20821Please respect copyright.PENANAxcN6RaQUbj
“Padil”, Amirah berkata sambil mengusap-usap dada anaknya.20821Please respect copyright.PENANAHZ3qoYy2Mh
20821Please respect copyright.PENANAOBRc9arBGg
“Padil tahukan…., kita tak boleh buat perkara macam ni”. Tubuhnya yang telanjang bulat sedang didakap erat oleh anak lelakinya Padil.20821Please respect copyright.PENANASv3yb86fPh
20821Please respect copyright.PENANAlxTVsU4rxR
Padil mencium-cium tengkuknya sedang tangannya memilin-milin puting kecil yang kini lembut di atas buah dadanya yang pejal kemas, hitam manis. Air mani Padil sudah mulai cair di atas buah dadanya, perutnya dan dicelah bulu ari-arinya yang nipis. Tiupan angin dari kipas angin berdiri di hujung katil mencelah sejuk ke celah kangkangnya yang telah dicerobohi buat pertama kalinya setelah sekian lama gersang.20821Please respect copyright.PENANAY08rGv3kFS
20821Please respect copyright.PENANAtsp41Uzrzb
“Padil tahu mak tapi Padil sayangkan mak. Mak cantik, mak baik. Padil tahu perkara macam ni salah mak. Tapi Padil tak dapat tahan nak peluk mak, nak cium mak, nak beritahu yang Padil sayangkan mak”.20821Please respect copyright.PENANAQ3wsCoaZ9W
20821Please respect copyright.PENANAkCY90sJed4
Sebelah kaki Padil di atas kain dalam emaknya yang berada di atas kain sutera krim. Kain-kain itu terperenyok terhempap oleh kaki Padil. Seluar dalam hijau pucat emaknya yang ditanggalkan tadi kelihatan tergulung lesu di atas lantai tidak jauh dari bra coklat air yang telungkup kaku di atas simen membeku.20821Please respect copyright.PENANAAdHzf65tUp
20821Please respect copyright.PENANAcm4auD5inQ
“Kalaulah orang tahu Padil”.20821Please respect copyright.PENANAaJyOSfuibj
20821Please respect copyright.PENANAekuOkZL51C
“Takkan ada orang yang tahu mak”.20821Please respect copyright.PENANAKXR2WO2yed
20821Please respect copyright.PENANAnxh4HyHlgX
“Tapi Padil…..”.20821Please respect copyright.PENANAH3e1b4ozcY
20821Please respect copyright.PENANAzkHWg9qHX2
Padil mengucup bibir emaknya sebelum dia dapat menghabiskan ayat. Dia mencium rambut kusut emaknya yang terurai di atas bantal menutupi sebahagian wajah comelnya, turun ke tahi lalat hidup di antara kening dan telinga kiri dan kemudiannya turun semula ke bibir emaknya yang hangat itu. Sekali lagi emaknya cair di dalam pelukannya. Kucupannya dibalas lemah oleh emaknya. Lidah mereka bergeseran mesra.20821Please respect copyright.PENANAws9MAf2yv2
20821Please respect copyright.PENANAhXs4wyPwlt
“Padil,” Amirah terus memujuk setelah bibir mereka renggang,20821Please respect copyright.PENANAjkdD75bWCj
“Dengar cakap mak ya”.20821Please respect copyright.PENANAGxqELXcoVr
20821Please respect copyright.PENANA8BA9lZCCWB
“Mengapa mak?”.20821Please respect copyright.PENANAeBI4skLrCq
20821Please respect copyright.PENANAihPPmMovwZ
Amirah serba-salah untuk mengucapkannya, tidak selepas apa yang telah mereka lakukan tadi.20821Please respect copyright.PENANAzprizqZHvp
20821Please respect copyright.PENANAj2eax09rT1
“Padil, kita tak boleh lagi ulangi apa yang telah kita buat”. Padil cuba berkata sesuatu tetapi tangan jari telunjuk emaknya dengan lembut diletakkan dibibirnya, meminta dia diam.20821Please respect copyright.PENANA4WpBNK6wAw
20821Please respect copyright.PENANAtrwaBsnjy4
“Dengar cakap mak ya. Jangan buat lagi”.20821Please respect copyright.PENANAja7QuUG7oL
20821Please respect copyright.PENANAdMyoR6s4xY
Kedua-dua mereka terleka sebentar mendengar lagu yang sedang rancak dialunkan di radio di tepi almari hias Amirah. Radio yang menjadi teman setia emaknya selama ini di dalam bilik itu. Tidak pernah bosan menghiburkan hatinya yang kesepian. 20821Please respect copyright.PENANAHDQGQQGX73
20821Please respect copyright.PENANAXOZS5XAKPi
”Senang percaya Si Tipah Dia ditipu lelaki senang pula berubah hati Kerna ditipu emosi Menipu sana dan sini Tanggung kandungan sendiri Bila problem dah menggunung Tak ada yang dapat tolong Tipah tertipu tertipu tipu tetipah Tipah tertipu tertipu tipu tetipah Tipah tertipu tertipu tipu tetipah Tipah tertipu lagi…”20821Please respect copyright.PENANAcVcOC7yUW5
20821Please respect copyright.PENANALwLXSZ6GED
“Dengar tu, Padil tak boleh percaya…….suka tipu pompuan!”. Amirah bergurau sambil mengoyang-goyangkan dagu anaknya Padil dengan jari ibu dan telunjuknya. Buah dadanya berombak-ombak apabila dia ketawa kecil kerana terasa lucu mendengar lagu itu.20821Please respect copyright.PENANAK1TkB6lWxo
20821Please respect copyright.PENANAIeX5ZhvvPS
“Eh tipu Tipah je tapi Amirah…… Padil tak pernah tipu”. Padil ketawa perlahan sambil mengucup-ngucup bahu emaknya yang telanjang itu.20821Please respect copyright.PENANAp5Agv2lpKu
20821Please respect copyright.PENANAnvJTiRlR5r
“Kalau tipu mak…….mmmmmmmmmmmmmm”.20821Please respect copyright.PENANAtzv9sa0j4E
20821Please respect copyright.PENANAjEQydSMcHR
Cepat saja jari Amirah mencubit peha anak lelakinya itu, membuatkan Padil mengaduh nakal. Batangnya yang belum lembut sepenuhnya tergesel dengan tangan emaknya.20821Please respect copyright.PENANAhEAgWekOI2
20821Please respect copyright.PENANArfKpGr9tKb
Padil membalikkan tubuhnya kembali meniarap di atas tubuh telanjang emaknya. Buah dada emaknya kembali terpenyek di bawah dadanya yang sasa itu. Mata mereka bertentangan semula, Padil ingin mengucup bibir emaknya lagi. Tiba-tiba,terdengar deruan enjin motosikal di luar rumah. Amirah dan Padil tersentak. Amirah menolak tubuh Padil dengan kasar, cepat-cepat mengambil baju sutera krimnya dan menutup buah dada sedangkan bahagian tubuhnya dari pinggang ke bawah masih terdedah. Pehanya dirapatkan. Padil bingkas ke tepi katil tergopoh-gapah memakai jean tanpa sempat menyarung seluar dalamnya. Padil bergegas ke tingkap, diintainya melalui tingkap itu untuk memastikan siapa berada di luar rumah mereka. Yang mengacau kemesraan di antara mereka berdua tika itu.20821Please respect copyright.PENANAf7etFosS1j
20821Please respect copyright.PENANAro0vwLj1Qe
“Apek Hong Keat, mak!”.20821Please respect copyright.PENANAJwSRPFpP88
20821Please respect copyright.PENANAYwyXtPStm3
“Siapa?”. Dada Amirah masih berdebar-debar. Kerisauan terpancar di wajah comelnya.20821Please respect copyright.PENANAGd2cmECkQW
20821Please respect copyright.PENANASQ8KqJIA5p
“Apek Hong Keat!”. “Apek Hong Keat……… dia hantar barang gamaknya. Kau pergi tengok Padil!”.20821Please respect copyright.PENANAZnRLP14yVp
20821Please respect copyright.PENANADvSSmDu3tJ
Padil segera keluar dari bilik emaknya sambil menyarungkan t-shirtnya. Dia menapak pantas ke pintu hadapan dan membuka selak pintu. Sekilas pandangannya, matanya sempat melihat emaknya keluar dari bilik dengan berkembankan tuala dan menghilang ke dalam bilik air.20821Please respect copyright.PENANALsH9SjS2NR
20821Please respect copyright.PENANAjSlYyotHPG
“Irah!Irah!….allo…Irah aaaaa!!!!!”. Cina kurus separuh usia itu melaung-laung memanggil Amirah di depan halaman rumah. 20821Please respect copyright.PENANAUxwSUY62mu
20821Please respect copyright.PENANAMj6e7QzX0z
Di belakang pelantar motosikalnya kelihatan kampit beras, tepung, susu, telur dan lain-lain lagi yang selalu dihantar ke rumah mereka untuk dibuat nasi lemak untuk dijual di warung mereka.20821Please respect copyright.PENANAg4lctNCgix
20821Please respect copyright.PENANA5OUhWXWLRg
“Ya apek?”.20821Please respect copyright.PENANAEOi0Ih4Zzm
20821Please respect copyright.PENANADj74gv8si9
“Lu punya mak mana?”.20821Please respect copyright.PENANAOaXsl75nki
20821Please respect copyright.PENANAx1ZQ0hx8uH
“Wa punya mak mandi, lu anta barang ka apek?”.20821Please respect copyright.PENANAqosQJR7DXp
20821Please respect copyright.PENANAsVLJOjaK8J
“Ya la, itu hali wa mali, lumah tatak olang!”.20821Please respect copyright.PENANAZw2uOYdp0g
20821Please respect copyright.PENANABWo7SKnZra
“Ooooo itu hali, kita ada kat Penang, belum balik lagi”. Apek Hong Keat mula memunggah barang-barang dari pelantar motosikalnya dan meletakkannya di hadapan pintu. Padil pun pula memindahkan barang-barang itu sedikit melepasi pintu rumah di ruang tamu. Sekejap lagi barang-barang itu akan dibawanya ke dapur.20821Please respect copyright.PENANASwEJOCdrKz
20821Please respect copyright.PENANAmjMNS4a8xG
“Selonok ka kat Penang, Padil ?”. Tanya Apek Hong Keat sambil menyapu peluh di dahinya. Sebelah tangannya lagi menggaru-garu perut nipisnya. Dia hanya bersinglet dan berseluar pendek. Topi keledarnya masih di kepala dan tidak diikat.20821Please respect copyright.PENANAgt7YbJZyog
20821Please respect copyright.PENANAfhq8gP4IEU
“Memang best la kat sana !”. Padil menjawab sambil tersenyum, pinggangnya terasa perit kerana mengheret dua kampit beras yang di hantar oleh Apek Hong Keat.20821Please respect copyright.PENANAYeaWQNAbKF
20821Please respect copyright.PENANAI30DUZBN5V
“Wa pun ada sedala kat Penang, itu wa punya tok punya mak punya anak sedala”. Penerangan yang diberi oleh Apek Hong Keat itu memeningkan kepala Padil.20821Please respect copyright.PENANAy4fC4xR2Df
20821Please respect copyright.PENANAUwNsDSCMZE
“Lu selalu pigi Penang ka apek?”.20821Please respect copyright.PENANAZmurgq5zdu
20821Please respect copyright.PENANAT5D9jwfIGl
“Talak selalu la, mana ada sinang, kedai sapa mau tingok. Setahun sikali ada laaaaaa…..pigi Pesta Pulau Pinang”. Setelah bayaran dibuat, Apek Hong Keat pun berlalu. Padil mengubah barang-barang yang dilonggokkannya di ruang tamu tadi ke dapur. Pintu bilik emaknya tertutup rapat.20821Please respect copyright.PENANAWTRnZzNmlH
20821Please respect copyright.PENANARaCHtQiyPH
“Padil…..kau mandi cepat, kita dah lewat ni!”. Laung emaknya dari dalam bilik. Selepas mandi, Padil dengan cepat memakai semula pakaian tadi. Emaknya telah siap menunggu di ruang tamu dengan berpakaian baju batik sutera berwarna hijau muda. Emaknya ayu sekali pada pandangan matanya.20821Please respect copyright.PENANAu4FQMUbpqB
20821Please respect copyright.PENANAQG1EKh4nVw
“Eh? Mak tukar baju ya….sebab apa tak pakai baju yang tadi?”. Amirah tidak menjawab melainkan hanya menjeling tajam kepada anaknya Padil.20821Please respect copyright.PENANA4YbyCaPn63
20821Please respect copyright.PENANAV3LLcutNLl
Sepanjang perjalanan dengan menaiki motosikal ke rumah kakaknya, Rohani. Tubuh Amirah begitu hampir dengan belakang anaknya Padil. Buah dadanya bergeser-geser dengan belakang anaknya dan sesekali melekap pejal ke belakang anaknya apabila Padil menekan brek. Padil pula di sepanjang perjalanan itu begitu kerap menekan brek.20821Please respect copyright.PENANAuRc5IJXJ9N
20821Please respect copyright.PENANAFqUa27bbRp
Amirah merasa dirinya seperti di alam remaja semula. Tidak pernah dibayangkannya perasaan begini akan muncul semula di dalam hidupnya sesudah dia berkahwin, dan apa tah lagi sesudah dia menjadi janda kerana takdir. Apabila tidak dapat mengawal perasaannya, dia mendakap erat tubuh Padil, anaknya membuatkan Padil menggeliat kegelian apabila terasa sepasang gunung pejal emaknya melekap erat di belakangnya. Cuaca begitu baik pada pagi itu. Tiada sebarang tanda ianya akan hujan seperti semalam walaupun tanah di sekeliling rumah kenduri kelihatan lembab dan berlumpur akibat hujan lebat malam tadi. Orang pun belum lagi ramai kerana masih awal lagi, belum pukul 10 pagi.20821Please respect copyright.PENANANJfShx9UiK
20821Please respect copyright.PENANAf3MzPBsUmV
“Abang Padil, tak nampak kami ke?”. Satu panggilan manja kedengaran dari tepi rumah. Kelihatan sepupunya Nur Aishah dan di sebelahnya sedang tertunduk malu, Hartini anak Makcik Seha.20821Please respect copyright.PENANA1zzVpaGli3
20821Please respect copyright.PENANApLhPi5SPVj
“Eh….nampak…..!”. Padil sedikit gelabah. Langkahnya terhenti, begitu juga dengan langkah emaknya.20821Please respect copyright.PENANAwQAPZjoUcs
20821Please respect copyright.PENANAlKohOSiUVv
“Nampak Aishah ke…. atau nampak orang yang kat sebelah Aishah?”. 20821Please respect copyright.PENANAboWn15511D
20821Please respect copyright.PENANATzc4IwSXEE
Nuraishah ketawa nakal mengusik Padil. Dia adalah sepupu kepada Padil iaitu anak kepada Rohani, dia juga sebaya dengan Hartini iaitu sama-sama di dalam tingkatan lima di sekolah menengah di kampung mereka. Mereka berdua memang berkawan baik.20821Please respect copyright.PENANAQfuhAnqjaY
20821Please respect copyright.PENANAgmUu7hDjxq
Hartini makin tersipu-sipu, tangan lembutnya menolak malu tubuh Nuraishah. Mata Padil merenung Hartini. Hartini berbaju kurung merah jambu yang berkilat. Tudung kepalanya juga merah jambu. Imbas bra yang dipakai menutupi buah dada sederhananya yang comel itu jelas kelihatan menongkat pejal di sebalik kain baju merah jambu yang dipakainya. Hartini tinggi lampai orangnya, lebih tinggi daripada Nuraishah. Kulitnya putih melepak dan matanya coklat menawan kerana keluarga di sebelah emaknya berasal dari Selatan Thailand. Matanya yang bersinar kecoklatan itu kelihatan sungguh menawan, tambahan pula bibirnya yang merah asli.20821Please respect copyright.PENANAxvRGthxQnd
20821Please respect copyright.PENANAvFxgJb7NYm
“Dah lama sampai Tini?”. Amirah menegur Hartini. Entah mengapa hatinya tidak merasa senang apabila Padil memberi perhatian kepada Hartini. “Mak kau datang tak?”.20821Please respect copyright.PENANA4XxeDg0ZpH
20821Please respect copyright.PENANAs0KuSNFFob
“Baru saja sampai Makcik Aton”, Hartini menjawab lembut, masih malu dengan Padil. “Mak ada kat dalam”.20821Please respect copyright.PENANArSGJQ7Khjq
20821Please respect copyright.PENANAFQ8Bgpidmg
“Padil, kalau kau nak berbual dengan Aishah dan Tini, berbuallah dahulu. Mak nak masuk ke dalam”. Amirah berkata kepada Padil. Dari isyarat matanya yang membayangkan dia tidak senang Padil berhenti di situ bersama kedua-dua gadis remaja itu. Tetapi, Padil tidak dapat membaca gerak mata emaknya. 20821Please respect copyright.PENANA7evu8CHuD0
Seketika kemudian, Amirah berada di dalam bilik pengantin di tingkat atas rumah kayu sederhana besar itu. Kakaknya, Rohani memintanya melihat apa yang perlu diperbetulkan untuk mencantikkan lagi bilik pengantin yang dihias serba ungu itu.20821Please respect copyright.PENANAeU87rYx5bA
Pengantin perempuan tidak ada di rumah kerana pergi ke bandar untuk berdandan di sebuah salun kecantikan. Dari tingkap bilik pengantin, Amirah dapat melihat Padil sedang berbual-bual dengan mesra terutamanya dengan Nuraishah. Hartini lebih banyak tersipu-sipu dan kurang bercakap. Amirah menggelisah apabila melihat Padil begitu. Mungkinkah dia cemburu? Hatinya berkali-kali menolak perasaan itu, tidak mungkin dia cemburu apabila anak lelakinya berbual-bual dengan perempuan lain! Dia melihat cermin. Walaupun di dalam usia 40an, dirinya masih lagi cantik. 20821Please respect copyright.PENANAPFxzVQ1RQk
Tubuhnya sederhana sahaja. Wajahnya comel dengan bertahi lalat hidup di antara kening dan telinga kiri. Senyumannya tetap menawan, tetapi entah mengapa dia tidak berasa senang apabila Padil begitu mesra dengan Hartini.20821Please respect copyright.PENANAUVpQQ1XFCH
20821Please respect copyright.PENANAtHB2oHPkFE
“Mak!”. Amirah tersentak apabila Padil tiba-tiba muncul di pintu bilik pengantin mengusung beberapa kotak bungkusan hadiah untuk pengantin. “Mak Ngah suruh Padil hantar hadiah-hadiah ni ke bilik pengantin”.20821Please respect copyright.PENANAzrlA1oAElI
20821Please respect copyright.PENANAjScGoE5mU7
“Letak kat sini Padil”. Amirah menunjukkan tempat beberapa bungkusan hadiah yang disusun rapi di pinggir katil. 20821Please respect copyright.PENANAQQxV1XfGuN
20821Please respect copyright.PENANAnyR0oHZNzF
Padil meletakkan hadiah-hadiah yang dibawanya itu di tempat yang ditunjukkan itu. Dia sedikit kelelahan. Air peluh turun melalui batang hidung Padil ketika dia memerhatikan bilik pengantin yang cantik dihias serba ungu itu. Tambah pula dilihat emaknya terbongkok-bongkok membetulkan jambangan bunga di atas katil pengantin. Punggung sederhana besar emaknya itu diperhatikan dengan ghairah. Padil mendekati emaknya, membongkok dan memeluk tubuh emaknya dari belakang. Buah dada emaknya di ramas-ramas. Batang kerasnya menikam-nikam punggung sederhana besar yang pejal emaknya itu.20821Please respect copyright.PENANAxhSe3TQGW1
20821Please respect copyright.PENANAqkuiJ93pL3
“Padil!!!!!!!!!”. Amirah terperanjat, segera berpusing dan bibirnya pula segera dikucup sambil tubuhnya dipeluk erat oleh Padil anaknya. 20821Please respect copyright.PENANACJPLC5XT3a
20821Please respect copyright.PENANAqQKgDw4KBM
Hangat terasa muka anaknya di mukanya. Lidah mereka bergeser-geseran. Amirah terasa dia yang memiliki Padil sekarang, bukan Hartini. Padil menarik emaknya sehingga tubuhnya tersandar di dinding yang agak terlindung dari pintu bilik pengantin dengan emaknya masih di dalam pelukannya. Dengan perlahan Padil menarik turun zip seluarnya, batangnya yang menegang segera meleding keluar dari celahan zip itu.20821Please respect copyright.PENANAsxSEsiOCen
20821Please respect copyright.PENANAdx61i4NBij
“Hisap mak”. Desah Padil sambil menekan bahu emaknya supaya melutut di hadapannya. Amirah tergamam.20821Please respect copyright.PENANAF1Gi0aAou8
20821Please respect copyright.PENANAUqLmJUpf6j
“Isssh….nan…nanti orang datang…”. 20821Please respect copyright.PENANAyqV4EUXxvC
20821Please respect copyright.PENANANuUxdCzsMT
Namun begitu, dia merendahkan tubuhnya. Sambil melutut, dia memegang batang anaknya, lidahnya menjilat kepala dan di bawah leher di mana kepala dan batang bercantum. Hatinya berdebar-debar!20821Please respect copyright.PENANAu3NX8BxFfh
20821Please respect copyright.PENANA1cndK5ew0W
Padil mendesah kenikmatan sambil matanya mengawasi pintu bilik pengantin yang terbuka, manalah tahu. Amirah mulai mengulum batang anaknya. Batang keras lelakinya itu dikulum separuh di dalam mulutnya. Dia menghisapnya perlahan-lahan dengan mata yang terpejam. Dia tidak lagi kaku membatu seperti di dalam warung pada malam itu. Pengalaman baru baginya itu begitu cepat dipelajarinya. Padil melihat dengan berahi emaknya yang hitam comel berkulit hitam manis, bertudung labuh dan berbaju batik sutera berwarna hijau muda sedang melutut dan menghisap batangnya. Bahkan tangan emaknya meramas-ramas lembut buah zakarnya. Pipi emaknya kembung dengan tujahan batangnya. Dia mendesah sambil bertambah terkangkang menahan kegelian dan memegang kepala emaknya. Amirah terangguk-angguk menghisap batang anaknya. Dia tahu, Padil tidak boleh bertahan lama. Tangannya kembali memegang peha Padil untuk mengimbang badannya yang sedang melutut itu. Mulutnya terus mundur-maju di sepanjang batang anaknya itu.20821Please respect copyright.PENANAZQhivUj1gw
20821Please respect copyright.PENANAyf1kKiwaBt
Padil mahu menghenjut kuat-kuat mulut emaknya tetapi dia cuba menahan diri, membiarkan emaknya melakukannya. Dilihatnya emaknya mengeluarkan batangnya dari mulutnya. Emaknya mengocok-ngocok batangnya di hadapan wajahnya yang comel itu. Dia mendongak memerhatikan wajah anaknya ketika dia melakukan itu semua. Emaknya kemudian dengan perlahan memejamkan mata, mengulum dan menghisap batangnya lagi. Tangan emaknya terus mengocok-ngocok batangnya dengan kuat. Akhirnya Padil tidak dapat lagi bertahan. Tubuh Padil kejang, dia merasa kepalanya berpusing. Dia menggeletar menggigit lidah untuk menahan daripada menderam kenikmatan.20821Please respect copyright.PENANAFoBHObJMe3
20821Please respect copyright.PENANAFPndUB5DnW
Punggungnya bergerak ke depan dan ke belakang. Kepala Amirah tersentak sedikit ke belakang apabila terasa pancutan air mani anaknya yang hangat mengenai lelangit mulutnya, mulutnya tetap mengulum batang anaknya. Pancutan seterusnya terus ke tekak membuatkan dia tersedak seketika. Pancutan yang berturut-turut kemudiannya menyebabkan dia tertelan sebahagian dari air mani itu. Air mani Padil yang melimpah itu membanjiri mulut emaknya. Sebahagian darinya meleleh keluar dari tepi bibirnya dan jatuh ke atas buah zakar anaknya. Amirah juga merasa ketegangan di kedua-dua bibir cipapnya yang membengkak dan telah lama lembab, pehanya dikepit-kepit kegatalan di dalam kenikmatan. Dia melepaskan nafas perlahan-lahan sambil menikmati puncak nikmatnya sendiri ketika batang hangat berlendir anaknya berada di dalam mulutnya.20821Please respect copyright.PENANAtUbMsSmGI2
20821Please respect copyright.PENANAPG6pVRqbVz
“Abang Padil……….”. Kedengaran suara Nur Aishah yang menghampiri bilik itu. 20821Please respect copyright.PENANAGtRDD5NeNw
20821Please respect copyright.PENANAsDljYYo2Ur
Padil kelam-kabut memasukkan batangnya yang masih tegang dan berkilat dengan kesan liur emaknya itu ke dalam jean dan menarik zip. Terkial-kial dia. Amirah segera berdiri dan menyapu-nyapu bibirnya yang melekit-lekit dengan air mani anaknya itu dengan tangan. Dia segera ke katil pengantin, membongkok dan berpura-pura melakukan sesuatu.20821Please respect copyright.PENANAHZ3Vazxupb
20821Please respect copyright.PENANA89jhiVJeXn
Nur Aishah menapak masuk ke dalam bilik membawa sebahagian lagi hadiah yang kakaknya terima. Dilihatnya Padil sedang menyusun hadiah-hadiah di dalam bilik itu. Kakaknya seorang pekerja kilang jadi ramailah kawan-kawan sekerja yang telah memberi hadiah kepadanya lebih awal terutama yang tidak dapat hadir ke majlis perkahwinannya. Amirah sedang membongkok mengubahsuai kedudukan jambangan bunga di atas bantal peluk di atas katil itu. Dia berpaling dan memberi senyuman kepada Nur Aishah walaupun mulutnya masih terasa kebas kerana menghisap batang anaknya di dalam bilik pengantin itu sebentar tadi. Lipstik nipis dibibirnya telah hilang dan tentunya tidak disedari oleh Nur Aishah.20821Please respect copyright.PENANAxVMEfVPz19
20821Please respect copyright.PENANARg3sYe65GR
“Lahhh… Abang Padil kenapa lama sangat kat atas….?. Ni ha…. ambik hadiah-hadiah ni. Nanti turun bawah ya sebab ada lagi yang nak kena bawa naik ke atas”. Nur Aishah meletakkan barang-barang itu berhampiran dengan Padil. Padil dan emaknya saling lirik-melirik pandangan dengan debaran kenikmatan yang belum pudar di dada mereka berdua.20821Please respect copyright.PENANAdUTIUwEBz2
20821Please respect copyright.PENANApycTYUvmkS
Bersambung... 20821Please respect copyright.PENANAfML0Qz8ysj
20821Please respect copyright.PENANAEm39XfsNpQ