![](https://static.penana.com/images/chapter/557746/SP_virgovenus_Tumblr.png)
Sehabis bermain layang - layang disekitar lapangan bersama anak kampung N ditempat kelahiran. Dia segera pulang melewati jalan setapak dipinggir sawah, tubuh penuh peluh dan bau apek sehabis bermain. Tidak lupa bibir mungil tengah bersenandung lagu yang lagi viral ditiktok Mama Muda.
Tapi memang dasarnya Tari itu gadis Ajaib dengan tingkah petakilan seenak udel, dia lebih suka lirik lagu nya dari pada lirik lagu yang sudah dibuat oleh pencipta lagu itu sendiri. Sedangkan lirik lagu yang dia ubah sendiri menjadi Papa Muda.
"Aku lagi cari Papa Papa Muda buat nerima uang sejuta,_ nananana. (Body Papa Muda _, Papa Muda _ enak-enak terus). Aku suka body goyang Papa Muda,_ Papa Muda,_ (terereret ) Body Papa Muda,(terereret) _, Papa Muda, enak - enak terus.." Kepala geleng - geleng, angguk - angguk menikmati musik dj aku lagi cari mama muda.
Warga yang sedang bertani ditanah lahan mereka ketika melihat Tari hanya bisa geleng-geleng kepala. Sudah paham akan tingkah dari Anak dari mantan Almarhum Pak kadesnya itu. Selama masa kepemimpinan Almarhum Pak Akbar semasa hidupnya, Pak Akbar adalah orang yang jujur, sabar, dermawan, pemimpin yang bijak sana dan tidak memilih-milih pihak manapun. Namun, ketika kepemimpinan masih saja ada orang yang tidak menyukainya dan naas. Pak Akbar dibunuh ditempat dan orang yang membunuh mendekam dipenjara. Sedangkan Tari kecil yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menangis melihat Ayahnya sudah terbaring kaku terlelap tidur tersenyum. Syukur alhamdulillah, berkat Bundanya dan kedua anak Bu Halimah, Dika dan Sari. Sekarang Tari sudah ceria dan tidak bersedih lagi. Yang bikin heran tingkah petakilan seenak udel membuat orang yang melihat geleng-geleng kepala.
Jalan besar terlihat. Ponsel dan handset segera ia matikan, memasukan kedalam ransel kecil. Mencari kendaraan yang lewat.
"Sepi amat nih kampung." Ditengok kanan - kiri mencari tukang ojek yang lewat.
Menunggu, setengah jam menunggu. Dari kejauhan ada kendaraan yang lewat ya walau bukan motor tukang ojek, lebih baik dimaanfaatkan yang ada.
Breeem breeem breeeeeem
Suara motor terdengar. Tari tengah melambai - lambai dipinggir jalan meminta supaya motor itu untuk berhenti. Motor itu seketika menghampiri Tari, tapi tidak melepaskan hlem nya.
"Bang - Bang bisa antarin Tari ke jalan jeruk madu sebelah pos ronda dan rumah KPM, nanti Tari bayar. Mau apa gak? Mau ya please.. Soalnya dari tadi Tari nunggu tukang ojek gak lewat - lewat nih. Mana hari sudah mau sore lagi. Abang mau ya?" Rayu Tari dengan lagak wajah yang mau nangis, apa lagi baju dan penampilan terlihat kucel berantakan dimana - mana. Padahal itu semua hanya acting semata. Dan jalan yang disebutkan itu sebenarnya jalan dan rumah dimana kantor polisi lagi bertugas dan sementara tinggal disitu.
Pengendara motor tanpa banyak pikir mengangguk, meng-iyakan tawaran dari gadis didepan yang meminta diantarkan pulang.
Tari segera ancang - ancang naik ke atas jok belakang. Pasalnya jok belakang terlihat lumayan sempit. Soalnya itu motor sport. Setelah Tari sudah menyusaikan duduknya ia berpegangan pada jaket belakang yang dikenakan pengendara itu,
Breeem breeeeeeeeeem
Motor melaju cepat, Tari sedikit takut. Langsung memeluk pengendara didepan tanpa rasa malu. 'Maaf Bang Tari peluk ini demi keselamatan Tari sendiri.' Senyum jahil.
Motor melaju melewati jalan raya dengan pohon - pohon beringin yang kata orang angker banyak penunggunya suka jahil, membuat kecelakaan. Laju membawa harum dari arah depan, bau badan orang yang tengah Tari peluk demi keselamatan. Dari kejauhan terlihat dua tugus bertuliskan selamat datang, motor langsung melaju pelan. Lurus, memasuki jalan jeruk madu. Motor berhenti tepat disamping pos ronda. Di pos ronda ada beberapa polisi yang berjaga yang sedang bertugas.
Tari melihat sudah sampai jalan yang sudah disebutkan tadi segera turun, polisi yang bertugas melihat kearah mereka dan salah satunya menghampiri. Karena dia kenal gadis yang dibonceng itu.
"Selamat siang." Ucap salam petugas.
"Selamat siang, Pak." Jawabnya.
"Mohon maaf, ini ada apa ya?." Melihat keadaan Tari yang badan nya kucel dimana - mana. Takutnya kenapa - kenapa sebab itu dia bertanya. Siapa tahu bisa diusut.
"Oh tidak terjadi apa - apa Pak. Ini saya hanya mengantarkan Adik ini yang katanya minta diantarkan ke jalan jeruk madu ini. Tadi saya nemu dijalan Pak seperti anak hilang, hampir menangis gitu Pak." Jelasnya, menjelaskan yang sebenarnya dan menambah beberapa kata sedikit.
Tari yang mendengar kok gak senang ya? Apa itu anak hilang. Dia kira Tari gak tau apa maksud babang satu ini.
"Gak kok Bang Polisi. Tadi tuh Tari cuman minta antar sama Abang2 ini, Tari kira tukang ojek, kan biasa Abang tukang ojek bajunya lengkap tuh item2. Ya udah Tari ajuin gitu ke jalan jeruk madu, eh sama abang nya dianterin." Sewot Tari segera meraih tas ransel dan mengambil uang tunai 10 ribu. "Nih bang uang ojek nya. 10rbu, biasa juga gitu bang. Makasih ya bang." Tari langsung berlari pergi tanpa rasa bersalah.
Pria berjaket hitam lengkap helm belum dilepas hanya bisa menggeleng - geleng kepala, memikirkan apa yang dipikirkan dengan senyum tersembunyi.
Mana ada tukang ojek cakep terus ngojeknya pakai motor sport balap gitu. Mikir dong Tari. Ya Allah. Elus - elus dada bidang.
"Masya Allah. Tari - tari, gak sopan bener sama orang yang lebih tua." Ucap Pak Polisi, mengelus dada bidang nya. "Maaf ya mas, atas kelakuan Adik keponakan saya itu." Lanjutnya kepada pria berjas hitam.
"Tidak apa-apa Pak polisi. Kalau begitu saya tinggal dulu." Berjabat tangan dengan Pak polisi. Dan bergegas naik motor sport nya, melaju lurus melewati jalan jeruk madu.
Belokan kedua Tari sampai rumah. Perkarangan yang luas tertata rapi bunga - bunga yang Bunda dan Abang nya tanam, tapi sejak Abang nya lanjut Kuliah dia dan Bundanyalah yang merawat.
Tari Syahputri Akbalimah. Yang artinya Tari anak sah dari Akbar dan Halimah. Usia 18 tahun, 3 SMA. Yang sebentar lagi akan lulus. Horeee..815Please respect copyright.PENANAyie0s266pl
815Please respect copyright.PENANAtpR82RwrMZ
Anak ke tiga dari tiga bersaudara. Abang Dika yang pertama dan Mbak Sari yang kedua. Ayah Tari sudah lama meninggal dunia (Innalillahi wa innalillahi rojiun), dibunuh oleh teman Ayahnya sendiri dan di penjara. Bunda (Alhamdulillah) masih sehat walafiat dan masih cantik seperti usia 35 tahun.
Sari yang sedang menyiram bunga melihat Adiknya Tari. "Masya Allah, dek itu kamu habis ngapain? Kok kucel banget, kek gak mandi setahun gitu. Ish ish - ishh_ jorok." Semprot Sari menutup hidung pura - pura bau.
Tari yang melihat tingkah Mbak nya hanya bisa menghela nafas. "Mbak Sar tuh, kebiasaan. Kan udah tau Tari kemana kalau sudah begini?" Katanya membenarkan diri.
Melangkah ingin masuk ke rumah tapi,
"Eitss, siapa suruh masuk lewat depan?" Kata Sari menarik baju Tari.
"Ya ampyuuun mbak Sari, memang kenapa toh mbak? Biasa juga gitu Kan." Katanya menghadap ke arah Sari.
"Iya mbak Sari tau. Tapi coba lihat dulu itu kaki nya. Ayo dicek dulu." Jelasnya. Menunjuk kaki Tari yang kotor oleh debu dan lumpur kering.
Tari segera melihat ke arah kaki nya. Dan benar saja, disitu kaki nya terlihat kotor. "Heeheheheee,," Tari hanya bisa tertawa, senyum.
"Nah, sekarang cuci dulu itu kaki baru masuk ke dalam rumah. Ade nya mbak Sari udah paham?" Mengingatkan Tari.
Tari hanya mengangguk - angguk.
Tari segera mencuci kedua kaki ditempat yang memang sudah disiapkan untuk cuci tangan dan kaki, berada disamping rumah. Setelah bersih Tari segera melangkah masuk kedalam rumah. Tapi ketika Tari masuk kok rumah nya terasa berbeda ya?
"Mbak Sar!" Teriak Tari.
Mendengar teriakan Tari, Sari hanya bisa geleng-geleng kepala. Punya adek kok mulut nya kek toa berjalan ya. "Iya Dek, kenapa?" Jawabnya. Menaruh selang dan menutup keran air. Berjalan menuju rumah.
"Memang dirumah mau ada acara apaan? Kok hawanya beda gini ya, biasa juga gak tuh." Katanya bertanya.
Sari hanya bisa geleng-geleng. "Hawa? Memang nya nih rumah berhantu apa?"
"Ya gak sih. Tapi beda gitu. Memang mo ada acara apa nih? Mana bau masakan harum pula." Hidung nya mengendus-endus bau masakan dari arah dapur.
Melihat tingkah dan sifat adek nya yang membuat Sari merasa gemes sendiri, rasanya mau nyubit. "Makanya toh dek dirumah kalau habis pulang sekolah, jangan kelayapan mulu. Apa lagi main sama anak kecil, udah besar juga. Syukur - syukur main sama anak seusia mu, lah ini mainnya sama bocil mulu gitu terus mainan layang - layang pula." Omel Sari.
Mendengar omelan Mbak nya, Tari segera nutup kedua telinga pakai telapak tangan dimasing-masing telinga. "Iih, mbak Sar jangan ngomel mulu dong. Entar cepet tua." Adu Tari mendumel.
Sari menghela nafas. "Di nasehatin ini kok malah ngeyel.".
"Habis nya kan mbak Sar ngomel mulu."
Sari beristigfar dalam hati. 'Astagfirullah, punya ade kok kek gini. '
Tari melet.
Sari melihat Tari geleng kepala.815Please respect copyright.PENANA2uCu0PyEyp
815Please respect copyright.PENANATiRRRw34RX
"Lah memang masakan Bunda gak harum dan enak gitu?" Mengalihkan pembicaraan.
"Yee, ya gak gitu dong Mbak. Ini tuh beda." Wajah cemberut.
"Bedanya?" Tanya Sari, penasaran.
Wajah cemberut Tari semakin ditekuk. "Ini mbak Tari mau ngalihin pembicaraan yang tadi ya?" Katanya. Menaruh kedua tangan disisi kanan kiri pinggang.
Sari melihat itu tertawa. "Hahahahha, tau aja nih Adek nya Mbak."
"Tau lah. Kan Tari dah tau mbak Sar itu gimana. Ayo dong mbak jawab, dirumah mau ada apa? Acara apa?." Katanya memegangi lengan tangan kiri Sari, dengan mata poppy eyes nya.
Sari diam. Merapatkan ke sisi kanan bahu Tari, berbisik pelan. "Bunda bilang akan ada yang datang untuk melamar." Menyudahi. Tersenyum.
Tari yang denger syok. "Eh, mbak Sar mau dilamar?" Tari tersenyum. "Selamat ya mbak Sar, ya ampun bentar lagi mbak Sar bakalan nikah dong. Iihh, Tari gak sabar Mbak." Senyum Tari memeluk Sari, dan melepaskan pelukan tersenyum.
"Gak sabar apa dek?" Tanya Sari, penasaran dengan senyum tersembunyi.
"Heehehee_ penasaran sama calon Abang Ipar dong." Tawanya. Muwehehehehe..
"Kok serem ya dek." Melihat Adek nya yang senyum aneh gitu.
Tari langsung berlari kedalam rumah manggil -manggil sang Bunda yang berada didapur.
Sari hanya bisa geleng-geleng kepala. Ya Allah, itu adek ku gemesin banget. Sari melangkah masuk kedalam rumah menyusul Tari yang sudah otw didapur.
***815Please respect copyright.PENANAfZCFahtESY
815Please respect copyright.PENANAcg4dbzSFyt
815Please respect copyright.PENANAh8krFtAhLa
815Please respect copyright.PENANAKQPBwfSpwW
815Please respect copyright.PENANAfRibFtSeVS
Sore berganti malam.
Setelah sholat magrib Tari bergegas menuju dapur tapi dihentikan oleh mbak Sari. "Dek."
"Ada apa mbak Sar?" Berhenti tepat disamping Sari yang membawa teh hangat, kopi hangat dan cemilan.
"Ini kamu bawa ke ruang tamu, Ibu suruh Ade yang antar." Menyerahkan nampan kepada Tari.
Tari tanpa tanya langsung mengambil dan membawa nampan ke ruang tamu. Disitu sudah banyak orang, Ibu, abang, pasangan suami istri, anak lelakinya dan anak kecil dalam gendongan pria paru baya. Mungkin mau melamar mbak Sari nih.
Tari segera menaruh nampan diatas meja, ketika Tari akan beranjak kebelakang lagi Abang menyuruh untuk duduk disampingnya.
"Jadi ini yang namanya Nak Tari ya?" Kata Pria paruh baya yang usia nya mungkin lebih dari Ibunya, menurut Tari keturunan Arab.
"Benar Pak. Ini Adik saya yang paling terakhir." Jelas Dika kepada Pria keturunan Arab itu.
"Jadi keputusan Nak Tari bagaimana?" Tanya Pria paruh baya itu.
Tapi cengok, bingung mau tanggapi apa?815Please respect copyright.PENANAaLVGhVWYuJ
815Please respect copyright.PENANAPrMU1V5Lhh
"Maksudnya Bapak apa ya? Kok saya kurang paham. Memang keputusan apa ya Bang?" Kata Tari melihat kearah Abang dan Ibunya.
Mendengar itu seluruh orang yang diruang keluarga diam. Ibu tersenyum ngangguk mengkode Anak pertamanya.
"Jadi, Adek sekarang tengah dilamar sama keluarga Pak Abdullah Hasyim." Terang Dika, menjelaskan maksud tertentu.
Mendengar kata DILAMAR, membuat Tari syok. "Loh, Tari kira yang mau dilamar itu mbak Sari?" Ceplos Tari.
Sari yang mendengar sedikit tertawa. "Yey, yang disuka tuh Ade kok malah mbak." Sahut Sari. Supaya tidak ada salah paham.
"Tapikan."
"Adek denger Bunda ya." Kata Halimah, Bunda ketiga anaknya Dika, Sari dan Tari.815Please respect copyright.PENANAA588wkwW86
815Please respect copyright.PENANAUZ2ZdCQn2R
Tari mengangguk. "Mbak Sari sudah ada calon dan bulan 9 sudah mau nikah. Jadi, sekarang giliran Adek yang akan dilamar. Alhamdulillah, Bunda bersyukur kedua anak Bunda mau menikah. Apa lagi perempuan semua." Senyum cerah Bunda.
"Terus Abang?" Tunjuk Tari.
"Kalau itu tenang saja." Kata Dika tersenyum. "Nah, sekarang Gimana Dek?" Tanya Dika kepada Tari.
"Tapi Tarikan gak kenal dia bang." Melihat kearah pria dewasa yang berpakaian kemeja hitam. 'Mana terlihat seperti Om-om lagi. Kalau perkiraan ku sih setidaknya usianya diatas Abangnya sekitar 33 tahun mungkin.'
"Maaf sebelumnya, saya belum memperkenalkan diri kepada Dek Tari. Nama saya Ahmad Syahwal Hasyim panggil saja Abang Ash, anak kedua dari Abi Abdullah Hasyim dan Ummi Fatimah Carlifah Hasyim. Saya kesini bersama kedua orang Tua ingin melamar Dek Tari untuk menjadi Istri saya dan menjadi Bunda untuk anak saya. Dan maaf mungkin ini terdengar tidak biasa. Status saya adalah Duda anak satu." Menengok melihat kearah anak kecil yang digendong dengan arah wajah kepala kebelakang. "Dia anak saya. Namanya Marsel As Hasyim, Bunda nya sudah lama meninggal Dunia sejak Marsel kecil berusia 2 tahun." Ucapnya menjelaskan.
Tari masih terdiam menanti sebuah kata lebih.
"Alhamdulillah, untuk hidup bersama saya jika soal dana tidak usah dipikirkan. Reseki dan semua milik Allah. Jika kita berusaha mendapatkan dijalan yang benar pasti Allah akan melibatkannya. Untuk Dek Tari. Saya bersungguh-sungguh ingin melamar Dek Tari, membawa Dek Tari kedalam ikatan yang suci dan Sah. Menjadikan wanita teristimewa dihati saya dan Bunda buat Anak saya, Marsel. Apakah Dek Tari bersedia menerima lamaran dan pinangan dari saya?" Kata tulus yang terucap dari bibir tegas Ash. Mengokohkan kalimat yang diungkapkan untuk melamar Tari, perempuan disamping Dika. Perempuan yang mampu membuat dia terpikat.
Mendengar kalimat panjang lebar Tari hanya ngamgguk - ngangguk berfikir yang gak - gak.
"Alhamdulillah." Ucap serempak semuanya.
Sari yang mengetahui bahwa sebenarnya Tari masih melamun ngekode si Abang.
"Syuut, Bang." Ucapnya pelan ke arah Dika. Tapi karena Dika tidak dengar, sibuk berucap hamdalah Sari teracuhkan.
"Masya Allah, Dek. Makasih ya, Bunda seneng banget." Peluk Halimah.
Tari yang baru kembali dari pemikiran gak-enggak nya kaget.
"Emang ada apa Bun?" Katanya. Melihat sekeliling. Orang - orang pada tersenyum bahagia ke arahnya.
"Bukan apa - apa dek. Bunda hanya bahagia." Senyum diwajah Halimah, menghipnotis Tari ikut memeluk. "Iya Bund, Tari ikut bahagia."
"Jadi, mau langsung menentukan tanggal pernikahan atau mau perkenalan dulu sebelum pernikahan?" Kata Abdullah Hasyim bertanya kepada Ash.
"Lebih bagus melewati mass," jawab Ash terpotong oleh perkataan Tari.
"Loh Bund, memang siapa yang mau Nikah?" Katanya. Menengahi pembicaraan. Semua orang yang berada diruang keluarga terdiam.
Halimah melihat Tari dengan alis ditekuk. "Ya jelas, kamu lah Nak, terus siapa lagi kalau bukan kamu." Jelas Halimah masih bingung dengan anak terakhirnya.
"Tapikan Tari belum berkata 'Iya'. Kok langsung - langsung iya - Iya aja tanpa kepastian Tari." Jelas nya gak terima. Ya jelas lah, kan dia belum ngejawab.
Seluruh orang diruangan terdiam. Terutama Abang Dika.
"Tapi dek." Kata Dika.
"Apaan Bang." Jawab nya malas. Mengabaikan perkataan Dika. Cuek bebek.
"Bukannya tadi sewaktu Nak Ash menjelaskan maksud dan tujuan, Tari ngangguk. Kalau ngangguk berarti 'IYA' dong." Jelas Halimah.
Tari melihat ke arah Bunda nya. Berfikir sejenak. "Ooh, yang itu. Tari masih mikir Bund. Tari ngangguk -angguk karna Tari masih mikir. Bulan nge-Iyain." Membetulkan perkataan sang Bunda.
Mendengar itu Halimah kecewa, Dika syok mendengar kata Adek nya, Sari biasa saja karena tau sifat ade nya selalu bulet dalam kata - kata tinggal jawab 'IYA' saja apa susahnya. Sedangkan Fatimah mengelus punggung tangan suaminya, Ash terdiam, dan Abdullah menghela nafas.
"Jadi, Nak Tari menolak lamaran anak Bapak?" Katanya tegas.
Tari segera mengalihkan tatapan kearah Pak Abdullah. "Ya bukan gitu Om." Ungkap nya. "Nih kan Tari belum kenal sama Anak Om yang entu." Tunjuk Tari. "Jadi, Tari maunya perkenalan dulu. Eh, apa tuh namanya Ta,? Taauf? Paan Bang namanya?" Tanya Tari ke Dika.
"Ta'aruf dek."
"Nah, itu bener. Gitu Om." Katanya..815Please respect copyright.PENANAhUS4Lz4eO6
815Please respect copyright.PENANA79Uhu2YbVh
Mendengar kejelasan Tari membuat gelak tawa pecah.
"Iih, kok Bunda ikut ketawa sih." Tuduhnya. Cemberut.
"Ya ampun Dek, itu tadi Nak Ash mau menjelaskan loh."
"Memang mau njelasin apa?"
"Tapi sebelum dijawab. Lamaran dari Ash diterima gak nih Dek?" Aju Dika.
"Uhm,"
"Yang pastinya diterima tuh." Sahut Sari.
Semua orang melihat ke arah Tari, meminta jawaban. Tari yang mendapatkan tatapan dari semua hanya bisa ngangguk.
"Alhamdulillah," Ucap semuanya.
"Jadi nih, beneran diterima kan dek?" Kata Dika. "Jangan sampai seperti tadi." Lanjutnya.
"Ya iyalah Bang. Memang Tari harus gimana lagi."
Senyum terbit disetiap wajah. Malam ini seluruh keluarga Abi Abdullah dan Keluarga Almarhum Pak Akbar berbahagia, melepaskan penat menikmati hidangan jamuan yang sudah dimasak dan disediakan oleh Bunda Halimah sebagai juru masak, Sari menyediakan minuman, Dika menyiapkan ruang, dan Tari hanya bisa nyicipin ini itu. Aduh, kebiasaan anak bungsu yang belum bisa apa - apa. Bisanya keluyuran main layang - layang, mancing atau bermain sama Bocil.
Perjalanan yang masih panjang. Masa - masa pengenalan/ Ta'aruf.
Ash dan Tari815Please respect copyright.PENANAvr87LjTpAP
815Please respect copyright.PENANAzGvnHwuEhT
ASTARI815Please respect copyright.PENANAiRMan2tpV3
815Please respect copyright.PENANAGvrdXmrOFH
815Please respect copyright.PENANAe5EE5ijxVd
815Please respect copyright.PENANANGfM4FACzM
815Please respect copyright.PENANAird3dUfZUN
***815Please respect copyright.PENANAuKDX6N1FLC
815Please respect copyright.PENANALuQHObf7ud
815Please respect copyright.PENANAL2dfRC2SDt
815Please respect copyright.PENANAfUU0ToyruQ
815Please respect copyright.PENANAQ6jts3rsVO
DIBACA DARI AWAL, SEBELUM TAMAT DAN DI HAPUS.
Perjalanan yang masih panjang buat Abang Ash dan Tari. Perjalanan yang seperti apa nantinya? Jangan bosan - bosan sama ASTARI.
815Please respect copyright.PENANAe5ZQM0oxEC
815Please respect copyright.PENANARzh3yJDGFT
815Please respect copyright.PENANAOzMOnaELNI
815Please respect copyright.PENANAUNjxuBWFVB
815Please respect copyright.PENANAE4vkwZS9b2
815Please respect copyright.PENANAWfFqIlKttw
815Please respect copyright.PENANAVTL7wif6rL
815Please respect copyright.PENANANnxrPCbn7B
815Please respect copyright.PENANAurt9xSAOIq
815Please respect copyright.PENANAawl5HbKstw
815Please respect copyright.PENANAsetPMADXDa
815Please respect copyright.PENANAO5etQjcR5V
815Please respect copyright.PENANA4K2FojMPol
815Please respect copyright.PENANAPMmuygjgB0
815Please respect copyright.PENANAH4pU8UWXPF
815Please respect copyright.PENANANgwaeaXclq
815Please respect copyright.PENANAzbrcJ9yt4Z
815Please respect copyright.PENANA87wntO1AqP
815Please respect copyright.PENANAUWa5kwaj9R
815Please respect copyright.PENANAR7Q5YVMN0U
815Please respect copyright.PENANAXnQ9w2ZHZZ
815Please respect copyright.PENANA9IbIpmHYyk
815Please respect copyright.PENANA4qoeko9GUt
815Please respect copyright.PENANAyTRdwxYkqf
815Please respect copyright.PENANAAQ7IyfgyQz
815Please respect copyright.PENANAbb9GCtaikh
815Please respect copyright.PENANAahz2rN80OJ
815Please respect copyright.PENANA8oauSqF7dA
815Please respect copyright.PENANA8cCtyJWbAD
815Please respect copyright.PENANAhDkyMmAemT
815Please respect copyright.PENANAHnW8fBnfIf
815Please respect copyright.PENANAUKtoAssdSU
815Please respect copyright.PENANA4EIQqsXmtL
815Please respect copyright.PENANAdrB1rnU3pK
815Please respect copyright.PENANAkkxXQk48Xi
815Please respect copyright.PENANAF7zi2dhd27
815Please respect copyright.PENANAM4YJT1WQpi
815Please respect copyright.PENANA3zQAZWcx5s
815Please respect copyright.PENANASmeyeTKJnh
815Please respect copyright.PENANAqoxGg7FEbp
815Please respect copyright.PENANAQDSErhUHaf
815Please respect copyright.PENANAhYB1KUKiHG
815Please respect copyright.PENANAGwxB7W3gND
815Please respect copyright.PENANAjpP0IBPyQe
815Please respect copyright.PENANAOlLlvbkJRS
815Please respect copyright.PENANAOleZqiEEPR
815Please respect copyright.PENANAjfl4vRHAlY
815Please respect copyright.PENANAkbq9J3H99Q
815Please respect copyright.PENANAIeZzitMhn9
815Please respect copyright.PENANAAIJ1n3eeVg
815Please respect copyright.PENANAhYQIyY9BCg
815Please respect copyright.PENANAM2tMcLE9gd
815Please respect copyright.PENANAQbPiFyhqm6
815Please respect copyright.PENANAFPBpJtH5Zm
815Please respect copyright.PENANAjipGRWkuz2
815Please respect copyright.PENANA1FKo4eA4qB
815Please respect copyright.PENANAwiGWv7bE8D
815Please respect copyright.PENANA69QVKaNszi
815Please respect copyright.PENANA9i1MnvKwaO
815Please respect copyright.PENANARhLMYHyUfG
815Please respect copyright.PENANAnPcEqXSez5
815Please respect copyright.PENANAsiuk4xTOOa
815Please respect copyright.PENANAaM75NHVZRT
815Please respect copyright.PENANAIYOgdnNww3
815Please respect copyright.PENANAcqGxvbyLRL
815Please respect copyright.PENANABm13dBY7Ul
815Please respect copyright.PENANAwtMKB7VCUM
815Please respect copyright.PENANAdrwAivkAvM
815Please respect copyright.PENANA41UuQVdmQX
815Please respect copyright.PENANAbP3z2SDw3o
815Please respect copyright.PENANARC3ti0odTS
815Please respect copyright.PENANAnbVobE5bMS
815Please respect copyright.PENANAiGSRwL0Xu8
815Please respect copyright.PENANASD7VUw7pDa
815Please respect copyright.PENANAuqHwTBFqoI
815Please respect copyright.PENANABAkH4szhEx
815Please respect copyright.PENANAMpamedtO65
815Please respect copyright.PENANAHBpaEW9cL6
815Please respect copyright.PENANAT4XZFKJm9F
815Please respect copyright.PENANAuaqsSzvhxr
815Please respect copyright.PENANApsBSULUkdo
815Please respect copyright.PENANAIimWTTxTnZ
815Please respect copyright.PENANAmAzVlE0CXx
815Please respect copyright.PENANAPhnAl32Ice
815Please respect copyright.PENANAf8BZEjjnjc
815Please respect copyright.PENANAZzQpFek81h
815Please respect copyright.PENANAsBTYex6Uer
815Please respect copyright.PENANAKhQoP0oK8H
815Please respect copyright.PENANAPDjEYMhmbp
815Please respect copyright.PENANA53jpNNwDWS
815Please respect copyright.PENANAihsDYebTt3
815Please respect copyright.PENANA3pQLg9m45H
815Please respect copyright.PENANA6Y8t16qsPT
815Please respect copyright.PENANA4Q4MDvZzAP
815Please respect copyright.PENANAg4S9Wl86wl
815Please respect copyright.PENANAFaHK0nhz7R
815Please respect copyright.PENANAnbNXQXj8jK
815Please respect copyright.PENANAjqJaDT86pi
815Please respect copyright.PENANAQqZFC2qhpJ
815Please respect copyright.PENANAyiWN6BDb3A
815Please respect copyright.PENANAKGvpB8tGms
815Please respect copyright.PENANA6az6GBsFex
815Please respect copyright.PENANAVrWjpkbfGn
815Please respect copyright.PENANA0FbOzQRLG3
815Please respect copyright.PENANAvmKQnuV0md
815Please respect copyright.PENANAk7696tsOrG
815Please respect copyright.PENANAsN4XthaOJP
815Please respect copyright.PENANA7v6vfUKAfk
815Please respect copyright.PENANADHW04nlQ5k
815Please respect copyright.PENANA2q7rlkEiQF
815Please respect copyright.PENANAuTihPFuqq8
815Please respect copyright.PENANAGoEVmZL8lk
815Please respect copyright.PENANA2fMZDbtpCS
815Please respect copyright.PENANAF6I6iJrMP7
815Please respect copyright.PENANA817jD0Txyo
815Please respect copyright.PENANA6GCQG3rVhF
815Please respect copyright.PENANA3xxHTi6yt0
815Please respect copyright.PENANAsjG6dMdTFr
815Please respect copyright.PENANAlYm12PX9Oy
815Please respect copyright.PENANA8LDkoQ4Y75
815Please respect copyright.PENANATSqCQANuvA
815Please respect copyright.PENANA6xgoj98MTu
CERITA up:815Please respect copyright.PENANAb6XRVxlfIH
815Please respect copyright.PENANAjQJTnxPObA
Wattpad, KBM, dan Webnovel815Please respect copyright.PENANAutIoveLSQj
815Please respect copyright.PENANAh6bU3C4zX9
Wp: Ulliiyy_ponwpomw815Please respect copyright.PENANAVwE5nhBC1T
815Please respect copyright.PENANA9eUu6bqThn
KBM: Ulliiyyarianiycravo 815Please respect copyright.PENANAENpV4RqU3X
815Please respect copyright.PENANAtZWEgRpnBR
Webnovel: Ulliiyy_ponwpomw24