-
info_outline Info
-
toc Table of Contents
-
share Share
-
format_color_text Display Settings
-
exposure_plus_1 Recommend
-
report_problem Report
-
account_circle Login
Lontar hitam anyir darah pengkhianat menjilat biyang narwastu sibak tirai jiwa pemberontak paling khianat. Pertiwi menelan pahitnya arsenik membakar raga rakyat yang terpaksa di bungkam.
Bingkai emas juang tengelam dalam rimba pengasingan paling jahanam, niat bijak tiada seharga diri terpasung leher menunggu titah pengusa tebas hingga pangkal.
Renta jeruji karat memutilasi kebebasan untuk mengurai pendapat, mencetak perempuan tanpa kasta kehormatan, menebas isak bocah membusung lapar.
Rintihan Pertiwi bak gradasi renkarnasi tangisan anak negeri, darah juang berhamburan sia-sia jasad tanpa nisan. Oh ... kenapa dengan negeriku memeluk lampau pahitnya kehidupan kalah di atas meja Majelis terhormat.
Luka tikam cundrik banaspati hanya serupa jilatan lelatu, kehidupan lebih kejam selaksa perang Barathayuda, saudara menelan daging saudaranya.
Reading Theme:
Font Size:
Line Spacing:
Paragraph Spacing:
Load the next issue automatically
Reset to default