“Nona Sarah Sisil Hiranto? Anak pertama dari keluarga Hiranto?” tanya seorang pria berjas itu.
“Ya.. ya saya, ada apa ya?” jawabku gugup.
“Nona Sarah, seharusnya Nona sudah tahukan, kalau Tuan dan Nyonya Hiranto sudah meninggal?”
“Saya... saya baru saja tahu,”
“Nona tahukan hutang mereka?”
Aku berusaha menahan air mata, menjawab dengan tenang, “Ya... saya tahu,”
“Apa Nona mengerti kondisi Nona sekarang?”
“Ya, saya tahu...”
“Kalau begitu, kami akan mulai perhitungannya sekarang,”
Air mataku mulai menetes deras, “Tapi pak, bagaimana kami tinggal?”
“Nona Sarah, itu bukan urusan kami!” dia melangkah maju, mendorongku kesamping, “Sekarang izinkan kami memulai perhitungan,”
Aku meremas tanganku, semua pelayan ku suruh pulang sesuai perintah pegawai bank, air mataku bahkan tak bisa berhenti keluar dari pelupuknya. Oh tuhan, kenapa ini bisa terjadi? Mereka mendobrak masuk ke kamar Royal, nampak Royal yang tengah marah-marah karna di usir paksa, lalu dia melihatku, melihatku yang sedang malang ini. Seketika dia jadi tertegun, berjalan perlahan menujuku yang termenung.
“Ada apa ini?”
Aku tersenyum, “Semuanya berakhir... berakhir, berakhir, berakhir!”
“Apanya? Apanya yang berakhir?!”
Lalu aku menceritakan semuanya, dari A sampai Z, dan Royal hanya bisa tertegun mendengarnya, dia bahkan tak menampakkan ekspresi apapun. Terdengar langkah kaki menuruni tangga, polisi, dan pegawai bank berdiri di depan kami, lalu terduduk di sofa.
“Nona Sarah, Tuan Royal, hasilnya sudah keluar. Hutang keluarga Hiranto lunas! Bahkan masih menyisakan 5 juta, dan 5 juta itu akan kami berikan untuk kalian, lumayan untuk menyewa rumah sebelum mendapatkan pekerjaan.”
Aku tersentak, “Menyisakan 5 juta!? Kenapa bisa begitu?”
“Begini Nona Sarah, kami menghitung semua harta, termasuk harta Tuan di inggris dan di Indonesia,” jelas pegawai bank itu, “oya, baju-baju dan game Nona dan Tuan harganya lumayan mahal, jadi cukup untuk membayar hutang,”
“Apa, gameku juga!? Tidak boleh!” bantah Royal, aku sudah mengira akan jadi seperti ini.
Aku segera menariknya kencang, mendudukannya di sampingku, “Jangan hiraukan pak. Berapa sisa untuk kami pak?”
“Ada sisa 5 juta, handphone kalian, dan beberapa baju yang tak lumayan mahal, dan beberapa barang lainnya,” kata pegawai bank itu, walaupun itu bukan jumlah yang banyak, tapi setidaknya membawa sedikit harapan.
“Begitu ya? Terima kasih pak, saya akan mengemas barang secepatnya, hanya berikan saja daftar yang boleh saya bawa, dan hitungan semua hartanya.”
“Baik, kami memberikan waktu 1 hari dari sekarang untuk mengemas barang, semua permintaan Nona akan di berikan oleh asisten kami. Kami permisi dulu!”
“Baik,”
Setelah para pak polisi, dan petugas bank itu pergi, aku berjalan dengan sempoyongan menuju kamarku, rasanya kepalaku begitu pusing! Aku bahkan tak sanggup membalas sejuta pertanyaan Royal, dan aku memutuskan untuk tidur, tidur di temani air mata. Menjelang subuh, aku terbangun. Aku segera melangkah keluar kamar, membereskan pakaian, emas, dan make upku yang di izinkan di bawa. Aku menuju kamar Royal, ku lihat Royal yang berbaring di ranjangnya, sepertinya anak ini begitu kelelahan, dan aku memutuskan untuk membereskan bawaannya. Tepat pada saat aku hendak mengemas pakaiannya, tiba-tiba terdengar bunyi bel di seluruh ruangan. Sebenarnya, agak malas juga berjalan ke bawah, tapi apa boleh buat.
“Sarah!” di depan pintu, berdiri Jennie dan Alascra, “Enak ya, tidur seharian! Sementara kami menunggumu seharian,”
Seketika semangat hidupku kembali, aku segera memeluk Jennie, “Jennie! Alascra!”
“Kamu habis nangis Sar?” tanya Alascra tiba-tiba, sepertinya dari tadi kerjanya hanya mengamatiku.
Aku pura-pura mengabaikan pertanyaan Alascra,“Tahu gak, aku seneng banget tahu kalian datang!”
“Sar, aku tadi nanya kenapa kamu nangis lho! Jangan mengganti pembahasan deh,”
“Yep! Kamu juga harus jelaskan, kenapa hari ini gak datang ke restaurant,”
Aku tertunduk, “Jen, Alascra, aku hari ini dapat musibah,” suaraku tiba-tiba mengecil, “orang tuaku meninggal...”
“Wah, kenapa sedih? Kan bagus, kamu sekarang jadi penerusnya?”
“Bukan itu,” aku menelan ludah, “mereka malah meninggalkan hutang 50 miliyar,”
“Apa!? Jadi kamu bangkrut!” teriak Alascra dan Jennie serempak.
“Baiklah... karna semuanya sudah berakhir, aku akan mengatakan kebenarannya,” suara Jennie tiba-tiba berubah, seperti suara meremehkan, “sebenarnya, aku dan Alascra sudah berpacaran sejak lama. Aku berteman denganmu juga karna di suruh orang tua! Mereka bilang, kalau aku berteman denganmu, aku akan hidup mewah terus, dan orang tuaku dapat kerja sama dengan orang tuamu.”
Aku terkejut dan mendongak, tiba-tiba saja perasaanku jadi amburadul, dan menjawab dengan terbata-bata, “A.. apa? A.. Alascra dan kau pacaran? Sejak lama? Dan kau juga hanya pura-pura jadi sahabatku?”
“Cih, sahabat! Aku bahkan tak menganggapmu sahabat! Denger ya, aku cuman nganggap kamu mesin ATM ku! Dan aku memang pacaran dengan Alascra, yakan sayang?”
Alascra menghela nafas, menatap sinis ke arahku, lalu dia mencium kening Jennie, “Ya, aku pacaran sama Jennie sejak lama. Aku pacaran sama kamu hanya karna di paksa jennie,”
“Okelah, karna semua sudah berakhir, kami gak akan pernah bertemu denganmu lagi!” ujar Jennie, lalu mereka berbalik dan pergi.
Aku tersenyum hambar, “Baiklah, sepertinya permainan sudah berakhir, bye!”
Aku menutup pintu, badanku tiba-tiba memanas, aku begitu pusing, oh God, kenapa aku mengalami semua ini! Apa dosaku begitu parah? Kenapa? Kenapa bisa begini? Semuanya hancur, sahabat, pacar, orang tua, harta, dan sekarang bahkan diriku! Ma, pa, bagaimana putrimu ini bisa melewati semua ini? Ini terlalu berat pa, ma! Sarah gak kuat!
“Sarah? Kamu baik-baik saja? Aku tadi dengar semuanya, sudah ku kira mereka itu berbahaya.” Tiba-tiba saja Royal sudah berdiri di depanku.
“Kamu mendengarnya? Baguslah, sekarang semuanya berakhir.” Aku menyingkirkan Royal yang menghalangi jalanku, badanku mulai gemetaran, semua rasanya mulai tidak normal, aku harus bergegas ke kamar.
Bruk!
***
Aku terbangun dari tidurku, cahaya matahari begitu terang, membuatku kesilauan. Betapa kagetnya aku melihat di pinggir ranjangku duduk seorang pengeran, kelihatannya dia kelelahan, sebenarnya, apa yang di perbuatnya sampai dia duduk disini? Tiba-tiba, sebuah lap basah jatuh dari kepalaku, seketika semua ingatanku langsung kembali, terngiang-ngiang kembali kejadian semalam, semalam aku pingsan sebelum sampai di kamar, apa jangan-jangan semalaman anak ini menjagaku? Apa iya, dia masih ada rasa iba? Tapi mana mungkin jugakan, aku yang mengambil kain lap ini? Setidaknya dia masih ada rasa sayang padaku, sebaiknya aku segera mengemas barang-barangnya.
“Kamu dah sadar toh Sar?” kata Royal, ketika aku sudah selesai mengemasi barangnya.
“Ya, dan ini semua barang bawaan kita! Kamu satu koper, aku satu koper! Kita harus angkat kaki dari sini nanti sore,”
Royal tertegun, “Kita kemana Kak? Apa Kakak sudah tahu rencana selanjutnya?” aku belum pernah dengar dia berbicara sepilu ini, dan aku belum pernah lihat dia yang semalang ini.
“Enggak, tapi aku akan berusaha, dan kau harus tetap sekolah!”
“Uangnya?”
“Aku akan kerja, mungkin cukup untuk bayar sekolahmu dan uang kuliahku.”
“Emang cukup? Kamukan tahu, sekolahku sekolah mahal,”
“Kurasa, tapi kamu mesti tamat SMA dulu, kan tinggal beberapa bulan lagi? Sementara aku masih ada satu tahun lagi.”
Kriing... kriing... kriing... handphoneku tiba-tiba berbunyi, ku lihat siapa yang menelepon itu, dan rupanya itu bibi Amel. “Ya, Bi?”
“Sarah, semua pelayan pada nanya, kapan bisa kerja?”
“Bi, Sarah minta maaf, semua pegawai di pecat okay? Sarah gak akan berhubungan dengan kalian lagi.”95Please respect copyright.PENANAAymzVrbanL
“Tapi Sar!”
Tut! Segera ku tutup teleponnya, lalu tanpa kusadari air mataku menetes, mulai sekarang, aku akan memulai kehidupan baru! Sorepun tiba, petugas bank dan polisi berdatangan. Kehidupan mewahku sekarang berakhir disini, disini! Nama keluarga Hiranto yang di hormati, sekarang hanyalah kenangan, now it’s end! Aku akan memulai semuanya kembali, mulai dari awal lagi. Lalu aku berpamitan dengan para petugas itu, mereka memberikanku 10 juta lagi, karna aku sudah bersikap baik, lumayanlah untuk bayar uang sekolah Royal.
“Selamat tinggal rumahku! Mungkin aku tak akan pernah kembali.” Kataku pada diri sendiri. Semuanya berakhir! Selamat datang lembaran baru! 95Please respect copyright.PENANAUpFpVLx23L