/story/98283/rumah-kosong/toc
Rumah Kosong ?! | Penana
arrow_back
Rumah Kosong ?!
more_vert share bookmark_border file_download
info_outline
format_color_text
toc
exposure_plus_1
搜尋故事、作者及社群
繼續閱讀全部清除
別人在看刷新
X
開啟推送通知以獲得 Penana 上的最新動態!
G
Rumah Kosong ?!
Sri putri
簡介 目錄 留言 (0)

RUMAH KOSONG ?!



Lebaran 2016, aku dan keluargaku pergi liburan ke salah satu daerah di daerah Pematang Siantar, Medan. Kami sekeluarga pergi untuk pergi berlibur dan juga mengunjungi sanak saudara. Aku dan keluargaku pergi dengan banyak membawa barang dan juga perlengkapan sekaligus oleh-oleh untuk sanak saudara disana.


“ Yeyyy, akhirnya liburan....” adikku berkata ke ibuku.

“ Nanti kalo udah sampai, harus jaga sikap ya, jangan lupa sholat nya.....” ujar ibuku.


Perjalanan yang kami tempuh cukup lama, kami banyak melakukan pemberihentian untuk makan, melihat pemandangan, dan berfoto santai ria. Perjalanan yang kami tempuh pun tak terasa sudah memakan waktu cukup lama, dan kami pun akhirnya sampai ditempat yang dituju.


Saat sampai dilokasi, kami langsung berkunjung kerumah saudara yang terletak tak cukup jauh dari destinasi wisata yang ingin kami tuju, tetapi dikarenakan kondisi rumah yang tak memungkinkan untuk ditempati, dengan keluargaku yang cukup banyak, lalu kami diarahkan ke salah satu rumah yang terletak didekat rumah saudaraku berada. 


“ Kalian disini dulu ya untuk 3 hari ke depan, soalnya rumah pakde ga cukup kalo semuanya tinggal dirumah pakde. Inshaallah rumahnya aman....” ucap pakde 

“ Oh , iya pakde. Terima kasih ya .....” ucap bapakku ke pakde.


Aku, adikku, dan abangku duluan memasuki rumah, untuk menyusun barang-barang yang kami bawa. Saat masuk pertama kali kerumah tersebut, aku sudah mulai merasakan rasa yang tidak enak, hawa yang dingin, dan kondisi rumah yang cukup dibilang kotor. 


Pada saat itu, aku tidak berani berkata aneh tentang bentuk rumah ataupun kondisi rumah tersebut, dikarenakan memang rumah tersebut yang tersedia, terdekat dari rumah saudaraku berada. Meskipun rumah tersebut bentuk dan hawa nya sedikit berbeda, tetapi susunan perlengkapan didalam rumah tersebut masih rapi dan tak terlalu usang, terdiri dari 2 kamar, bagian dapur, dan 1 kamar mandi, serta sumur yang terletak disamping pohon coklat.


Pagi berlalu, sore pun terasa sangat sejuk diarea pedesaan, kami bisa memakan buah coklat tanpa harus beli kepasar, dengan rasa buah yang sangat manis. Tetapi saat keluargaku hendak mandi..


“ Mandinya dirumah pakde aja ya, jangan dirumah itu...” ( pakde yang berlari dari kejauhan menghampiri kami) 


Sontak melihat pakde yang berlari untuk mengingat kan kami seperti itu, kami merasa terkejut bukan kepalang, dan menjadi berfikir . “ Memang ada apa dirumah ini?,  dikamar mandi ini?, Sampai kita tidak diperbolehkan mandi disini. Perasaan penasaran terus menyelimuti kami hingga malam hari. 


Kamar yang ada di rumah tersebut sudah tidak menggunakan pintu, jadi kami memutuskan untuk tidur dibaginya ruang tamu dengan menggunakan tikar, dan tidur bersama-sama. Malam pertama, kami tidak merasakan apa-apa , tidak merasakan hawa yang berbeda atau rasa-rasa takut yang bagaimana, malam pun terlewati dengan kami yang tertidur sangat lelap. 


Pagi pun tiba, kami juga tidak merasakan hal-hal aneh atau bagaimana . Kami tetap melanjutkan perjalanan ke destinasi Air Terjun yang terletak didekat rumah saudaraku, kami berjalan kaki ke destinasi wisata tersebut dikarenakan jaraknya yang cukup dekat. Dari pagi hari hingga sore hari kami berwisata di daerah tersebut, sore menjelang Maghrib kami baru pulang dengan baju yang basah karena bermain air di Air Terjun tersebut.


Tak terasa, malam pun sudah kembali menyelimuti. Aku dan adikku mandi malam hari dirimu pakdeku. Saat arah pulang, kami harus melewati beberapa pepohonan, yang kebetulan cukup besar dan rindang, dan tak lupa juga pohon coklat yang ada disekitar rumah. Aku dan adikku merasa biasa saja dan belum merasakan hal-hal aneh yang bagaimana tentang rumah tersebut. 


Dimalam kedua ini, kami sekeluarga pun tidak merasakan apa-apa atau kejadian yang bagaimana, kami tetap tidur dengan posisi yang sama. Posisi kami tidur adalah ; Abangku paling depan pintu, ibuku tidur pas didepan pintu kamar kosong yang tak berpintu, aku, adikku, lalu bapakku. Alhamdulillah dimalam kedua ini kami tidak merasakan kejadian yang menyeramkan atau apa.


Di hari ketiga, hari terakhir, dari pagi hingga sore hari kami melakukan makan bersama dengan kita pakde. Rumah pakdeku terletak didekat area rell kereta api yang pada saat itu masih beroperasi dengan baik, terdapat pohon jeruk, dan juga tumpukan pagi yang sudah tinggi, yang menambah suasana pedesaan yang sangat sejuk dan asri yang membuat siapapun berhak tinggal didalamnya. 


Siang hari, saat kami makan bersama, pakde pun bercerita mengapa kami tidak boleh mandi dikamar mandi ataupun sumur yang ada dirumah tersebut. 


“ Jadi, sebenernya, kenapa pakde larang kalian mandi disana itu, dulu ada pasangan pengantin baru yang tinggal dirumah ini, baik orangnya, suka bagi-bagi makanan, suka bantu-bantu kegiataan yang ada di desa ini, pohon-pohon coklat ini juga sebetulnya punya mereka, mereka kebetulan merantau kesini. Ga berselang berapa bulan, mungkin dibulan-bulan ke 5 mereka disini, mereka udah jarang kelihatan, yang biasanya setiap hari keluar rumah, nyapa tetangga, dll, berapa hari itu mereka ga keliatan ....” ujar pakde.


“ Terus pakde ? .... “ ( ucap aku dan adikku secara bersamaan) 


“ Terus , ga berapa lama, para pemuka desa disini, kaya kepala desanya mulai khawatir.kalau mereka sedang ribut atau ada masalah dengan keuangan. Karena mereka ga keluar-keluar dari rumah itu, terus juga kata si mbok yang paling belakang rumah itu, dia mencium bau-bau kurang enak gitu dari rumah itu, kaya bau bangkai. Masyarakat disini semua ngira mereka dimaling atau gimana kan, akhirnya karena memang udah kebingungan semua dan panik sama bau busuknya, kepala desa manggil kami semua, masyarakat-masyarakat sekitar buat buka pintu rumahnya. Ternyata pas didobrak, dua pengantin muda itu udah kondisi nya ga bernyawa, dengan luka dileher...” ucap pakdeku.


Kami sekeluarga sontak merasa terkejut dan ketakutan. 


“ Kalo pakde tau kejadian itu, kenapa kami disuruh tidur disana pakde ? Ayo kita beres beres barang barang kita ....”( ujar bapakku sambil ingin bergegas berberes barang-barang yang masih tersisa ) 


“ Tenang dulu kamu, sebelum kalian masuk kedalam rumah tersebut, pakde dan beberapa pemuka agama disini sudah mendoakan rumah tersebut, sudah meminta izin dengan baik, tetapi dengan syarat kalian tidak mandi dan buang hajat dirumah itu. Karena kata mbok belakang rumah itu, mereka sering berada di sumur , jadi mereka kaya pengantin muda yang baru nikah, nyuci baju , tarik timba air , tarik air bareng-bareng....” ucap pakde.


Mendengar hal tersebut , akhirnya kami memutuskan sore itu untuk pulang dan mengangkut perlengkapan yang ada dirumah. Ibuku terlihat diam saja dan tak bersuara , aku dan adikku mulai bertanya-tanya tapi dengan bahasa tubuh saja. Tak berapa lama kami selesai menyusun barang-barang dan mengangkutnya ke mobil, kami pun pulang , dengan rasa yang masih takut dan kalut. 


Saat diperjalanan pulang, ibuku baru bercerita ...


“ Sebenernya , waktu malam terakhir kita tidur disana, ibu memang nengo ada kaya perempuan gitu berdiri dipintu kamar pertama, cuma ibu ga bawa pusing aja, ibu juga beberapa kali nyium bau anyir gitu, kaya bau darah yang udah busuk....” ujar ibuku. 


“ Yaudah, kita ke masjid dulu, bersih bersih sekaligus sholat untuk minta perlindungan ke Allah , biar pulang selamat ...” ujar bapakku.


Akhirnya, kami memutuskan untuk ke Masjid , beristirahat, Sholat dan nersih-bersih. Sepanjang perjalanan pulang pun kami diam saja karena merasa masih syok dengan cerita pakde sore itu. Tetapi karena tidak melakukan perbuatan apa-apa dan tidak merasa merusak apapun dirumah tersebut, lalu kami mulai melakukan perjalanan pulang dengan melupakan kejadian kejadian dan cerita aneh dirumah itu.

留言
書籤
預計閱讀時間: 11 分鐘
toc 目錄
bookmark_border 書籤 開始閱讀 >
×


還原至預設

X
×
×

在主頁加入 Penana 以更方便離線閱讀:按 然後按「加至主畫面」