Aku nge-kos dekat dengan kampus. Ini pun beruntung karena saat aku kesini hanya tersisa satu kamar kosong yang belum ditempati. Sangat susah memang mencari kamar kos dekat kampus karena banyak juga anak-anak kuliah yang mencarinya.
Bangunan kontrakan ini cukup besar, terdapat dua lantai dengan enam kamar yang terdapat pada tiap lantai. Kebetulan aku menempati kamar di lantai atas dan paling pojok. Tidak menjadi masalah bagiku, justru enak karena tidak terlalu terganggu dengan kamar lain.
“Anyar didieunya?”1 Tanya seseorang saat aku sedang berjalan menuju kamar.
“Nuhun kang.”2
“Oh kitu, di kamar sabahara?”3
“Dua belas kang.”
“Ulah nyebut akang atuh, urang oge didieu anyar. Panggil we Ben.”4
“Wee! Malah ngalamun atuh.”5 Sambungnya.
“Hampura Ben, urang Roy. Tiheulanya urang arek ka kamar beberes.”6
Saat berjalan menuju kamar aku memikirkan kembali hal yang tadi kupikirkan, tampang Ben mirip seperti Joko teman yang sering aku bully dulu, tapi perawakannya sih beda. Ben berbadan atletis sedangkan Joko dia kurus kering. Ah sudahlah, aku malas memikirnya. Aku pun mempercepat langkahku.
*
*1 “Baru disini ya?” , 2 “Iya bang.” , 3 “Oh gitu, di kamar berapa?”
4 “Jangan bilang bang, panggil aja Ben.” , 5 “ Wee! Kok ngelamun sih.” , 6 “Maaf Ko, aku Roy. Aku duluan ya mau ke kamar bersih-bersih.”
ns18.218.245.163da2