/story/98251/juang-berat-tapi-tak-apa/toc
JUANG! ("berat tapi tak apa") | Penana
arrow_back
JUANG! ("berat tapi tak apa")
more_vert share bookmark_border file_download
info_outline
format_color_text
toc
exposure_plus_1
搜尋故事、作者及社群
繼續閱讀全部清除
別人在看刷新
X
開啟推送通知以獲得 Penana 上的最新動態!
G
已完結
JUANG! ("berat tapi tak apa")
Agustina Pasaribu
簡介 目錄 留言 (0)

Hari ini begitu cerah, langit seakan mencoba menyemangati gadis itu. Ini sudah tahun ke 5 ia menjadi tulang punggung keluarganya. Dan juga ini adalah 2 tahun tersulit dalam hidupnya. Memang sebelumnya tidak pernah mudah, namun sedikit lebih baik daripada saat ini. 


Matahari pagi memaksanya untuk membuka mata  setelah terpejam 2 jam. Ia harus bergegas untuk berangkat ke kampus. Dia adalah Amora, Mahasiswi semester 4 di sebuah perguruan tinggi negeri di Pekanbaru. Dia akhirnya memutuskan untuk kuliah setelah berdebat dengan isi kepalanya. Bagaimana tidak, dia harus membiayai sekolah 2 adiknya  dan juga ibunya. Bagimana cara ia mengejar mimpi sekaligus mencari nafkah. Hal itu sudah ia pikirkan dari 3 tahun yang lalu, sehingga ia memutuskan untuk mencari kerja. 


Namun setelah satu tahun kerja ia kembali bergelut dengan pikirannya, apa dia bisa mengejar mimpinya sekaligus mewujudkan mimpi adik-adiknya? Dan akhirnya ia mendaftarkan diri mengikuti SBMPTN dan lolos. 


Sangat bangga ia memberikan kabar yang begitu menggembirakan ini kepada ibunya, namun yang iya dapatkan adalah kalimat yang mematahkan semangatnya, "Nanti pakai apa buat bayar kuliahnya?" ucap ibunya meruntuhkan semangatnya.  


Tentu saja bukan itu kalimat yang diharapkannya. Ia tahu ini memang tidak akan mudah, tapi ia juga akan berusaha agar tidak menyulitkan orang tuanya.  Namun tekat nya ternyata sudah sangat kuat, ini mimpinya akan ia buktikan ia bisa. 


Setelah itu ia kembali mencari kerja paruh waktu untuk membiayai dirinya dan memberi sedikit kepada orangtuanya. Sambil bekerja keras untuk perut, ia juga tidak melupakan mimpinya. Ia belajar dengan giat hingga berhasil mendapatkan beasiswa pada semester 2. Betapa bahagianya dia  seakan Tuhan sedang Berkata, "Kejar saja, Aku bersamamu". Uang kuliahnya bebas dan mendapatkan biaya tunjangantunjangan. 

Namun kembali lagi, ternyata semua tidak semudah itu. Perekonomian orang tuanya sedikit berantakan sehingga mengharuskan dia untuk bekerja lebih extra hingga saat ini.


Kembali lagi pada masa kini. Kemarin ibunya memberi kabar bahwa adiknya akan prakerin dalam waktu dekat, mungkin ibunya hanya memberi kabar saja, namun yang terlintas di benaknya adalah bagaimana caranya ia membantu orang tuanya untuk membayar administrasi prakerin adiknya dan hal itu masih ia pikiran sampai pagi ini, namun ia harus bergegas kekampus untuk kuliah dan latihan untuk persiapan Olimpiade dan juga lomba Badminton. Ya, dia akan mengikuti kegiatan itu karena dia memang mempunyai kemampuan. Setelah melakukan semua kegiatan hari ini Amora bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerjanya namun entah mengapa hari ini rasanya dia sangat lelah. 


Dia bekerja sebagai penjaga kasir sekaligus waiters di salah satu coffee shop. Saat melayani pelanggan ia merasa tidak nyaman dengan tubuhnya, mungkin karena kurang tidur atau terlalu banyak beban pikiran. 


"Ara sakit? " Tegur salah satu teman kerja Amora, Juan namanya. Ya, Ara adalah sapaan akrab untuk Amora. 

"Gapapa Ju, masih oke!" jawab Amora meyakinkan. 


Namun ternyata ia salah, suhu tubuhnya malah meningkatkan dan kakinya sudah sedikit bergetar. Hampir saja ia tumbang jika tidak segera terduduk. Juan menghampirinya. 


"Kan... " ucap Juan karena perkataannya tidak salah. "Ganti baju, gua antar pulang aja. Nanti gua mintain cuti ke Abang. " kata Juan sambil memapah Amora keruangan ganti. Abang yang Juan maksud adalah pemilik coffee tersebut. Amora hanya menurut saja, karena memang sepertinya keadaannya tidak memungkinkan lagi untuk mengais rezeki. 


Akhirnya ia pulang dan beristirahat, karena ia seharusnya tidak boleh sakit dalam waktu dekat ini, karena 3 hari lagi ia harus berjuang mewakili Riau untuk Olimpiade Bahasa. Jadi ia harus menyiapkan staminanya. Mungkin setelah istirahat ia akan kembali pulih. 


Namun ternyata perkiraannya salah hari ini ia dan tim akan berangkat ke ibu kota, namun keadaannya masih sama seperti kemarin, timnya sudah panik saat mengetahui Amora dalam keadaan tidak sehat saat ini. Namun Amora meyakinkan semua dengan berkata "Pasti bisa kak! " Semangatnya tidak sesuai dengan wajah pucatnya.  Mereka berangkat dan Amora memanfaatkan waktu dalam perjalanan untuk beristirahat. Hingga tiba di Ibu kota pun keadaan Amora tak pula membaik, dosen yang membimbing mereka pun semakin cemas namun dibalas senyum meyakinkan oleh Amora. 


Selama Olimpiade berlangsung semua menonton dengan harap-harap cemas daripada ke hasil, mereka lebih cemas pada keadaan sang partisipasinya. 


Namun Amora mematahkan rasa cemas mereka dengan senyum semangat walau wajah pucat seakan mengatakan "I get it!"


Dan ya, Dia berhasil walau harus mendapatkan 3 botol infus. Ia berhasil membanggakan kampus dan juga orang tuanya. Dan ia juga bisa membantu orang tuanya membayar biaya prakerin adiknya dari hasil Olimpiade tersebut. 



Hari ini adalah ulang tahun adiknya, jadi Amora menghubungi rumahnya. 


"Halo Ma!" Sapanya saat telpon sudah terhubung. 

"Halo Kak, Udah sehat?" jawab ibu Amora

"Udah kok Ma" Amora meyakinkan ibunya "Adek ada Ma?" Tidak melupakan tujuannya menelpon. 

"Bentar," lalu ibunya memanggil adiknya. "Iya kak" telepon sudah di tangan adiknya. 

"Selamat ulang tahun ya dek, panjang umur dan sehat selalu. Semoga hal-hal baik segera datang. Semangat dan rajin belajarnya. Semangat terus jemput suksesnya. Kakak lagi ada rezeki mau minta apaa? " Ucap Amora saat melihat wajah adiknya di layar. 

"Makasih kakk! Gausah lah kak, besok besok aja!" Balas adiknya. 


Amora diam sebentar dan berfikir 'apakah adiknya memang sudah sedewasa ini? Apakah adiknya tumbuh dengan baik?' Ia takut jika dunia juga terlalu kejam untuk adiknya. 


Amora lalu tersenyum "Yaudah kakak beli aja ya, ntar kalau ada paket sampe itu untuk adek. Rajin-rajin ya belajarnya, gapapa kok gagal yang penting usaha dulu. Okee?? "

"Okeyy!! " jawab adiknya dengan semangat "Makasih kak! Kakak juga" Balas adiknya yang diacungi jempol oleh Amora. 

"Kasih ke Mama lagi dek!" Kini wajah ibunya yang ada di layar. 

"Ma, biarin adek milih mau kemana ya setelah ini, jangan halangi mimpi adek karena biaya, jangan patahkan semangat adek kasih kesempatan dia coba apa yang dia ingin. Ngga semua yang Mama pikir baik adalah yang terbaik. Kakak tau maksud Mama tuh pasti baik ngga ada orang tua yang bakal biarin anaknya terluka, tapi jalan pikiran kita beda Ma, jadi tolong biarin aja adek melangkah sesuai dengan yang dia inginkan, gak akan mungkin juga dia ngehancurin hidupnya karena tujuan penting anak itu banggain orang tuanya. Love You Ma!" Amora takut ucapannya menyakiti hati orang tuanya.

Ini bermula saat ibunya sering berkata 'si adek ntah mau jadi apa, game trus! Mama suruh sekolah agama aja lagi habis ini!' Kalimat itu sering menyakiti hati Amora apalagi kalimat 'Entah mau jadi apa'apa', jadi ia akan berusaha meyakinkan ibunya bahwa selagi pendidikannya tidak terganggu biarkan saja adiknya menekuni hobi yang lain. 


Obrolan Amora dan ibunya berlanjut santai hingga waktu kerja Amora sudah dekat. Amora melanjutkan hidupnya dengan belajar dan bekerja. Paginya ia akan berangkat kuliah lalu lanjut bekerja ketika pulang kuliah. Tidak melewatkan ibadahnya dan juga tidak lupa bersedekah. Dengan harapan kelak ia akan menuai apa yang telah ia tanam. 



Libur semester pun tiba, lama tak pulang karena memanfaatkan waktu libur untuk bekerja full time, semester ini Amora akan pulang. Ada hal yang paling ia rindukan dari pada rumahnya. Yaitu rumah ayahnya. 


Setibanya di kampung halaman ia langsung berberes dan dan beristirahat lalu keesokan harinya bersiap untuk ke rumah ayahnya. Ia selalu pergi sendiri jika tidak ada acara besar. Karena ia akan lebih leluasa mengobrol dengan ayahnya. 


Tiba di tempat Ayahnya ia pun menyapa "Morning Dad! Maaf lama tidak datang" Ucapnya setibanya disana. Takkan ada jawaban. 

Lalu setelahnya iya membersihkan tempat itu sambil bercerita banyak hal. Sekitar 40 menit Amora bangkit dan meningalkan buket yang ia bawa, "Sedikit lelah, but it's ok dad. I miss u!" Ucap Amora lalu mengecup nisan ayahnya. 


Rasanya lega. Memang dia lelah dengan urusan dunia ini tapi dia tau ada hal indah yang Sang Pencipta siapkan di ujung jalan perjuangannya. Dan dia takkan berhenti untuk mengejarnya. 

Usaha-usaha dan doa-doa yang ia lakukan dan panjatkan pasti berbuah baik. Jadi ia takkan pernah berhenti berusaha dan tetap berbuat baik, karena ia tau Tuhan takkan Mencobai Hambanya diluar kemampuannya. Memang Tuhan berikan cobaan namun tak luput pula dengan Uluran Tangan-Nya untuk membantu kita. 

留言
書籤
預計閱讀時間: 6 分鐘
toc 目錄
bookmark_border 書籤 開始閱讀 >
×


還原至預設

X
×
×

在主頁加入 Penana 以更方便離線閱讀:按 然後按「加至主畫面」