kenapa aku seperti ini?,, kenapa?,, apa sebarnya yang telah ku lakukan terhadap makhluk tak kasat mata itu?,, mengapa mereka menginginkan ku untuk di bawah ke alamnya?..
pertanyaan yang tanpa henti berputar di dalam kubangan otak yang ku miliki seolah menarikku tenggelam untuk meresapi semua yang ku pikirkan tentang para makhluk tak kasat mata yang berbuat ulah.
selepas dari menghirup udara segar bersama Bastian, aku memilih untuk singgah di sebuah cafe yang tak jauh dari rumah. Disini mungkin lebih baik dari pada di rumah, pikirku.
suasana cafe yang begitu tenang membuat tubuhku rileks untuk sementara, sambil menikmati segelas Teh panas yang di campur dengan madu aku memandang kearah taman yang berada tepat di samping cafe ini. Tamannya begitu indah, di penuhi dengan beberapa macam bunga yang berwarna-warni entah itu buka jenis apa aku juga tak tahu.
cafe ini sangat ramai tapi tidak seberisik di tempat lain, mungkin orang-orang yang mampir adalah para penikmat keheningan tapi tidak dengan kedua remaja yang baru saja masuk, mereka sangat berisik entah apa yang mereka perdebatkan sampai tak memperhatikan para orang-orang di sini menatapnya dengan tatapan tajam.
"permisi kak, boleh kami duduk di sini?" tanya salah satu dari mereka kepadaku.
"oh, tentu saja."
"terima kasih kak."
jangan heran kenapa mereka duduk semeja denganku, pasalnya semua meja penuh hanya mejaku saja yang perlu di isi soalnya aku hanya sendiri.
tak apa itung-itung mereka menghiburku dengan celotehan ala remaja.
mereka berdua sedang asik hahaha hihihih tanpa peduli aku masih ada di depannya, sampai mereka berdua berubah menjadi serius yang di buktikan dengan raut muka mereka yang berubah drastis, tidak ada tawa cekikikan ataupun guraun yang tadi sempat ku dengar sekarang mereka berdua mengeluarkan sebuah buku tulis dari tas mereka untuk di perliharkan masing-masing. aku yang penasaran dengan hal apa selanjutnya yang akan di lakukan dua remaja perempuan ini tanpa sadar mencuri pandang kearah mereka.
"kamu sudah tau kan apa penyebab Mirna meninggal?" tanya remaja yang rambutnya di kepang dua
"iya, aku sudah menyelidikinya dan itu sudah di pastikan bahwa jiwanya di jadikan tumbal untuk iblis."
mendengar kata iblis di ucapkan tanpa sadar mataku melotot dan memandang kearah mereka berdua dengan perasaan takut.
"kak, kak, halooo kakak kenapa?" tanya salah satu dari mereka sambil mengibas-ngibaskna tangannya kerahku.
"saya tidak apa-apa, maaf sebelumnya kalian sedang membahas iblis?, tumbal?, jiwa?, mati?, maksud kalian apa."331Please respect copyright.PENANAsymijY2CKH
setelah aku menanyakan pertanyaan itu mereka berdua hanya diam, lalu perempuan dengan kacamata minusnya berbisik ketemannya yang berkepang.
entah apa yang di bisikkan temannya itu, tapi tiba-tiba mereka berdua berdiri lalu berlari keluar dari cafe ini dengan tergesa-gesa sampai lupa membawa buku yang telah mereka keluarkan tadi.
"aku harap bisa bertemu mereka lagi." desahku sambil mengambil buku mereka yang tertinggal
aku membuka buku yang ku pegang berharap ada nama atau nama sekolah yang tertera di buku itu.
gotcha!!,, ada jadi namanya Andini , kelas 11 ips di SMA Airlangga.
aku tersenyum setelah mengetahui nama dari pemilik buku yang tertinggal dan mataku seketika membulat membaca kalimat yang tertulis di halaman pertama buku itu.
"DIAM ATAU MATI, MEREKA DI BELAKANGMU."
Kalimat yang berisi peringatan itu sontak saja membuatku menoleh kebelakang untuk memastikan apakah benar ada yang mengikutinya atau tidak.331Please respect copyright.PENANAuiLuLa9rsF
tak menunggu waktu lama aku segera meninggalkan cafe itu setelah membayar dan tak lupa aku memasukkan buku yang tadi sempat ku baca kedalam tas.
Entah perbuatan apa yang mengakibatkan aku terlibat hal seperti ini?
dosa?
tak berbakti?
atau memang aku adalah incaran mereka?
ns18.224.184.41da2