar, masalah kita belum berakhir. Dan Mama masih harus berkorban untukku, untuk keluarga.
5128Please respect copyright.PENANA8xV2afbpRV
"Mama harus pergi, Fa..." kata Mama meninggalkanku.
5128Please respect copyright.PENANA0pROiXAlJn
Aku benar-benar tak kuasa, sampai aku tak sanggup menahan air mataku.
5128Please respect copyright.PENANAJsmJpFAW5Z
"Jangan menangis, Fa! Jaga diri kamu baik-baik. Mama titip Papa ya!" kata Mama berusaha mengusap air mataku.
5128Please respect copyright.PENANA5FnkMB6XCo
"Iya, Ma. Farisha nggak nangis kok," kataku berpura-pura tegar, lalu kuusap air mataku.
5128Please respect copyright.PENANAZARsz2bGVF
Kulihat Mama dijemput entah oleh siapa, dengan mobil mewah yang terparkir di depan gerbang. Sepertinya Pak Salim menyadari bahwa aku sedang bersedih, saat aku berdiri di depan pintu menyaksikan kepergian Mama. Setelah gerbang kembali ditutup, Pak Salim mendekatiku.
5128Please respect copyright.PENANA2Uf42OTctb
"Kamu baik-baik aja kan, Fa?" tanya Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANARHkaqQPfTc
"Aku nggak tau, Pak. Permasalahan keluargaku terlalu rumit," kataku sambil mengusap air mataku.
5128Please respect copyright.PENANA1JAgFhsr5s
"Iya, saya paham, Fa..." kata Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANASSlKfODKnD
"Pak Salim nggak tau, masalah apa yang aku hadapi," kataku sesengukkan.
5128Please respect copyright.PENANAKcMZGpe6JR
"Saya ngerti kok, Fa. Mbok Darmi udah ceritain semuanya," kata Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANApVNvQogBQP
"Pak Salim nggak menganggap mamaku pelacur kan?" tanyaku dengan masih terisak.
5128Please respect copyright.PENANAVkj2ewNEex
"Tentu aja nggak, Fa. Saya tau duduk persoalannya," kata Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANARkKHCtNGgx
Sekarang Pak Salim sedang memelukku dari samping, yang sedang duduk di atas lantai.
5128Please respect copyright.PENANAV3qEvj7jHC
"Terima kasih, Pak," kataku sambil menyandarkan kepalaku di bahu Pak Salim. Pak Salim pun meresponnya dengan mengecup puncak kepalaku.
5128Please respect copyright.PENANARLkOqXzsC6
"Kita ke pos satpam yuk!" kata Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANAIjLdhDJ4eS
"Boleh Pak," kataku sambil berdiri lalu berjalan di samping Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANAu1WmUFEhSd
Sesampainya di pos satpam, Pak Salim mempersilahkanku duduk di kursi kayu.
5128Please respect copyright.PENANApiMoT5WZAe
"Farisha udah makan?" tanya Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANA83AMZbEx94
"Panggil aku, kamu aja, Pak!" kataku mencoba mencairkan suasana.
5128Please respect copyright.PENANAqs376FTDsV
"Aku bawa beberapa sachet kopi instan sama mie instan tadi dari kost-kostan. Kamu mau yang mana?" tanya Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANAhMHSB8r8rw
"Kopi instan aja, Pak," kataku sambil tersenyum.
5128Please respect copyright.PENANAa8ZsGembua
"Tunggu ya!" kata Pak Salim menyeduh air panas dari thermos ke dalam gelas plastik.
5128Please respect copyright.PENANADwmSWbqAIA
"Ini, diminum biar masalahnya ilang!" kata Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANAkcpLT6m0fB
"Hihihi, Pak Salim bisa aja ngehibur aku," kataku tersenyum lalu menyesap kopi di dalam gelas.
5128Please respect copyright.PENANAU1z4jJhE6Z
"Aku seneng ngelihat kamu kembali ceria, Fa" kata Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANA2rqeCcGyce
"Terima kasih ya, Pak," kataku sambil tersenyum.
5128Please respect copyright.PENANAZloHJamZXF
"Sama-sama," kata Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANAAh774NwuBb
Sekarang Pak Salim duduk di sebelahku. Aku dan Pak Salim saling tatap cukup lama. Lalu aku menunduk tertawa malu-malu. Pak Salim mengangkat daguku ke atas, kita pun saling tatap. Dan Pak Salim mendekatkan wajahnya ke wajahku, nafas kita saling beradu. Saat Pak Salim mendekat hendak mengecup bibirku, aku membuang muka dengan tersenyum malu-malu.
5128Please respect copyright.PENANAKAi1ieAPSZ
"Nggak boleh ya?" tanya Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANA2ywyNHQ7tT
"Boleh nggak ya?"
5128Please respect copyright.PENANA95Yq7hAHKy
"Oh nggak boleh ya?" tanya Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANAUBbTiRADM1
"Iya, nggak boleh, hihi," kataku tersenyum lalu menunduk.
5128Please respect copyright.PENANAjS2BarEaeZ
"Oh..."
5128Please respect copyright.PENANAEQnqy74SrF
"Hihihi, boleh kok Pak," kataku tergelak tawaku.
5128Please respect copyright.PENANAKoZXcnyCFA
"Ngerjain aku lagi kan?" kata Pak Salim dengan wajah kesel.
5128Please respect copyright.PENANAxSo2bKIdRp
"Duh, Pak Salim. Jangan kesel dong! Aku kan becanda!" kataku.
5128Please respect copyright.PENANA1d5FrmruK5
Pak Salim memegang kedua pipiku dengan kedua tangannya agar aku menatap ke arahnya. Lalu wajah Pak Salim mendekat ke arahku, karena kutahu apa yang akan terjadi, kupejamkan mataku. Jantungku deg-degan menunggu kecupan bibir hitam Pak Salim pada bibirku. Sesekali kubuka mataku. Pak Salim meresponku dengan tersenyum saja.
5128Please respect copyright.PENANAU7TZGADsIA
"Pak?" kataku dengan sedikit kesal, karena Pak Salim mengerjaiku. Padahal aku sudah menunggu kecupan pada bibirku.
5128Please respect copyright.PENANATXzQhRuOku
"Hehe, kok manyun gitu mukanya?" tanya Pak Salim sambil terkekeh.
5128Please respect copyright.PENANAFvNLnds0RF
"Pak, Salim jahat, hiks hiks."
5128Please respect copyright.PENANAKrWgqgKhzb
"Aduh, malah nangis..." kata Pak Salim kebingungan.
5128Please respect copyright.PENANA1x7sRPTvnY
Aku pura-pura menangis sambil melirik Pak Salim. Saat Pak Salim menatapku, aku kencangkan tangisku lebih kencang lagi.
5128Please respect copyright.PENANAvUQzARhVzZ
Huwaaaaa...
5128Please respect copyright.PENANAYqXssNugRr
"Jangan nangis dong, Fa! Takut Mbok Darmi sama papa kamu denger..." kata Pak Salim dengan wajah khawatir.
5128Please respect copyright.PENANAQqba5hMZ1s
Aku berhenti menangis, hanya saja aku tetap menatap Pak Salim dengan wajah kesal. Penasaran saja, bagaimana respon Pak Salim. Awas aja pokoknya, jika Pak Salim mengerjaiku lagi, aku yang akan ambil alih.
5128Please respect copyright.PENANArSgwt36qYq
"Seharusnya aku yang kerjain Pak Salim, bukan Pak Salim," kataku kesal.
5128Please respect copyright.PENANA4pRvmEjAOi
"Loh, keselnya soal itu? Hahaha. Kirain kesel gara-gara nggak jadi aku cium bibirnya," kata Pak Salim tertawa meledak.
5128Please respect copyright.PENANAV6xEDqQdGF
Kupandang Pak Salim dengan wajah cemberut, "Nggak peka..."
5128Please respect copyright.PENANAeiLWfvB3O1
"Maksudnya?" tanya Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANA44adaqfLxh
"Tuh kan..." kataku dengan masih menyembunyikan maksudku.
5128Please respect copyright.PENANAXXcqyBR0v5
Pak Salim menggaruk-garuk kepalanya, "Ya udah aku tinggal ngerokok dulu ya, Fa?" tanya Pak Salim.
5128Please respect copyright.PENANAxoixKROT4x
"Pak Salim, ih. Kok nggak paham sih?" tanganku menarik tangan Pak Salim agar tetap duduk di sampingku.
5128Please respect copyright.PENANAuT3gi2Ktmf
Kupejamkan mataku dengan sedikit kumonyongkan bibirku.
5128Please respect copyright.PENANAW5gEOIFC5g
Muah...
5128Please respect copyright.PENANAILCv7ZPxJA
"Kok pipi sih Pak?" tanyaku protes.
5128Please respect copyright.PENANAUfQ6wtBf7n
"Maunya? hehe," tanya Pak Salim sambil terkekeh.
5128Please respect copyright.PENANAebkvC7137j
"Disini!" kataku sambil mengetuk-ngetuk bibirku dengan ujung jari.
5128Please respect copyright.PENANA6HFvBikgOG
"Bilang dong, daritadi! haha," kata Pak Salim sambil tertawa.
5128Please respect copyright.PENANAeRpXGxovPB
"Huuu. Ya udah nggak jadi, aku udah nggak mood," kataku pura-pura.
5128Please respect copyright.PENANAkFxBFhVRWp
Pak Salim memegang daguku, aku yang awalnya menunduk menatap ke arahnya. Wajah Pak Salim mendekat, sampai bibir kita berjarak semakin dekat. Dengan jantung yang berdetak kencang, tanganku kini sudah berpindah ke kedua pipi Pak Salim. Pak Salim pun kedua tangannya juga berada di kedua pipiku. Kupejamkan mataku, saat hembusan nafas Pak Salim mulai menerpa wajahku.
5128Please respect copyright.PENANA1GLk0f3Wqg
"Kamu cantik banget, Fa," kata Pak Salim yang membuat aku membuka mataku, lalu kubuang muka karena merasa tersanjung.
5128Please respect copyright.PENANASJhpAqh5FX
"Terima kasih..." kataku malu-malu.
5128Please respect copyright.PENANAyY4TrDJ6F4
Lalu Pak Salim mulai mengecupku. Kubalas kecupan itu dengan kecupan juga. Kita saling mengecup. Setiap sentuhan pada bibirku, kurasakan sensasi yang merambat ke seluruh syarafku. Aku benar-benar hanyut karena kecupan bukan lagi sekedar kecupan. Kecupan sebagai simbol dari sebuah ikatan. Yang tak sekedar penyatuan dari gejolak dari insting terdasar manusia. Namun, ikatan emosi yang menyatukan. Tak ada lagi batasan antara siapa aku, siapa ia. Kita bukan lagi dua orang yang berbeda. Dari sentuhan bibir, kecupan, ludah kita yang bercampur jadi satu. Dan benih di dalam rahimku yang mulai membuahiku.
5128Please respect copyright.PENANALbb7UlmCXv
Kedua tangan Pak Salim memegang kedua tanganku. Memegangnya erat, dengan jari-jari kita yang menyatu.
5128Please respect copyright.PENANA4ClhleDKvr
Aku yang sekarang terlentang, ditindih Pak Salim dengan kecupannya yang menjelajahi wajah dan leherku. Kuresapi sensasi yang semakin melambungkan hasratku. Kupejamkan mataku, merasakan tubuh Pak Salim yang kembali menyatu ke dalam tubuhku.
5128Please respect copyright.PENANAQz8zxppDTk
"Aaaaah, Pak."
5128Please respect copyright.PENANAQsSQKT1iSf
Keringat kita mengucur deras, menyatu dengan sensasi yang menyentuh syaraf dinding vaginaku. Begitu sesak, begitu nikmat.
5128Please respect copyright.PENANA04XTQUQu01
"Aaaaah, Pak."
5128Please respect copyright.PENANA3ZGQ2Lzz47