Dering telepon ruang keluarga memecah keheningan suasana sore di rumah utama keluarga Aozora. Hizashi yang baru selesai mandi keluar dari kamar sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk ketika sosok istrinya melintas dari arah dapur menuju ruang keluarga. Suara dering telepon berhenti tepat sebelum sang istri tiba, rupanya dijawab oleh salah satu pelayan. Wanita muda dalam seragam pelayan tradisional tersebut langsung menyodorkan gagang telepon antik di tangannya dengan sopan kepada sang nyonya.
399Please respect copyright.PENANAXXQX8QAdO1
"Dari siapa?" tanya Nyonya Aozora penasaran.
399Please respect copyright.PENANAFeDcjS2Lpw
"Dari kediaman Tsuchiya, Nyonya," jawab si pelayan. "Katanya mau bicara dengan Nona Hinata."
399Please respect copyright.PENANAaE4OskJ91G
"Itu kan keluarga Grand Duke dari Olinescu?"
399Please respect copyright.PENANA9A9UB4YlgM
Nyonya Aozora baru ingin menerima gagang telepon tersebut saat terdengar pintu depan digeser seseorang. Setelah melepas alas kaki, langkahnya terdengar mendekat diiringi suara lantai kayu yang berderit menahan beban tubuhnya. Tak lama berselang, sosok tinggi ramping yang mereka tunggu menampakkan diri di ambang pintu ruang keluarga sambil menggendong ransel di sebelah pundak.
399Please respect copyright.PENANA0IMqwPi6nh
"Syukurlah kamu sudah kembali," kata Nyonya Aozora sambil melambaikan tangan ke arah putrinya. "Ada telepon untukmu."
399Please respect copyright.PENANAwSo5hhLiI7
Hinata menunjuk dirinya sendiri. "Untukku? Masa?" tanya gadis itu tidak percaya.
399Please respect copyright.PENANAf8XeLXjmtH
"Iya, dari kediaman Grand Duke Tsuchiya," lanjut sang ibu mencoba meyakinkan putrinya.
399Please respect copyright.PENANAnaTm2NN17C
Hinata menerima gagang telepon antik tersebut ragu-ragu, walau sebenarnya dia sudah menantinya sejak kemarin. Sang ibu dan pelayannya pun melengos pergi setelah Hinata memberi gestur agar mereka kembali pada kegiatan masing-masing.
399Please respect copyright.PENANAlgaHnQZle0
"Halo?" sapa Hinata pelan dan sopan.
399Please respect copyright.PENANAotdqf2AXXx
"Halo, apa saya sedang berbicara dengan Nona Aozora?" tanya suara di seberang.
399Please respect copyright.PENANAlC7La4YKa5
"Benar, dengan saya sendiri." Hinata menjawab dengan hati-hati. "Kalau boleh tau, ini dengan siapa?"
399Please respect copyright.PENANApWgpSme3MS
"Maaf karena tidak memperkenalkan diri sebelumnya. Ini aku, Setsuna Tsuchiya. Aku dipilih untuk menjadi partner Nona Aozora," lanjutnya disertai nada penuh penyesalan.
399Please respect copyright.PENANABSEuu2dxPv
Tiga jam kemudian, Hinata masih duduk di kursi meja kerjanya sambil menunggu selembar demi selembar file yang tercetak oleh printernya. Pembicarannya dengan Setsuna Tsuchiya juga masih berlanjut, tapi kali ini melalui video conference seperti pertemuan nasional tempo hari. Hinata menggunakan komputernya sebagai media, demikian pula Setsuna. Koordinasi mereka hanya dapat dilakukan dengan cara ini mengingat jarak antara keduanya yang sangat jauh untuk melakukan pertemuan secara langsung. Hinata adalah seorang pegawai tetap yang terikat dengan aturan negara, sementara Setsuna tidak bisa seenaknya pergi karena harus fokus dengan posisinya sebagai calon kepala keluarga berikutnya.
399Please respect copyright.PENANADHAAWRsu0k
"Ah... Hinata enak ya," gumam Setsuna tiba-tiba melalui speaker kecil yang duduk manis di atas rak samping komputer.
399Please respect copyright.PENANA8Oe3MnfTt5
Hinata yang tadinya sedang serius memeriksa lembaran-lembaran di tangannya menoleh bingung. Semakin bingung karena mengetahui kalau Setsuna sedang memandangnya dengan tatapan iri melalui perangkatnya.
399Please respect copyright.PENANAqihhc4qPdp
"Apanya yang enak?" tanya Hinata penasaran.
399Please respect copyright.PENANAXdoWtCWdDn
"Ya enak donk. Berbeda dengan empat Grand Duke lainnya, Grand Duke Aozora adalah satu-satunya yang benar-benar menyesuaikan dengan perkembangan zaman," ujarnya. "Bekerja seperlunya, kaya seperlunya, jadi anak-anaknya tidak perlu menderita sebagai keturunan Grand Duke. Seperti Hinata yang bebas memilih untuk menjadi apa dan hidup seperti apa tanpa harus memikirkan politik dan bisnis keluarga."
399Please respect copyright.PENANAtBm7nX2Mt0
"Jadi itunya yang kamu bilang enak?" Hinata mengambil lembar berikutnya yang baru saja keluar dari mesin printer dan memeriksanya.
399Please respect copyright.PENANAP8yeu51fFL
"Hm..." Setsuna mengangguk lesu. "Bagaimana? Enak kan? Padahal awalnya kupikir aku akan bisa menjalani hidup yang bebas seperti dirimu karena aku hanyalah anak ketiga. Tapi perkiraanku salah telak."
399Please respect copyright.PENANAzqdVxZEILX
Hinata tidak berkomentar, tapi dia mengerti maksud dari keluhan pemuda seusianya itu. Setsuna yang merupakan putra ketiga dari Grand Duke Tsuchiya adalah teman masa kecil Hinata dan merupakan yang pertama. Mereka sangat akrab dan sering bermain bersama sampai kakak Hinata meninggal. Hizashi dan ayah Setsuna yang juga bersahabat sejak kecil masih tinggal di Munteanu saat itu dan belum menerima gelar Grand Duke dari ayah masing-masing.
399Please respect copyright.PENANAUFxoQhWcCQ
Perpisahan mereka dimulai setelah Hinata dan keluarganya pindah ke Corneanu, sekalian Hizashi kembali untuk menggantikan posisi ayahnya yang sudah tua sebagai Grand Duke yang baru. Sementara Setsuna dan keluarganya pindah ke Olinescu, wilayah kekuasaan Tsuchiya yang cukup dekat dengan ibukota Ardeleanu.
399Please respect copyright.PENANAhnP6F8QAA9
Sejak kepindahan itu, mereka nyaris tidak pernah bertukar kabar. Penyebabnya berasal dari kedua pihak, baik dari Setsuna yang sibuk memenuhi ekspektasi ayahnya, maupun dari sisi Hinata yang masih dalam masa pemulihan pasca insiden yang menyebabkan kematian kakaknya. Jarak di antara mereka menjadi sangat lebar selama belasan tahun terakhir ini dan tidak pernah saling bertukar berita.
399Please respect copyright.PENANAM3Vp2GHxxx
Tak disangka Menteri Pertahanan ternyata memperhitungkan persahabatan keluarga Aozora dan Tsuchiya dari generasi ke generasi, sehingga diputuskan bahwa mereka akan menjadi partner dalam tugas ini. Apalagi Aozora dan Tsuchiya itu selalu menjadi partner yang baik di lapangan, jadi tidak heran kenapa Hinata dan Setsuna bisa akrab kembali hanya dalam waktu kurang dari satu jam.
399Please respect copyright.PENANAIvmOl5EN9x
"Oh iya. Ngomong-ngomong, aku belum pernah memberi ucapan belasungkawa," celetuk Hinata kemudian. Setsuna yang tadinya asik menggigit ujung penanya refleks menatap layar komputernya. "Aku turut berduka atas kejadian yang menimpa kedua kakakmu."
399Please respect copyright.PENANAWqbtSZFdH6
Keheningan melanda di antara mereka berdua. Yang terdengar selama beberapa saat hanya suara mesin printer Hinata dan dengkuran kucing peliharaan Setsuna. Suasananya benar-benar canggung sampai seseorang mengetuk pintu kamar Hinata dari luar.
399Please respect copyright.PENANASHq1veq7XN
"Siapa?" tanya Hinata setengah berteriak.
399Please respect copyright.PENANAKq9FDiOkhN
"Saya Ruri, Nona. Anda belum tidur?" sahut seorang pelayan dari luar kamar.
399Please respect copyright.PENANAJs8V74Tvdn
"Belum, aku masih ada kerjaan. Ada apa?"
399Please respect copyright.PENANAGBGppTyx9W
"Nyonya meminta saya agar membawakan cemilan untuk Anda kalau masih belum tidur."
399Please respect copyright.PENANApsriGHUpJM
Setsuna melamun di kursinya, pandangannya tidak lepas dari sosok Hinata yang baru saja beranjak meninggalkan kursi kerjanya untuk mengambil cemilan yang dibawakan pelayan. Samar-samar jidat seksinya mengernyit karena menyadari sesuatu.
399Please respect copyright.PENANAkvNA0Ng6in
"Apa dia selalu sekurus itu ya?"
399Please respect copyright.PENANA68ilo4I9n6
"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Hinata sambil meletakkan cemilannya di atas meja sebelum menduduki kursinya kembali. Sayang dia tidak menyadari kalau pertanyaan mendadak itu membuat sahabat masa kecilnya malah kelabakan parah.
399Please respect copyright.PENANAPmneZ2pTrd
"Ah, tidak kok. Aku hanya bilang kalau kau tidak perlu sampai memberi ucapan belasungkawa begitu," kilahnya. "Lagipula sudah lewat berapa tahun..."
399Please respect copyright.PENANAuUlAURsQ9x
"Kau memberi ucapan belasungkawa saat kakak meninggal," potong Hinata kalem. "Rasanya tidak adil kalau aku tidak melakukannya untukmu."
399Please respect copyright.PENANARtpEkeJ3Wl
"Sepertinya kau banyak berubah ya," celetuk Setsuna kemudian. Respon Hinata hanya berupa lirikan disertai kerutan bingung di kening. "Padahal dulu kau itu bukan orang yang keras kepala loh."
399Please respect copyright.PENANABJ2GXZWeOG
Hinata menghela napas pendek. "Kita masih kelas dua SD saat itu, siapapun bisa berubah setelah dewasa," tandasnya kalem. "Kau juga banyak berubah kok."
399Please respect copyright.PENANAp8Yg3pNYV6
"Benarkah?!" langsung saja wajah ceria Setsuna memenuhi layar monitor Hinata.
399Please respect copyright.PENANAz6M4iSsLNl
"Iya, jadi lebih besar dan sedikit berkurang bawelnya. Aku jadi penasaran dengan sifat nyolot dan ngototmu itu, apa sudah mengalami perubahan juga atau tidak."
399Please respect copyright.PENANAECla4YOX3g
"Hah?! Apa-apaan itu?!"
399Please respect copyright.PENANAsOGTAgurjq
***
399Please respect copyright.PENANAITjrFEJa1k
Saat pagi tiba, Hinata mendapati dirinya ketiduran di meja kerja semalam ditemani print out berserakan di meja sampai ke lantai. Usai mengumpulkan kembali kertas-kertas tersebut dan meninggalkannya di atas meja dalam keadaan tersusun rapi, ia melangkah menuju kamar mandi untuk bersiap ke kantor. Padahal semalam dia hanya bermaksud memejamkan mata sebentar setelah menghabiskan waktu seharian di perpustakaan, tapi malah ketiduran sampai pagi. Akibatnya dia harus pasrah dengan nyeri yang menyerang pinggangnya karena posisi tidur yang tidak benar.
399Please respect copyright.PENANAy7Is1cwR03
Selesai bersiap-siap dan merapikan meja kerjanya, Hinata menyambar ransel dan beranjak menuju ruang makan. Seperti biasanya, sang ayah sudah nongkrong duluan di meja makan ditemani segelas kopi. Ibunya sibuk mempersiapkan sarapan di konter, sementara Hikari pasti masih berada di kamar.
399Please respect copyright.PENANAsY21aNsLTs
Hizashi yang melihat kedatangan putri sulungnya tiba-tiba meninggalkan ruang makan setelah meletakkan gelas kopinya di atas meja. Hinata penasaran, tapi dia tidak mengatakan apa-apa dan memutuskan untuk menunggu sambil menikmati kopi susu hangat yang disiapkan untuknya dan menonton tayangan berita.
399Please respect copyright.PENANAlk3yMYwgw7
Ayahnya kembali tak lama kemudian dengan sebuah kotak paket berukuran sedang. Nyonya Aozora meletakkan sebuah gunting di sebelah gelas kopi Hinata ketika sang ayah meletakkan paket tersebut di atas meja. Di atasnya tertera informasi lengkap sebagaimana resi pengiriman pada umumnya. Dan yang membuat Hinata melongo adalah nama pengirimnya.
399Please respect copyright.PENANAZ8kPw0DK35
"Reiko Hoffman. Bukannya dia putri keluarga Count Hoffman yang bermitra dengan perusahaan milik Grand Duke Arashi?" tanya Hizashi penasaran.
399Please respect copyright.PENANA0Pdhn5FFyU
"Benar, dia orangnya," jawab Hinata sekenanya. "Kapan paket ini datang?"
399Please respect copyright.PENANAiol4ifD23L
"Kemarin pagi saat kamu pergi ke kantor ayah," jawab sang ibu dari arah dapur. "Maaf, kami tidak sempat menunjukkannya padamu karena kamu langsung sibuk dengan Setsuna."
399Please respect copyright.PENANAhYmUoxHIUz
"Bukalah selagi ibumu masih menyiapkan sarapan," usul sang ayah.
399Please respect copyright.PENANARtqUl55IXY
Hinata menurut saja. Saat dia mencoba mengguncang kotak paket tersebut, tidak terdengar suara selain bunyi gemerisik bubble wrap di dalamnya. Daripada penasaran, dia memutuskan untuk mengeksekusi paket tersebut menggunakan gunting yang dipinjamkan oleh ibunya. Setelah kotaknya terbuka, yang terlihat adalah lilitan bubble wrap yang cukup tebal. Hinata harus mengguntingnya agar tidak memakan banyak waktu. Tapi di dalam bubble wrap itu masih ada sebuah paper bag berwarna cokelat.
399Please respect copyright.PENANAwWNF8L3TXT
Pada kedua sisi paper bag tersebut tercetak logo bergambar satu buket melati dengan tulisan Boutique de Jasmin Rouge di bawahnya. Hinata mengernyit bingung karena tidak pernah mendengar nama toko itu sebelumnya. Tapi jika dilihat dari alamat yang tertera di bawah nama tokonya, seharusnya toko ini tidak begitu sulit ditemukan.
399Please respect copyright.PENANAscoKY5alwk
"Apa isinya?" Nyonya Aozora sampai meninggalkan masakannya di atas kompor yang masih menyala saking penasarannya.
399Please respect copyright.PENANANkdQJot71B
Hizashi terlihat sedikit jengkel karena di dalam paper bag tersebut masih ada kotak yang terbungkus kertas cokelat. Yang membuatnya unik adalah kotak tersebut juga diikat dengan tali goni dan terdapat stempel lilin dengan lambang keluarga count di salah satu sisinya.
399Please respect copyright.PENANApRgfqKKq2J
"Hm... estetik sekali ternyata," gumam Hizashi kagum.
399Please respect copyright.PENANAatJoZi1oAk
Last but not least, setelah merobek pembungkusnya tanpa ampun dan menyingkirkan kotaknya, Hinata meletakkan benda yang sudah dinanti di tengah meja agar semua orang bisa melihatnya dengan jelas. Sebuah bola salju yang sangat lucu. Di dalamnya terlihat seperti sebuah bukit dengan satu batang pohon di puncaknya. Yang membuatnya semakin lucu adalah figur kecil sepasang kekasih yang berdiri di bawah pohon sambil berpegangan tangan. Sedangkan pada dudukannya tertempel plat logam berwarna keemasan, nama Hinata terukir di permukaannya bersama tanggal lahirnya lengkap dengan ornamen yang membingkai. Pasangan orangtua dan anak itu tampaknya sangat mengagumi detail di dalam bola kacanya.
399Please respect copyright.PENANAhU31E2FnpO
"Indahnya," celetuk Nyonya Aozora tidak kalah kagumnya. "Aku tidak pernah melihat bola salju sebagus ini."
399Please respect copyright.PENANAJWj4vovkzP
"Kau benar, Sayang. Mungkin sengaja dipesan custom," Tuan Aozora menimpali. "Sepertinya itu hadiah ulang tahun untukmu, Hinata."
399Please respect copyright.PENANAixn0VfnE57
"Heh?" Hinata memandang ayahnya keheranan. "Padahal kan masih ada beberapa lagi."
399Please respect copyright.PENANAF6pcbgCagf
"Kenapa harus ditunggu sampai hari H kalau bisa lebih cepat? Lagipula, tidak mudah memperkirakan sampai berapa lama waktu yang dibutuhkan pihak ekspedisi untuk menyampaikan kirimanmu," ujarnya. "Bisa jadi tidak tepat waktu atau malah terlambat. Kan tidak seru kalau hadiahnya datang belakangan? Lebih baik kecepatan daripada kelamaan."
399Please respect copyright.PENANAbnErlCaBIQ
"Ayah benar. Disini ada kartu ucapannya kok." Hinata menunjukkan sebuah kartu ucapan berwarna merah marun yang tampak sederhana namun elegan. "Padahal baru saja aku ingin membeli satu sebelum masuk musim dingin."
399Please respect copyright.PENANAHft0B85YYV
"Ayah jadi penasaran. Apa hubunganmu dengan putri Count Hoffman sedekat itu?" tanya Hizashi setelah puas melihat putrinya berbinar-binar. "Sampai memberikan hadiah sebagus ini untuk ulang tahun?"
399Please respect copyright.PENANAbBTfrhrPVQ
Hinata berhenti memperhatikan hadiahnya dan kembali menegakkan punggungnya. "Kalau dibilang intim sih, tidak juga. Kami hanya akrab sebatas senior dan junior di kampus."
399Please respect copyright.PENANALhGkyKs2zN
"Mungkin Reiko itu memang anak yang baik," celetuk Nyonya Aozora sambil meletakkan sarapan di atas meja. Hinata pun berinisiatif membantu ibunya.
399Please respect copyright.PENANATDYP11J6qj
"Yang kulihat memang begitu. Dia gadis yang ramah dan disukai semua orang. Tohru juga akrab dengannya."
399Please respect copyright.PENANAg2KCLwGgxH
Hizashi yang tadinya hendak menyesap kopinya langsung berhenti. "Benar juga, mereka memang sudah akrab sejak kecil. Sama seperti kamu dan Setsuna," duganya. "Dia pasti bersikap baik padamu juga karena kamu adalah calon istrinya Tohru."
399Please respect copyright.PENANAhalF5MibVu
"Kurasa begitu." Hinata tersenyum sambil memasukkan kembali bola salju tersebut ke dalam kotaknya. "Sebaiknya aku menyimpannya dulu di kamar."
399Please respect copyright.PENANA4uvhtKedDG
"Sudah lama aku tidak melihatnya sesenang itu," gumam Nyonya Aozora selepas kepergian Hinata menuju kamarnya di sayap kanan.
399Please respect copyright.PENANASLU8qqo2pQ
Hizashi melirik istrinya sebentar lalu menyesap kopinya kembali. "Mau bagaimana lagi? Dia anak yang terlalu menahan diri, sampai aku tidak tau apa yang benar-benar dia inginkan bahkan sebagai hadiah ulang tahunnya sendiri," ujarnya sedih.
399Please respect copyright.PENANAsSPa9kxSOL
"Ayah benar, dia selalu menerima apapun yang kita berikan tanpa berkomentar," Nyonya Aozora menambahkan. "Entah sampai kapan Hinata akan menjadi pribadi yang suram seperti itu."
399Please respect copyright.PENANAHo03k4J7KP
"Entahlah. Seorang anak yang tidak memiliki ambisi di dalam hidupnya ternyata tidak kalah merepotkannya."
399Please respect copyright.PENANAGBZczshoJM
***
399Please respect copyright.PENANAIxkVxiFxoP
Pertengahan jam istirahat di rumah sakit pertama kota Corneanu, Hinata sedang menghabiskan jam istirahat di depan kerjanya ditemani ramen pedas instan. Selagi menunggu mie siap untuk dimakan, dia menyempatkan diri untuk membaca ulang dokumen yang dikirimkan oleh Setsuna semalam. Karena mereka kebagian tugas mengurus pilar kedua, maka Setsuna mengirimkan informasi terkini mengenai keberadaan pilar kedua tersebut sebagai persiapan awal. Jauh sebelum keputusan Kaisar diumumkan, Grand Duke Homura sudah terlebih dahulu mengumpulkan informasi tentang kedua pilar yang kemudian dibagikan kepada para Grand Duke Muda.
399Please respect copyright.PENANAI2EEEgyz7M
"Grand Duke Homura benar-benar mantap," gumam Hinata sedetik sebelum menyesap tehnya.
399Please respect copyright.PENANAKhwHKocszZ
Dari pengakuan Setsuna sendiri, itu masih informasi dasar. Berikutnya, mereka bertugas mengorek sebuah informasi dari para pilar setelah berhasil meyakinkan mereka. Tapi kalau dipikir-pikir, apa mereka mau bekerjasama dengan manusia yang tidak dapat mereka percaya? Secara kan, sebagian besar manusia itu munafik dan cenderung lebih mementingkan diri sendiri. Para pilar tentu sudah menyadari hal ini sejak dahulu kala, apalagi mereka disebut-sebut sebagai seirei paling bijak dalam sejarah kekaisaran sekaligus saksi perang hitam satu milenium yang lalu.
399Please respect copyright.PENANA4wq13tp07c
"Kecuali jika Grand Duke Homura benar-benar yakin dengan rencananya," gumamnya lagi. "Kalau begitu, kira-kira apa yang membuatnya begitu yakin bahwa kedua pilar akan bersedia mengulurkan tangannya kepada manusia? Pastinya bukan karena mereka juga pernah menjadi manusia kan?"
399Please respect copyright.PENANA3ZfkqH2qG0
Setelah menghabiskan ramennya, ponsel Hinata tiba-tiba berdering di atas meja. Usai membuang kemasan ramennya di tempat sampah, Hinata melongokkan kepala untuk melihat nama penelponnya. Nama Setsuna tertera dengan jelas di layarnya membuat gadis itu mengerutkan kening.
399Please respect copyright.PENANAnQWiQeFXXQ
"Kenapa dia menelpon di jam kantor?" batinnya sambil menjawab panggilan tersebut. "Halo?"
399Please respect copyright.PENANAiqTnudd85s
"Halo? Hinata?" tanya suara di seberang.
399Please respect copyright.PENANALZGai3d80y
"Iya, ini aku. Mentang-mentang sedang libur bukan berarti kau bebas mengganggu orang yang sedang bekerja ya," omel gadis itu sedikit jengkel.
399Please respect copyright.PENANAXl7P9CQZlK
"Maafkan aku, tapi aku sedang ada di depan tempat kerjamu soalnya."
399Please respect copyright.PENANAPh6mkx7HtP
"HAH?!"
399Please respect copyright.PENANATHxF6CuXa8
Hinata melangkah tergesa-gesa menuju lobby rumah sakit. Sesekali dia harus meladeni sapaan orang-orang yang berpapasan dengannya untuk jaga imej, khususnya kepada beberapa senior yang mengenalinya sebagai putri sulung keluarga Aozora. Itu sebabnya dia tidak suka meninggalkan ruang kerjanya begitu tiba di rumah sakit.
399Please respect copyright.PENANAznn9eQiLBP
Memasuki kawasan lobby yang ramai sejak memasuki jam besuk, Hinata menemukan sosok yang dia cari di antara beberapa pengunjung yang duduk di salah satu bangku sambil memainkan ponselnya. Untungnya tidak terlihat mencolok dan sikapnya biasa saja, duduk menunggu sambil mabar game.
399Please respect copyright.PENANARsUjixFZNd
Menyadari dirinya sedang diperhatikan, kepalanya otomatis mendongak tepat mengarah pada Hinata yang sedang melangkah menghampirinya. Dia langsung berdiri menyambut kedatangan gadis itu dengan senyum cerahnya, tanpa sadar membuat wajah perempuan lain di sekitar memerah bak kepiting rebus saking gantengnya.
399Please respect copyright.PENANAIgovtWaNoR
"Sudah lama menunggu?" tanya Hinata dingin.
399Please respect copyright.PENANAL57zuOj4eU
"Tidak juga, aku baru masuk," kilah Setsuna sambil mengerlingkan mata. "Hm... apa memang begitu caramu menyambut teman lama?"
399Please respect copyright.PENANANqNqQHFT1E
"Bukankah sudah kubilang? Ini jam kerja, kenapa tidak langsung ke rumah dan malah mampir kesini?" tukas Hinata sedikit kesal. "Dengan begitu, Ibu bisa menjamu makan siang untukmu."
399Please respect copyright.PENANAKlYTPqWwkI
"Aku tidak tau alamat persisnya karena kediaman Aozora berada di atas bukit yang dikelilingi barrier," ujar Setsuna berdasarkan fakta. "Takutnya aku nyasar, jadi sekalian mampir saja. Lagipula sejam lagi waktunya pulang kan?"
399Please respect copyright.PENANADpZ8F3Xxv6
Hinata hanya menghela napas lalu melihat jam tangannya. Yang Setsuna katakan memang benar, waktu hampir menunjukkan jam satu siang. Sepertinya dia tidak bisa lembur hari ini.
399Please respect copyright.PENANAWZ9ljJ3wai
"Ya sudah, sebaiknya kau ikut ke ruanganku. Kau bisa istirahat disana sampai jam pulang," paksa Hinata sambil meraih pergelangan tangan Setsuna, bersiap menyeretnya ke arah dimana dia datang tadi.
399Please respect copyright.PENANACf5wI6IGhN
"Eh? Memangnya boleh? Aku bisa tunggu disini kok," tolak pemuda itu halus.
399Please respect copyright.PENANAu3nk0GXWEZ
"Boleh, rekan-rekanku saja biasa membawa anak mereka ke kantor," tandas Hinata bersikeras.
399Please respect copyright.PENANAUaBts5QKlp
"Lah itu kan anak-anak, Hinata!? Lagipula, bukannya tidak boleh membawa anak di bawah usia dua belas tahun ke rumah sakit?"
399Please respect copyright.PENANAp2xYRKFuuy
"Memangnya aku punya hak mengatur mereka?! Sudah, jangan banyak bacot!"
399Please respect copyright.PENANASlHXeFttYm
Setsuna yang tidak pernah melihat Hinata dewasa menunjukkan ekspresi geram seperti itu akhirnya ciut juga. Sambil menutupi wajahnya menggunakan topi, dia mengekor di belakang Hinata yang tidak kunjung melepaskan pegangannya. Kelihatannya jadi seperti anak kecil yang baru saja dimarahi ibunya.
399Please respect copyright.PENANA7F1NFYQzZX
Tepat sebelum meninggalkan lobby, mereka berpapasan dengan seorang pemuda misterius yang datang dari arah ruang perawatan. Dia memakai pakaian serba putih, mulai dari topi, jaket sampai celana dan sepatu. Hinata yang berjalan paling depan sempat tersedot perhatiannya karena rambut hitam legam yang dimiliki pemuda itu dan seringai menyebalkan di wajahnya terlihat tidak asing. Saat Hinata hendak menegurnya, seseorang lebih dulu mengalihkan perhatiannya.
399Please respect copyright.PENANAmEbDuBVHDV
"Loh? Aozora?" sapa seorang dokter muda yang berdiri tepat di hadapannya. Di dada kanannya tersemat papan nama bertuliskan Yahiko Grevier. Hinata dan Setsuna sempat mengerjap beberapa kali karena tidak menyadari kedatangannya. "Tidak biasanya aku melihatmu berkeliaran di luar ruanganmu."
399Please respect copyright.PENANA6R3zsFDax2
"Aku kedatangan tamu. Dia tidak tau jalan menuju rumahku, jadi aku menyuruhnya mampir kesini," dustanya sambil menepuk-nepuk pundak Setsuna.
399Please respect copyright.PENANAmXLY0JAvNw
"Begitu ya?" dokter muda tampan itu tersenyum penuh arti. "Temanmu?"
399Please respect copyright.PENANAuN1bXMkrPy
Hinata melirik Setsuna sebentar lalu mengangguk mengiyakan. "Iya, kami sudah berteman sejak kecil."
399Please respect copyright.PENANAtn047R3Xor
"Kalau tidak keberatan, sebaiknya Anda biarkan kami pergi karena Hinata masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum pulang," potong Setsuna tiba-tiba. Pemuda itu tidak bisa menyembunyikan raut dongkolnya ketika dia balik menyeret Hinata meninggalkan Dokter Grevier yang hanya bisa melongo melepas kepergian mereka. "Permisi."
399Please respect copyright.PENANAcL5oU8nWfQ
Baru saja mereka mendekati lorong menuju ruang kerja Hinata, sebuah ledakan energi membuat dua sahabat itu seketika mematung di tempat. Tidak ada reaksi dari orang-orang di sekitar sampai Setsuna tiba-tiba mengambil tempat di hadapan Hinata seakan ingin melindunginya. Dan belum sempat gadis itu bertanya, sesuatu yang besar melesat jatuh dari atas, menjebol atap lobby yang terbuat dari kaca dan mendarat di lantai lobby dengan keras.
399Please respect copyright.PENANAEFubXhtkdI
"Bunuh diri?" Setsuna mengerutkan kening saking bingungnya.
399Please respect copyright.PENANAn0uSCHJhdU
Dua orang security pelan-pelan menghampiri mayat yang terkapar bersimbah darah di tengah-tengah lobby untuk memeriksa kondisinya. Dari posisi berdirinya saat ini, Hinata bisa melihat kalau itu adalah tubuh seorang lelaki paruh baya. Tubuhnya rusak setelah jatuh dari ketinggian ditambah luka yang disebabkan oleh serpihan kaca atap lobby. Dan apa itu yang mencuat keluar dari sela-sela rambutnya?
399Please respect copyright.PENANABNhXilmgA5
"Tanduk?" Hinata terpaku.
399Please respect copyright.PENANA2O4oSXz5Re
"Bagaimana kondisinya?" tanya Dokter Grevier sambil melangkah mendekati tubuh tersebut.
399Please respect copyright.PENANA2ExVB93S0G
"Mati di tempat, dok-" jawaban salah satu security terpotong karena sebuah tangan hitam berkuku runcing yang menembus perutnya dari belakang.
399Please respect copyright.PENANAJYPCDqryqM
Semua orang yang menyaksikannya masih membeku bahkan ketika tangan hitam itu kembali tertarik ke belakang, membiarkan tubuh si security roboh ke lantai begitu saja sebelum menebas leger security yang lain hingga kepala dan tubuhnya terpisah. Jeritan histeris pun langsung mengudara mengawali kekacauan siang itu. Para pengunjung dan petugas berlarian menyelamatkan diri secepat yang mereka bisa, sementara Hinata dan Setsuna beserta Dokter Grevier masih mematung di tempat masing-masing.
399Please respect copyright.PENANAVNfwxfOcsr
Sepertinya mereka harus percaya bahwa mayat yang tadinya jatuh dari ketinggian telah bangkit menjadi yuurei. Itu adalah akhir yang pasti bagi seseorang yang melibatkan diri dengan iblis. Hidup atau mati, mereka pasti akan berubah menjadi yuurei. Dan semakin banyak manusia yang mereka makan, maka semakin dekat mereka dengan perubahan menjadi seirei. Sebuah entitas yang tidak kalah mengerikannya dengan para iblis itu sendiri.
399Please respect copyright.PENANAWBT9MOVE1m
Dilihat dari wujudnya, yuurei yang mereka hadapi saat ini baru pertama kali mengalami perubahan. Sepertinya dia adalah tipe 'pengikut' setia yang akhirnya mati dan menerima perubahan di luar kendali. Dan biasanya, ini adalah tipe yang paling merepotkan meskipun masih berada di awal perubahan.
399Please respect copyright.PENANAR1dVsqDcKA
Wujudnya masih didominasi oleh bentuk aslinya sebagai manusia. Hanya ditambah sepasang tanduk banteng dan ekor besar mirip buaya. Bentuk tangannya hanya mengalami perubahan pada kuku, sementara kakinya dalam proses transformasi menyerupai kaki belakang kambing.
399Please respect copyright.PENANAEDCuCffjGW
Tidak ada yang terdengar selama beberapa saat, kecuali suara kunyahan yuurei yang sedang menikmati daging kedua security yang baru saja dia bunuh. Sementara Setsuna dan Hinata membantu evakuasi agar semua orang tetap menjaga jarak aman, Dokter Grevier mengambil langkah maju sambil mengeluarkan sebuah pemantik dari dalam saku celananya dan mengarahkannya pada yuurei tersebut.
399Please respect copyright.PENANAbd6e35f5Xh
"Pembukaan Penghalang," celetuk Dokter Grevier sambil menyalakan pemantik apinya. "Lingkaran Api!"
399Please respect copyright.PENANAqXsqL4Z5QC
Saat Dokter Grevier melemparkan pemantik tersebut ke lantai, apinya langsung berubah warna menjadi biru transparan dan menyebar membentuk lingkaran yang mengelilingi si yuurei. Walaupun apinya tidak besar dan bisa dilangkahi, mata Setsuna dan Hinata bisa melihat wujud aslinya yang menyerupai jeruji besi melingkar. Salah satu penghalang dasar untuk menahan pergerakan yuurei.
399Please respect copyright.PENANAvPYV55OH12
Namun mereka menyadari kemudian, bahwa untuk menghalangi yuurei satu ini dibutuhkan lebih dari sekedar penghalang dasar. Makhluk mengerikan itu seperti menyadari bahwa seseorang sedang mencoba menghalanginya. Dia tiba-tiba berdiri dan berlari ke arah Dokter Grevier, tapi terantuk dinding penghalang. Seolah tidak mau menerima kenyataan, ia mengamuk sambil terus menyerang penghalang Dokter Grevier dengan membabi buta hingga pemuda itu kewalahan mempertahankan bentuk penghalangnya.
399Please respect copyright.PENANAR2zpgeLRYX
"Dia bisa mati jika kita tidak bertindak," celetuk Hinata dari belakang setelah melihat darah kehitaman mengalir keluar dari salah satu lubang hidung dokter muda tersebut.
399Please respect copyright.PENANATkJrix5LCL
Setsuna hanya menatapnya sebentar lalu menghela napas. Dia ambil sesuatu dari balik jaketnya lalu dijejalkan ke tangan Hinata, sebelum ia melangkah mendekati box merah di belakang mereka dan memecahkan kacanya untuk mengambil kapak besar di dalam.
399Please respect copyright.PENANAdU9WXdwceN
"Ingat, jangan sampai terluka," ucapnya seraya berlalu di sebelah Hinata menuju penghalang.
399Please respect copyright.PENANAqvyiW54tGm
Hinata memeriksa peluru Beretta di tangannya lalu tersenyum. Ketika dia menatap punggung Setsuna jauh di depan sana, rasanya jadi teringat masa lalu. Hari dimana mereka bermain-main untuk terakhir kalinya sebelum berpisah. Posisinya persis seperti ini, dengan sesosok yuurei yang tengah menatap mereka dengan air liur menetes di dagu. Hinata tidak akan melupakan kejadian yang membuat mentalnya semakin hancur setelah kematian kakaknya.
399Please respect copyright.PENANAeoSIwfSH4s
"Tentu saja. Aku pun tidak akan membiarkanmu terluka, teman goblok."
399Please respect copyright.PENANALEjB2Ye1Eh
Bersambung....
ns216.73.216.224da2