/story/58312/bunga-matahari/toc
BUNGA MATAHARI | Penana
arrow_back
BUNGA MATAHARI
more_vert share bookmark_border file_download
info_outline
format_color_text
toc
exposure_plus_1
Search stories, writers or societies
Continue ReadingClear All
What Others Are ReadingRefresh
X
Never miss what's happening on Penana!
G
Completed
BUNGA MATAHARI
this_Andromeda
Intro Table of Contents Comments (0)

 Celah udara berubah mengikuti perputaran bumi yang membuntuti matahari karna takut ditinggalkan. Lembar kalender tersobek, menampilkan bulan kesebelas yang tercoret tinta merah ditanggal akhir, bulan terakhir dimana dedaunan momiji kering menguasai pelataran rumah dengan menjengkelkannya karna harus selalu disapu ulang. Tiga puluh lagi rotasi bumi akan datang, menjadi penutup tahun yang akan terlewat. Devisi langit begitu sibuk menyiapkan perlengkapan yang akan menjadi awal kembalinya bumi memutari matahari juga mempersiapkan musim dingin yang akan segera merajai. Bersliweran sok sibuk hilir mudik, melakukan apapun agar tak terkena semprot atasan, pikiran semua bawahan memang selalu sama.

Disebuah ruangan dengan banyak lorong yang berupa kaca es didominasi pendar ungu bercampur biru mengisi udara. Ditengah ruangan empat Kapten Devisi terduduk memutari meja oval yang diujung vertikal atas terduduk sang Ketua Tertinggi.
  “Kapten Timur, apa semuanya sesuai jadwal?” pria tua berambut putih dangan janggut panjang yang sewarna bertanya lirih namun tegas pada pria disisi kirinya. Baju jirah emas yang melekat pada tubuh pria itu menampilkan sisi tak terhancurkan.
  Pria dengan helai pirang disisi kiri terdiam. Jirah perak membuat tubuh kokohnya semakin mempesona. Pria itu berdeham beberapa saat kemudian sebelum menjawab, “Karna perputaran dari tahun ke tahun semakin terlambat, tahun ini pun akan terlambat untuk memulai musim dingin Ketua.” 
Sang Kapten dengan helai pirang itu menampakan wajah menyesalnya. Kembali sebagai pemimpin Kapten Devisi dia merasa gagal menjalankan tugas.
  Terdengar decihan dari kursi sebelah kanan nomor dua. Disana satu-satu nya wanita dengan helai putih gelombang pendek menatap mencemoh kearah sang Kapten Timur. “Aku harus mengundur musimku lagi? Dan akan berakhir dengan pengurangan kembali, benar?” wajah cantik itu menatap pria bersurai pirang jengkel, tahun lalu Devisinya hanya mendapat dua bulan untuk musim dingin.
  “Semua musim mengalami pengunduran Utara.”
  “Ya, dan kau tak pernah mendapat pengurangan, musim mu selalu menyenangkan ya, Selatan?” ucapan sinis kembali terlontar dari sang Kapten Utara, kali ini diperuntukan kepada pria berambut biru lembut disebelahnya. Sedangkan sang Kapten Selatan hanya menghela nafas, pria dengan wajah tenang itu berusaha agar tak terpancing.
  “Maaf untuk itu Utara, ditahun yang akan datang kau bisa mengambil bagianku hingga bagianmu tak berkurang kembali.”
  “Tidak, terima kasih Kapten Barat, kau tak usah merepotkan dirimu sendiri, aku tak membutuhkan rasa kasihan.” Wanita berhelai putih dengan jirah perak kembali menyahut dengan tak kalah sinis dari yang sebelumnya kepada pria berambut coklat disebrang meja.
  “Semuanya sudah terjadi, keterlambatan ini tak terhindarkan Utara.” Sang Ketua Tertinggi membuka suara, matanya menatap wanita disisi kanannya.
  “Setidaknya berilah keadilan untukku.” Wanita itu menatap sang Ketua Tertinggi.
  Pria tua berjirah emas itu menghela nafas. “Apa yang kau inginkan untuk keadilanmu?”
  “Aku ingin sebulan bagian selatan menjadi milikku.” Ucapan arogan itu membuat semua yang berada diruang rapat Devisi tertinggi berdiri dari tempat duduknya. 
  “Itu tidak mungkin Utara, empat bulan musim dingin?” tatapan tajam sang wanita mengarah pada Kapten Timur.
  “Aku meminta keadilanku.” Tekan wanita itu lagi pada sang Ketua tertinggi yang hanya menatapnya nanar.

Show Comments
BOOKMARK
Total Reading Time: 18 minutes
toc Table of Contents
bookmark_border Bookmark Start Reading >
×


Reset to default

X
×
×

Install this webapp for easier offline reading: tap and then Add to home screen.