/story/70124/senyum?v=mobile
Senyum | Penana
arrow_back
Senyum
more_vert share bookmark_border file_download
info_outline
format_color_text
toc
exposure_plus_1
Search stories, writers or societies
Continue ReadingClear All
What Others Are ReadingRefresh
X
Never miss what's happening on Penana!
G
Intro Table of Contents Comments (0)

Setiap hari hatiku dilanda kesusahan,jalanku pun lunglai seperti tiada harapan,langit seakan bertopang di pundakku.Ingin rasanya aku lari entah kemana,namun aku tak bisa meninggalkan anak ku.Dan aku malu bila harus berpisah dengan suamiku,aku ingin memiliki keluarga yang utuh,membesarkan anak bersama sama.Namun banyak hal hal yang membuat aku seakan tidak sanggup untuk melanjutkan hidup dengannya.

Suatu ketika aku memberanikan ini bicara dengan suamiku

"Mas aku ingin berpisa dengan kamu"

"Silahkan kalau kamu mau berpisah,tapi tabungan dan barang barang semua yg ada disini jadi milikku"

Saat itu akupun terdiam tak bicara,dan memutuskan untuk tidak melanjutkan pembicaraan.Katakanlah aku matre,iya aku memang matre,saat aku memutuskan untuk menikah dengannya pun aku melihat secara logika,bahwa hidupku dengannya tidak akan kesulitan ekonomi,di desanya suamiku termasuk keluarga terpandang dengan rumah yang paling megah berdiri disana,lengkap dengan mobil dan pabrik kerupuknya dengan beberapa karyawan.Apalagi ketika mamanya menjanjikan akan membelikan sebuah rumah saat kami menikah nanti.Namun ternyata logika tidak selalu benar,mimpi tentang indahnya pernikahan pun lenyap seketika.

Sebelum aku menikah dengannya aku bekerja dan dia baru lulus kuliah,sampai

Show Comments
BOOKMARK
Total Reading Time:
toc Table of Contents
No tags yet.
bookmark_border Bookmark Start Reading >
×


Reset to default

X
×
×

Install this webapp for easier offline reading: tap and then Add to home screen.