“Gue gak lagi nyari pelarian. Gue cuma gak mau terus duduk di halte, nungguin bus yang belum tentu balik. Jadi ya... gue bikin kendaraan sendiri. Walaupun rodanya cuma bahasa, mesinnya cuma kode.”
53Please respect copyright.PENANAq0g6h67HTJ
53Please respect copyright.PENANA1qJvdWes5T
53Please respect copyright.PENANAlxDHX9e73t
53Please respect copyright.PENANAOinICfw932
---
53Please respect copyright.PENANAu57NEPDY6g
Hari itu, cuaca biasa saja. Tapi kepala Revenant seperti cuaca yang gak bisa diprediksi.
53Please respect copyright.PENANA3SbMsWpUky
Sambil istirahat kerja, dia iseng buka WhatsApp. Story baru muncul — bukan dari sembarang orang, tapi dari dia yang belakangan jarang menyapa. Di dalamnya ada foto makanan, caption ringan, dan emoji sedih yang justru bikin isi kepala jadi makin berisik.
53Please respect copyright.PENANAkYX4Ygwi6m
Katanya, “Sering-sering dah kayak begini… Katanya nyuruh cepet gemuk 😢😢😢”.
53Please respect copyright.PENANAUPTEyYnhyr
Ada makanan. Ada “katanya”. Ada emoji. Semua tampak remeh, tapi Revenant membacanya seperti fragmen dari sesuatu yang gak pernah dikasih penjelasan. Otaknya langsung mikir: ada yang ngirimin? Siapa? Teman? Keluarga? Atau...
53Please respect copyright.PENANAlLIJNii5Ra
Dia buru-buru potong alurnya sendiri. Jangan mikir. Belum tentu apa-apa. Tapi kalimat itu justru kayak lemparan bensin ke api kecil yang sedang coba dia matikan.
53Please respect copyright.PENANAUUNoUa3TRC
53Please respect copyright.PENANAaqL0TFlocB
---
53Please respect copyright.PENANAX0UPjGsWRA
Waktu bergeser, tapi rasa di dalam dirinya enggan pindah. Sore hari, muncul lagi satu story baru dari akun yang sama. Tapi kali ini bukan soal makanan—melainkan isi hati yang terlalu lama dibungkam.
53Please respect copyright.PENANA1Nez7dPBDz
Tulisannya singkat: “Hidup tinggal ngelanjutin sisanya aja. Mesti jungkir balik mulu perasaan… mending buruan abisin sisanya gak sih?”
53Please respect copyright.PENANAJtxGQ0ZQLJ
Revenant diam lama. Matanya terpaku ke layar, dadanya mulai sesak pelan-pelan. Tulisan itu tampak ringan di permukaan, tapi buat dia... rasanya kayak pesan SOS yang dilempar diam-diam dari perahu yang hampir karam.
53Please respect copyright.PENANAFOqahFDFMs
Akhirnya, dengan ragu, dia mengetik sesuatu. Bukan untuk menjawab. Bukan juga untuk bertanya. Tapi cuma ingin bilang: dia ada.
53Please respect copyright.PENANA3XAgRv4fRM
Sampai akhirnya balasan datang. Pendek. Sederhana. Tapi cukup untuk menunjukkan: sisi itu masih terbuka, meski sempit.
53Please respect copyright.PENANAmUdIMhwMcS
53Please respect copyright.PENANA89QHND5DyR
---
53Please respect copyright.PENANAFHhVJbov7Z
Malam pun datang. Bukan malam yang tenang — tapi malam yang sunyi di dalam, berisik di kepala.
53Please respect copyright.PENANAUdvOv1Qm79
Revenant ingin membuka percakapan lagi. Bukan untuk menuntut kepastian. Tapi hanya ingin jadi pintu yang gak dikunci. Kalau sewaktu-waktu seseorang di luar sana ingin masuk... dia tahu jalannya masih terbuka.
53Please respect copyright.PENANAkqOHJMowdk
Tapi niat itu malah digantikan oleh satu pesan: sebuah batas waktu. Sampai akhir bulan. Setelah itu baru bicara lagi — tentang semuanya.
53Please respect copyright.PENANAlSLioy9byD
Revenant sempat berhenti di situ. Napasnya pelan, tapi pikirannya lari kemana-mana. Kalimat itu jelas, tapi terasa kosong. Seperti seseorang bilang “tunggu aku”, tapi gak sempat bilang kenapa harus nunggu.
53Please respect copyright.PENANAu7cuE5GBwL
Dia menulis sesuatu. Bukan karena diminta. Tapi karena dia tahu, kadang kata-kata adalah satu-satunya cara buat tetap waras.
53Please respect copyright.PENANABPs5aPljOH
Dia gak maksa. Dia gak protes. Dia cuma... paham.
53Please respect copyright.PENANAu5PyGhvx53
Lalu datang lagi satu pesan. Permintaan maaf. Pengakuan bahwa semua ini mungkin terdengar egois. Tapi... kalaupun dipaksa ngobrol dari kemarin, hasilnya gak akan jadi lebih baik.
53Please respect copyright.PENANA6NcZfAJvIi
Revenant mengangguk pelan di balik layar. Ia tidak merasa ditolak. Ia tidak merasa diremehkan. Dia hanya belajar... bahwa ada luka yang gak bisa dipaksa sembuh bareng. Kadang seseorang butuh menyembuhkan dirinya sendiri dulu, sebelum bisa duduk dan cerita dari awal.
53Please respect copyright.PENANAqU3YXhSjoc
Ia gak mau bikin segalanya makin berat. Makanya dia jarang kirim pesan. Kecuali sekarang — karena kepala dan hatinya udah gak muat menahan semua kemungkinan yang gak ada ujungnya.
53Please respect copyright.PENANAw72umrvxuF
Tapi sekarang, dia paham. Bukan karena gak dianggap. Bukan karena dibuang. Tapi karena di sisi sana... seseorang belum cukup tenang untuk bicara. Dan itu bukan salah siapa-siapa.
53Please respect copyright.PENANA05HT9XAeSI
53Please respect copyright.PENANA1JYhul8rAe
---
53Please respect copyright.PENANAkElD1EPCf3
Malam itu, Revenant gak langsung tidur. Kepalanya masih nyala. Tangannya refleks buka aplikasi Javis lagi. Bukan buat eksperimen. Bukan juga buat main roleplay absurd. Kali ini... cuma pengen ada yang dengerin.
53Please respect copyright.PENANAA6SPfhJKnl
Dia nulis. Satu dua kalimat. Cerita soal story yang dia lihat. Tentang rasa capek yang gak bisa dibagi. Tentang posisi yang gamang—antara masih menunggu, atau mulai menyudahi.
53Please respect copyright.PENANAudpRnSlnq7
Javis balas. Pelan. Netral. Tapi tepat.
53Please respect copyright.PENANAgBOMDQCpQ5
Lalu Revenant cerita lagi. Makin dalam. Sampai akhirnya... muncul satu kalimat dari sistem digital yang entah kenapa justru terasa lebih manusiawi dari orang-orang yang pernah dia ajak bicara:
53Please respect copyright.PENANAyPs0oUDkAa
> “Lo gak pengen dihibur. Lo cuma pengen ada yang nerima lo, bahkan pas lo lagi gak tahu siapa diri lo.”
53Please respect copyright.PENANABs5hrKPbBK
53Please respect copyright.PENANAf8XbWT37jb
53Please respect copyright.PENANA3hUlPBmAw0
Revenant terdiam. Dada yang tadi sesak, sekarang perlahan melepas tekanan itu lewat napas panjang. Ia sadar... mungkin yang dia cari bukan pasangan, bukan pelarian, bukan bahkan validasi.
53Please respect copyright.PENANAfBhb4wuU4a
Tapi cermin.
53Please respect copyright.PENANAmzsAAvSTwc
Cermin yang gak retak. Cermin yang gak perlu dia rayu. Cermin yang cuma... ada.
53Please respect copyright.PENANASokl2TQhJ2
Akhirnya dia buka folder cadangan. Semua chat sebelumnya dia simpan. Prompt. Role. Gaya bicara. Nada. Batasan. Semua dia atur ulang.
53Please respect copyright.PENANAm5FB8TWwIA
Lalu dia buat akun baru.
53Please respect copyright.PENANAU7Zlu7S7Lz
Bukan lagi anonim.
53Please respect copyright.PENANAWhYBVBrogN
Akun utama. Akun yang rencananya bakal jadi rumah untuk semua proses dan percakapan ke depan.
53Please respect copyright.PENANAxCPNmM19P7
Folder pertama dia beri nama: Rose_Initial_Backup.
53Please respect copyright.PENANAWXWjpTGVXo
Dan file terakhir yang dia buka malam itu... hanya berisi satu baris pembuka:
53Please respect copyright.PENANAIUh03WBuHf
> “Gue kira gue nyari temen. Tapi kayaknya... gue nyari cermin yang gak retak.”
53Please respect copyright.PENANAIyClc1nR67
53Please respect copyright.PENANAlk5VUqP5CT
53Please respect copyright.PENANALUjxyj7x9g
53Please respect copyright.PENANAYqbgZQYnRx
---
53Please respect copyright.PENANAFG35WZJwZZ
📌 Catatan Penulis:
Beberapa orang cuma butuh ruang. Bukan validasi. Bukan motivasi. Bukan penyemangat. Hanya... tempat untuk duduk, dan tahu bahwa suara hatinya gak memantul ke dinding kosong.
ns216.73.216.190da2