“Oi Surya!” Teriakan Bagas terdengar dari kerumunan murid baru yang sedang mencari kelas mereka. Surya menghampiri Bagas dengan terburu-buru, dengan meminta maaf pada orang-orang yang Ia senggol.75Please respect copyright.PENANAYSZBGcoPYq
“Apaan?” Tanya Surya.
“Kelas lu sama kayak gue, jadi ga usah nyari lagi.”
“Oh, makasih.”
“Sans.”
Mereka jalan ke kelas bersamaan sambil membahas, tentang tipe-tipe orang yang mungkin akan mengisi kelas mereka.
“Pasti ada satu orang yang maniak sepak bola,” ucap Bagas, “dan beberapa maniak kecil pengikutnya.” Lanjutnya sambil tertawa. Konversasinya lebih mirip monolog karena Surya tidak bisa memotong ucapan Bagas tanpa merasa kurang sopan.
Tanpa Surya sadari, mereka sudah sampai didepan kelas mereka. Pintu kelasnya terlihal lebih terawat dari kelas yang lain, dengan cat hijau yang masih cukup mengkilat dan bersih. Ketika Bagas membuka pintu kelas, mata Surya langsung melihat detail-detail ruangan yang akan Ia dan temannya tempati selama satu tahun kedepan. Papan tulis yang masih putih bersih, seperti habis diganti. Meja belajar murid yang terbuat dari kayu yang sudah dilukis oleh pengguna sebelumnya. Jendela yang terbuka menampakan pemandangan lapangan upacara yang merangkap lapangan futsal. Meja dan kursi yang sudah disiapkan untuk tempat guru mereka mengajar. Di belakang kelas terdapat loker-loker kecil untuk tempat siswa menaruh barang-barang pribadi mereka.
Mata Surya menerawang kelas untuk mencari posisi duduk yang nyaman, dan matanya mendarat di sebuah bangku kosong yang bersebelahan persia dengan jendela kelas. Tanpa memberi isyarat pada Bagas, Surya dengan gesit menaruh tasnya di tempat itu, dan segera duduk di kursinya. Bagas yang suka bermalasan dan tidur dikelas sudah automatis memilih bangku yang paling belakang agar para guru tidak akan memperhatikannya jika Ia tertidur pulas.
Bel berbunyi menandakan hari pertama tahung ajaran baru sekolah sudah dimulai. Para murid dengan terburu-buru mendudukin tempat mereka masing-masing. Namun, setelah meyakinkan diri sendiri bahwa setiap murid sudah mempunyak bangku mereka sendiri, bangku persis disebelah Surya masih tidak terisi.
Setelah menunggu sekitar lima menit, walikelas mereka tiba.
Arwan Singgih adalah seorang pria tinggi berumur 40 tahun dan sudah bekerja menjadi seorang guru selama 13 tahun. Tetapi ini hari pertamanya mengajar di SMA 101. Ia merasa canggung di tempat barunya, sebagian besar karena lingkungan yang sangat berbeda dengan sekolah tempat Ia mengajar sebelumnya. Para siswi tidak malu menggunakan rok yang berhenti di atas lutut. Siswa menggulungkan lengan seragamnya. Arwan tidak ada masalah dengan perilaku mereka, hanya tidak terbiasa saja.
“Selamat pagi semua.” Ucap Pak Arwan dengan nada tipikal seorang guru, tidak terlalu tinggi sampai muridnya takut, dan tidak terlalu rendah sampai para murid meremehkannya. “Nama saya Arwan Singgih, panggil aja Arwan.” Ia berhenti sebentar untuk menuliskan namanya di papan tulis. “Selama setahun kedepan, saya akan menjadi walikelas kalian. Jadi, jangan malu-malu untuk berbicara dengan saya tentang masalah kalian.”75Please respect copyright.PENANA4dQSNCFKc9
“Cuy, dia kok keliatannya canggung gitu.” Kata Bagas dari belakang Surya.75Please respect copyright.PENANANqEWpLPo2U
“Gak tau, guru baru kali.”75Please respect copyright.PENANAw8JsgOqWuc
“Pada hari pertama ini, kegiatan kita cuma perkenalan dan pembagian buku pelajaran. Nah, langsung saja kita ke bagian perkenalan, sekaligus absen.” Ia berjalan mengambil kertas absen dari dalam tasnya. “Alvaro Damian!” Panggil Pak Arwan.75Please respect copyright.PENANAmerg4muU6l
Seorang siswa berdiri, melakukan perkenalan yang standar, hobi, cita-cita, tanggal lahir, dan lain-lain. Saat giliran Bagas, dia tidak bisa berhenti berbicara tentang hobi memancingnya, Pak Arwan harus memberhintakannya dengan paksa.75Please respect copyright.PENANAm6s4rT26KO
Akhirnya momen yang ditakuti Surya tiba, “Surya Mahendra Bintang!” panggil Pak Arwan.75Please respect copyright.PENANA1Vdg8qZK8V
Surya berdiri dari kursinya, dan mulai memperkenalkan diri. “Nama saya Surya Mahendra Bintang, biasa dipanggil Surya.” Ia bisa merasakan telapak tanggannya mulai berkeringat. “Umm, Saya lahir 23 Februari, 2003. Cita-Cita saya jadi Astronaut.” Ia sudah mulai duduk sebelum Pak Arwan memotongnya. “Hobinya mas?”75Please respect copyright.PENANAmwlUywBo67
Surya dengan canggung kembali berdiri dan dengan terburu-buru mengucapkan bahwa membaca adalah hobi favoritnya, lalu kembali duduk.75Please respect copyright.PENANARPNkVQEIsD
…75Please respect copyright.PENANA5NVcGPegTD
Ibu Surya menyambutnya ketika Ia kembali dari sekolah. “Gimana hari pertamanya?” Surya hanya memberi anggukan ke ibunya dan Luna mengerti isyaratnya untuk tidak membicarakannya lebih lanjut.75Please respect copyright.PENANAtCC0zfjVC6