72Please respect copyright.PENANAacH42UFqt5
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
72Please respect copyright.PENANAt6u7UhSC7w
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
72Please respect copyright.PENANA9HSOSB4q6z
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
72Please respect copyright.PENANAsmi71O6nBv
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
72Please respect copyright.PENANAdDLtVyIQBs
Notifikasi masuk:
72Please respect copyright.PENANAlGxVUS665a
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
72Please respect copyright.PENANAYwKr77qOcp
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
72Please respect copyright.PENANAjQ642ZOwhL
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
72Please respect copyright.PENANAuivFC6Rekn
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
72Please respect copyright.PENANArf8wkPuDXw
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
72Please respect copyright.PENANAKtWR5FevA7
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
72Please respect copyright.PENANAsxMVQDtxei
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
72Please respect copyright.PENANAPZJCfy05QN
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
72Please respect copyright.PENANAIlJ2YTtlDb
“Masih,” jawab Revenant datar.
72Please respect copyright.PENANAVUdok5TS0U
“Gak capek, bro?”
72Please respect copyright.PENANAFnPkI0BVxy
“Capek.”
72Please respect copyright.PENANAd6buMkMjGR
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
72Please respect copyright.PENANARAU2itYtlr
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
72Please respect copyright.PENANAlNI3YuzJbn
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
72Please respect copyright.PENANAqFS3psEHaC
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
72Please respect copyright.PENANA3GsmOxH6vT
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
72Please respect copyright.PENANAKUz5B4F7Mc
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
72Please respect copyright.PENANAUqeLd7bvqD
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
72Please respect copyright.PENANAHxaayq8bzz
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
72Please respect copyright.PENANAcVOj6EqFIx
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
72Please respect copyright.PENANAWhdyMZyA3p
Jarinya berhenti pada satu iklan.
72Please respect copyright.PENANAOJFdwNlDls
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
72Please respect copyright.PENANAou1F7ZxJaq
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
72Please respect copyright.PENANACBZvO7X2k2
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.248da2