“Cynthia! Kau jadi pergi?” Kakak Sudah berteriak dari bawah. Untung pakaiannya sudah selesai. Mantel merah dengan syal putih dan tudung merah, sempurna. Tema musim dinginnya benar-benar terasa.
“Tunggu Kakak!”
Yap, bulan ini mungkin yang terbaik. Malam yang baik juga. Kakak sedang masa bahagianya, lalu voucher makan, dan es-krim gratis. Apa lagi malam ini?
Tapi, berjalan di malam festival bersama keluarga satu-satunya, mungkin yang terbaik.
…
Belokan terakhir dan festival. Tempatnya di depan mall tadi. Tapi… ya… sepertinya jam tujuh agak terlalu cepat. Atau hanya pikiranku saja…
Tempat itu kini sangat ramai.
Lampu gemerlap di tiap bangunan mempercantik tempat itu. Semua bersinar dan gemerlap. Banyak penjual dan pembeli. Anak-anak dan orang dewasa. Malam yang begitu indah. Tapi…
Memang…
Ya…
Ketika melewati kuburan, lampunya memang menyala dan menerangi kuburan dengan begitu bersinar. Tapi, rasanya tempat itu begitu sepi, dan Tam berada di sana.
Ia…
Nampaknya ia tengah menabur dan berdoa di makam adiknya Pak Roh. Ia, memang wanita yang baik. Tapi, entah kenapa kebaikannya hanya untuk mereka yang telah tiada.
Tam…
Ia duduk disana sendirian.
Ditemani sabitnya.
Duduk bersila di depan makam.
Tapi, setidaknya sekarang sudah jelas jika dirinya memiliki teman. Meskipun tua dan aneh, tapi dia temannya. Dia tidak sesepi kelihatannya. Dan, semoga tidak sesuram nampaknya. Hah… Kapan aku bisa mendekatinya?
…
…
…
Oh! Mereka juga berada disana.
Walter dan lelaki berambut api. Agak lucu menyebutnya begitu. Dan, satu lagi temannya, berambut kribo. Dia pendek dan sepertinya agak kikuk. Hmm…
Kenapa aku memikirkan mereka!
Duh! Sadarlah, mereka itu orang asing.
Sebaiknya, sekara-
Bruk!
Terjatuh…
“Maafkan aku nona. Kau tidak apa?” Seorang lelaki dengan rambut jabrik pendek. Sepertinya dia tidak sengaja. Jubah dan tudung itu, gagah sih, tapi ini bukan pesta cosplay.
“Aku tidak apa…” Sebaiknya langsung berdiri.
“Maaf ya.”
Tapi…
Dia…
Kenapa dia berjalan ke arah kuburan?
Satu kenalan Tam lagi, ya. Nampaknya temannya lebih banyak dari yang dikira. Dan, sampai saat ini belum terlihat ada yang normal.
Oh Iya! Aku sampai lupa sedang jalan dibelakang Cecil dan Kakak.
“Cecil!”
“Aku sudah tahu apa yang kau pikirkan. Khe, khe, khe…” Heh?
“Cecil bilang ia masih ada tiga voucher mie, kau mau makan?” Kata Kak Lisa.
“Bo boleh…” Tak apa… untuk pembuka.
-----Space-----
182Please respect copyright.PENANAZQz8WlXjYh
182Please respect copyright.PENANAW69uoBaugW
“Guru.” Dia kembali. “Festivalnya sudah dimulai?”
Dia mengangguk. “Kembang apinya belum, tapi tempat itu begitu ramai. Kata Light, sensornya sudah tidak mendeteksi adanya pergerakan mencurigakan atau sekedar orang lalu-lalang. Kau sudah selesai dengan mantranya?”
“Ya.”
“Akan ku aktifkan jebakannya.”
Seketika…
Ia menghentakkan kakinya ke tanah dan seketika lingkaran-lingkaran mantra kecil bewarna merah menyala terang memenuhi tanah kuburan itu. Cahaya ketika mantra-mantra aktif memang paling indah. Cahaya merah terang itu benar-benar indah menakjubkan. Titik-titik terang kecil dimana-mana seperti tumblr. Lingkaran yang membulat mengeluarkan suara desing lembut yang tertulis beberapa sair bahasa Rafell.
Benar-benar indah.
Dan, dari atas tembok kuburan di setiap sisinya, cahaya putih yang lurus menembus langit memancar seperti lampu sorot atau laser. Di sela-selanya keluar huruf-huruf Fellind yang indah tertulis hingga langit menyala bewarna putih. Mereka terapal hingga tinggi diatas sana. Huruf-huruf itu ketika dibaca akan menghasilkan syair-syair indah karena memang itu ciri khas sihir putih khas Walter. Garis-garis putih dengan huruf yang menyala juga. Mereka mengukir langit malam yang gelap itu dengan warna putihnya selayak salju di musim ini. Belum ada salju, sih.
Indah…
Benar-benar indah…
Cahaya-cahaya itu setidaknya bertahan selama sepuluh detik hingga menghilang lagi. Warna merah dan putih yang begitu indah, dan hanya akan diketahui kegunaannya ketika musuh memasukinya.
Ya… Mereka akan bersinar lagi nanti.
“Kalian sudah menyalakan penghalangnya? Baguslah. Sepertinya sensor Light tidak menangkap apapun, namun sepertinya melakukan hacking di beberapa tempat…” Menunjukkan ponsel pintarnya. “… membuahkan hasil.
Ya… Di dalam video yang walter putar berlatar di kedai yang dalam keadaan tutup di samping rumah wali kota. Ada seorang lelaki berpakaian putih, rambut putih, dan berkacamata yang nampaknya terus berdiri disana sejak jam enam sore tadi. Namun jelas jika warga yang lalu lalang tidak melihatnya, namun jika kamera dapat menangkapnya…
“Benar, Tam… Lawan kita kali ini seorang penyihir.” Ucap Guru dengan serius.
“Hah? Apa persiapan ini sudah matang.”
“Aku tidak tahu, Tam. Tapi, sebagai seorang penjaga sihir, seharusnya kau punya harga diri, kan? Dua orang veteran dan tiga rookie tidak mungkin mudah dikalahkan.”
“Kau benar, Walter.” Tapi, harus ada yang dipikirkan.
Berpikir…
Berpikir…
…
…
…
Eh!
“Walter, coba putar video itu lagi.”
Walter mengiyakan. Ya… seperti dugaan, ada yang aneh dengan video itu.
“Guru, dalam video ini, penyihir itu sepertinya tidak bernapas dengan normal. Ia terengah-engah, dan seluruh tubuhnya bergetar.” Makhluk itu seperti sedang sakit, atau panik.
“Hmm… Walter, kau ada video yang merekamnya ketika pelindung menyala.”
Tiriririririririrng!
Tiriririririririrng!
Walter segera mengambil ponsel itu ketika nada deringnya menyala. Ia berjalan sedikit menjauh. Yang menelpon tadi tertulis Light. Sepertinya dia tahu sesuatu. Dan Walter nampak hanya berbicara sebentar dan langsung menutup telponnya.
“Hei… Danang…” Dia memanggil Guru dengan tatapan yang takut. Baru kali ini Walter terlihat seperti itu.
“Ada apa Walter?” Ya… Sesuatu yang berbahaya. Bahkan Guru juga terkejut dengan itu.
“Nampaknya Murad tadi mengintip ke belokan karena penasaran dengan perimeter… Dan…”
…
…
…
“Sorrow…”
…
Guru terkejut. Ia nampak sedikit tergagap karenanya. Tapi… Sorrow kan…
“Hmm…” Guru nampak berpikir.
“Guru, memang kenapa kalau Sorrow?”
Guru menghela napas. Ia mengusap keningnya dengan punggung telapak kirinnya.
…
“Sorrow…”
“… jika ia berasal dari manusia maka hanya akan mengamuk dengan kekuatan lima kali lipatnya. Rata-rata akan berubah menjadi binatang atau model dopant. Kalau modelnya elemen juga tidak akan terlalu sulit.”
“Tapi…”
“Jelas-jelas jika kali ini adalah penyihir.”
-----Space-----
Nanti lagi saja dipikirkan. Berarti Tam memang punya banyak teman, kan. Berarti dia berbeda dari apa yang dipikirkan orang-orang. Hanya saja, memang temannya aneh-aneh.
Untuk sekarang…
Yang penting makan mie dulu!
…
“Selamat datang!”
“Malam Bi-”
Bug! Seketika bogem panas mendarat di kepala Cecil. “Sudah kubilang jangan memanggilku Bibi!” Bu Rina benar-benar menakutkan… Menakutkan…
“Bu, Thomas tidak ada?”
“Oh… Begini Cynthia. Thomas hanya membantu tadi pagi untuk mengangkut barang. Setelah seluruh pekerja datang, dia ku bebaskan menikmati festival. Mungkin dia sedang memakan beberapa manisan.”
“Thomas, ya.” Ujar Kakak. “Sayang sekali, aku sudah lama tidak melihatnya.”
…
“Eh! Lisa.” Bu Rina terkejut. “Sudah lama aku tidak melihatmu. Biar ku tebak, mengurung diri lagi?”
“Hehehe…” Kakak terlihat malu-malu.
“Kalau kau sudah keluar berarti… Ah… Nanti aku akan membeli bukumu. Kapan terbitnya?”
“Paling lambat bulan depan, Bu.” Jawab Kakak.
“Wah! Hebat.”… “Eh, ya sudah, silahkan duduk. Kalian ingin pesan apa?”
“Tiga voucher ini khusus untuk mie bawang, jadi kami pesan itu.” Cecil memberikan tiga lembar voucher itu.
“Kalian boleh pesan yang lain dengan voucher ini, kok. Khusus malam ini.”
“Kalau begitu aku pesan Dark Pool!!!” Cecil tidak kapok, ya.
Eh!
Ada yang terlupakan.
“Kak, sepertinya aku lupa membawa tas yang berisi dompetku dan kakak. Sambil menunggu mie-nya, ku ambil dulu, ya.” Kakak mengiyakan.
…
Ya…
…
Hah…
…
Terpaksa harus berlari…
…
Kenapa tadi menaruh dompet dalam tas…
…
Kalau ada kantung di dalam mantel?
…
Hah…
Hah…
Ta,
Tapi…
Eh?
Sinar apa yang menyala di kuburan itu?
---------Continued---------
ns 172.70.178.165da2