“Krek… krek.. krek.”
Aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara seperti seseorang sedang mencoba membuka pintu kamarku. Aku intip melalui jendela tidak ada siapa-siapa.
“Lagi?” Keluhku dalam hati. Karena aku sangat ngantuk, aku tidak mempedulikannya dan kembali tidur.
“Srek….”
Aku kembali terbangun, terdengar jelas olehku seperti suara gesekan besi dengan keramik. Suara itu semakin dekat, semakin dekat, dan berhenti tepat di depan kamarku. Aku sadar ini pasti ulah manusia yang waktu itu menyenggolku dikantin. Kuberanikan diri untuk menghampirinya dengan berbekal pisau kubuka pintu.
“Tong!” Suara pipa besi mengenai kepalaku.
Aku terjatuh kepalaku sakit, tangan orang tersebut menggegam bajuku dan menarikku untuk berdiri. Sepintas aku melihat orang ini menggunakan topeng maling yang hanya memperlihatkan mata hidung dan mulutnya saja. Hidungku dipukul olehnya, yang kurasakan ada cairan keluar dari hidungku, aku tak bisa melihat apakah itu. Badanku dibanting olehnya, kepalaku terbentur keras dengan lantai. Kepalaku terasa semakin sakit, aku terkapar lemas dibawahnya. Badanku ditendang-tendang, kepalaku diinjak injak. Aku sudah tidak bisa merasakan apa pun selain rasa sakit yang sangat luar biasa dikepalaku. Agak samar terlihat olehku dia sedang keluar, aku pun berdiri dan mengambil pisau yang jatuh tadi kubawa dan kembali pura-pura terkapar.
Dia kembali menghampiri dan meludahiku. Tangannya kembali mencoba menarikku hingga aku terbangun. Saat itu juga aku sayat tangan dia dengan pisau, dia meringis kesakitan. Aku pun berdiri dan kembali menyerangnya dengan pisau. Ternyata dia lebih kuat dari yang aku pikirkan, saat aku mencoba menusuknya. Tangannya menahan tanganku dan ditendang tanganku hingga pisau itu terjatuh. Tanganku ditarik kebelakang hingga patah. Aku teriak sekeras mungkin, tapi mulutku dibungkam olehnya menggunakan kain. Badanku ditendang, aku terkulai lemas merengek kesakitan. Dia mengikat kain itu memutar pada mulutku, aku tidak bisa bersuara. Kepalaku kembali ditendang olehnya. Aku tersungkur tak sadarkan diri.
“Sudah bangun kamu ya.” Suara dari orang itu dan kulihat dia sudah tidak menggunakan topengnya. Kuperhatikan lagi, ternyata itu Ben.
“Kamu kaget ya? Kamu ingat, dengan teman yang kamu bully waktu SMA, kamu ikat dia dipohon dan kamu telanjangi dia. Saat itu kamu merasa sangat senang. Orang itu adalah aku. Aku adalah Joko, setelah kamu bully waktu itu aku sering memperkuat badanku dengan tujuan membalaskan dendamku kepada kalian semua!”
“Tolong Ko maafin aku, aku tau aku salah tapi tolong jangan bunuh aku. Aku bakal ngelakuin apa aja agar bisa kamu maafin Ko.”
“Aku tidak peduli, sekarang kamu lihat pedang ini. Pedang ini yang sudah membunuh teman-temanmu semua, warna merah pada kain ini adalah darah mereka semua. Sekarang tinggal kamu Roy.” Ucap Ben sambil menempelkan pedang itu di pipiku.
“Ampun Ko aku gak mau mati.” Aku nangis namun suaraku tertahan oleh kain yang ada dimulutku.
“Tolong lepasin aku.”
“Aku mau kamu membayar semuanya.” Joko mengikatku dikursi, bajuku dilepas olehnya yang tersisa hanyalah celana kolorku.
“Kamu ingat, waktu itu kamu menelanjangiku seperti ini!” Mukaku diludahi olehnya.
“Dulu kamu sering mengotori seragamku, sekarang saatnya aku mengotori badanmu dengan darahmu, Ha ha ha..”
Pedang itu mulai menyayatku dari tangan, kaki, perut berkali-kali. Aku tidak bisa melakukan perlawanan. Ia memegang tanganku dirobeknya kulitku dan ditarik menggunakan pedangnya. Kulit tanganku habis tak tersisa, aku menangis tak kuat menahan rasa sakit. Telingaku dipotong olehnya, mata kananku ditusuk, dan perutku ditusuk dan dirobek olehnya. Yang terakhirku lihat adalah seluruh organ tubuhku keluar semua.
ns18.190.217.76da2