Malam nerakaku masih berlanjut. Seusai dikumpulkan di dalam barak--ruang kelas yang disulap seperti tempat pengungsian, calon anggota Tonti yang akan dilantik dikumpulkan di lab biologi. Jangan tanya apa kami mandi, hingga pagi pun tidak ada waktu untuk melakukan ritual wajib itu.
219Please respect copyright.PENANA8sammGrdu8
"Jangan disentuh dulu!" larang Kak Bayu saat melihat Reza mengutak-atik sayur di depan mejanya.
219Please respect copyright.PENANAhDLGobIv8W
Masing-masing dari kami dikelompokkan dalam beberapa meja tanpa dibedakan jenis kelamin. Aku, Annisa, Mega, Kafka,Tito, dan Lensa berkumpul menjadi satu di meja empat. Hidangan makan malam sudah tersedia sangat menggoda selera di depan kami. Kulihat Ernest masuk ke dalam lab dengan senyum khasnya. Ia tampak berbisik pada Kak Lukman yang tengah memberi hukuman untuk Variz karena datang terlambat. Ah, entahlah kenapa aku jadi memperhatikannya seperti ini. Kulihat ia tertawa puas di luar ruangan sambil sesekali mendorong-dorong bahu Kak Andrea.
219Please respect copyright.PENANAsjmjPXyrVt
"Komandan Pleton laporan dulu! Kita makan malam!" perintah Kak Bayu yang ternyata bertindak sebagai ketua panitia pelantikan.
219Please respect copyright.PENANAAs1nm3WXL7
Amel dan Galih berdiri bersamaan, namun Kak Yossi memberi isyarat pada Amel untuk duduk kembali di mejanya. Galih yang sadar kondisi segera maju ke depan dan menghadapi Kak Bayu sambil memberi hormat.
219Please respect copyright.PENANA4EXnFtnR86
"Siapa bilang lo laporan sama gue?" Kak Bayu berkacak pinggang sok jahat. Ia menoleh ke pintu keluar dan memberi isyarat pada seseorang untuk masuk ke dalam. "Laporan sama Kak Ernest,"
219Please respect copyright.PENANAHCW0QtlkY7
Hei, dia sudah berganti tanda pengenal. Lihat saja, bukan lagi nama Airine yang tertera di nametag-nya, tapi tulisan Ernest yang sangat besar dan jelas. Ia berdiri menggantikan Kak Bayu menghadapi Galih. Sesaat ia berusaha merapikan topi panitianya, kemudian berdiri kaku mencontohkan sikap sempurna.
219Please respect copyright.PENANAa92ObJfhzT
"Lapor, kami--" laporan Galih mengambang di udara. Kulihat Ernest mengangkat sebelah tangannya dan meneliti kami yang masih duduk di kursi satu per satu.
219Please respect copyright.PENANADiGNXPUCpK
"Kalo mau laporan, lo liat dulu anggota pleton lo. Mereka udah siap apa belom, rapi apa belom. Baru laporan ke gue."
219Please respect copyright.PENANAuQ9iT35RdV
Ucapan Ernest sontak membuat Galih menoleh kami. Tanpa pikir panjang, Galih berbalik dan memberi aba-aba pada seluruh calon anggota Tonti untuk berdiri dengan sikap sempurna.
219Please respect copyright.PENANAGhatIKwNRR
"Silahkan laporan," ucap Ernest tegas.
"Lapor, kami calon anggota Tonti Smansa Eka Cipta berjumlah putri 31 orang, dan putra 31, siap mengikuti makan malam!" lapor Galih pada Ernest yang untuk pertama kalinya kulihat begitu serius.
219Please respect copyright.PENANAtUssh9iMmX
"Laporan saya terima, waktu kalian 4 menit untuk menghabiskan makanan yang ada di atas meja. Jika masih ada sisa saat waktunya habis, push up 3 seri satu kelompok. Intinya, kalian harus saling bantu-membantu."
219Please respect copyright.PENANAuCdZPXMo37
Matilah aku! Sejak kecil, aku adalah pribadi yang sangat suka memilih-milih makanan. Banyak sayuran yang tidak bisa kumakan. Dan malam ini, habislah riwayatku.
219Please respect copyright.PENANAjQVllFhYQF
Setelah diistirahatkan, kami membagi rata semua hidangan yang ada di meja. Nasi menggunung, sayur seperti luapan selokan, juga lauk yang ternyata tak berasa sama sekali. Nasi yang masuk ke mulutku adalah nasi setengah matang. Teksturnya masih sangat keras hingga saat aku mengunyahnya timbul suara gemeretak keras. Sayur yang kelihatan sangat nikmat dan segar itu ternyata berasa asam dan sangat asin. Bisa kulihat ekspresi wajah Ernest saat melewati mejaku dan tahu reaksiku, dia menahan tawanya sekuat tenaga.
219Please respect copyright.PENANAOAiqPfnKbT
"Habisin! Jadilah manusia yang banyak-banyak bersyukur. Jangan membuang-buang makanan. Banyak orang-orang di luar sana yang ngais-ngais sampah cuma buat bisa makan!" bisik Ernest di dekatku.
219Please respect copyright.PENANA7k0AOfWE5H
"Siap Kak!" jawabku lesu.
219Please respect copyright.PENANA7QiYcYvLyE
"Makan itu jangan sambil ngomong!" sentaknya sambil melirikku tajam.
219Please respect copyright.PENANAu4vlPid4FQ
Ni orang ya! Jawab salah, nggak dijawab tambah salah. Boleh kujambak saja rambut rapinya yang sudah dioles minyak rambut itu?
219Please respect copyright.PENANAbdyaFoUYS2
"Mykha! Lo kalo mau makan kayak bangsawan lemah lembut begitu, mending pulang. Nggak kasian sama temen satu meja lo yang rela ngambil separuh jatah lo cuma biar nggak dihukum?"
219Please respect copyright.PENANAbx5YfIjcc5
Aku terlonjak mendengar bentakan Kak Netta yang menggelegar di dalam ruangan. Seluruh pandangan mengarah padaku yang masih sibuk memainkan sendok dan makanan di piringku. Aku menoleh kelompok lain. Sial! Kenapa hanya aku yang belum menghabiskan makananku?
219Please respect copyright.PENANADRyuIhCDZN
"Gue hitung mundur dari sepuluh, kalo belom abis juga itu makanan dari piring lo, lo tau hukuman apa yang bakal lo dapet!" kata Kak Netta yang ternyata sudah berdiri sangat dekat dengan mejaku.
219Please respect copyright.PENANA99flytrU3s
Tergesa, aku menjejalkan begitu saja seluruh sayur dan bawang putih utuh yang menghiasi piringku ke dalam mulut. Rasa mual dan begah yang mulai menyerang perutku tak lagi kupedulikan. Kak Netta terus menghitung mundur, ia benar-benar penjajah Jepang yang kejamnya kebangetan.
219Please respect copyright.PENANAgQTWanegoR
"Satu! Kenapa cabenya nggak lo makan?" tegurnya sewaktu melihat aku menyisakan sebutir cabai rawit utuh di piringku.
219Please respect copyright.PENANAaXNF2y7AGK
"Nggak doyan Kak," kataku beralasan.
219Please respect copyright.PENANAgLQitc9YNp
"Nggak ada alasan begitu ya Myk! Lo pilih-pilih banget sih."
219Please respect copyright.PENANAbRsWAsJ9z7
"Maaf Kak, saya nggak bisa makan cabe utuh begitu," tolakku tak tahu diri. Sudah pasti banyak teman-teman yang menyalahkanku karena kejadian ini.
219Please respect copyright.PENANAZnZNZ8M1IT
"Nett! Biarin aja udah."
219Please respect copyright.PENANAREe1iveuLv
Dan seseorang datang sebagai penyelamatku, Ernest. Ia berdiri di samping Kak Netta sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
219Please respect copyright.PENANAkne8Qtxw1Z
"Jangan pilih-pilih gitu Nest. Biar mereka lebih menghargai makanan!" Kak Netta bersikukuh.
219Please respect copyright.PENANAQnBhnfsG4R
Di tengah Ernest dan Kak Netta yang terus berdebat, aku seperti melayang. Perutku serasa diaduk-aduk begitu kencang. Rasanya aku ingin jatuh ke lantai dan mendinginkan suhu tubuhku yang tiba-tiba memanas.
219Please respect copyright.PENANA53zahjmo03
"Kak maaf," aku menyela perdebatan mereka.
219Please respect copyright.PENANAwZmv3DPUcv
"APA??" sentak Ernest dan Kak Netta berbarengan.
219Please respect copyright.PENANAVHCB6ZOeV7
"Saya mau ijin ke belakang," pamitku.
"Lo nggak tau kita lagi ngurusin masalah lo?" Kak Netta memandangku sinis, "Bisa-bisanya lo pamit ke--"
219Please respect copyright.PENANATNbawhVCMw
"Kalo nggak diijinin, saya muntah di sini," potongku cepat.
219Please respect copyright.PENANAQZf6IwlapI
"No Mykha!!!" seru Kak Netta cepat-cepat menarik tubuhku dan memapahku keluar dari dalam lab biologi.
219Please respect copyright.PENANAiUMc2U5xxK
Kak Netta membawaku ke kamar mandi. Dengan setia ia menungguku sampai keluar dari kamar mandi dan membuang habis isi perutku. Perlu diketahui, perutku memang sensitif terhadap makanan asing yang masuk ke mulut, apalagi jika itu adalah asam. Aku punya sakit maag, dan itu cukup merepotkan.
219Please respect copyright.PENANAK3Br4I5Hjm
"Lo nggak papa Myk?" Kak Netta langsung menegurku dan mengusap punggungku begitu melihatku keluar.
Aku mengangguk pelan, aneh pikirku. Tadi dia tampak galak sekali di dalam lab dan sekarang, sikapnya berubah lembut. Bahkan ia memijat tengkukku dengan telaten.
219Please respect copyright.PENANAwor76jW8Sx
"Maaf ya tadi. Gue harus keliatan tegas dan nggak pilih-pilih di depan temen-temen lo. Kita udah ada janji antar panitia untuk bersikap tegas sampai kalian selesai dilantik. Sebenernya--"
219Please respect copyright.PENANAteP8qZcVfq
"Nggak papa Kak. Gue ngerti kok. Dan salah gue juga nggak ngomong kalo gue ada penyakit maag," potongku untuk tidak membuat Kak Netta semakin merasa bersalah.
219Please respect copyright.PENANAwQLyDpGvSW
"Nett! Gimana Primrose? Dia ...," Ernest berlari mendekat pada kami dengan wajah tegang. Ia tak melanjutkan kalimatnya ketika tahu aku sudah duduk di samping Kak Netta. Wajar saja ia kaget karena jika tidak mendekat, posisi dudukku terhalang tembok mushola. Ernest hanya bisa melihat tubuh Kak Netta dari kejauhan.
219Please respect copyright.PENANAcvYnv4AMkB
"Nggak papa Nest. Takut amat lo," ledek Kak Netta menggoda.
219Please respect copyright.PENANA8LqdUfH6am
"Eh, ada orangnya. Jadi malu gue," Ernest menggaruk-garuk tengkuknya salah tingkah. Kurasa ia benar-benar malu karena ketahuan mengkhawatirkanku.
219Please respect copyright.PENANAzxgzlhxEmK

219Please respect copyright.PENANAEpp9SargOO
"Gue nggak papa Kak Ernest. Maaf tadi udah bikin kalian berdua berdebat," sesalku.
219Please respect copyright.PENANAbmYVhihjW2
"Apaan? Itu akting lagi. Biar kalian semua kuat mentalnya. Kalo gitu sehatin dulu badan lo, abis itu kita latihan baris-berbaris lagi,"
219Please respect copyright.PENANAQ5yySUCkkj
"Malam-malam gini Kak?"
219Please respect copyright.PENANACshLDLROoU
"Justru karena malem, lo semua harus latihan."
219Please respect copyright.PENANAtpbHyfumtL
Huft, boleh aku berpura-pura sakit lagi?
219Please respect copyright.PENANAmYMZwLpdts
***
219Please respect copyright.PENANAthBa8Tqp8S
Tepat jam 11 malam, seluruh calon anggota Tonti yang akan dilantik dipaksa tidur. Kuurut kedua kakiku yang pegal dan berkali-kali kesemutan. Beberapa temanku sudah berbaring tak berdaya.
219Please respect copyright.PENANA2d7Hr2crEY
"Jangan lupa lo sakuin itu kaus kaki Myk, nanti kalo kita bangun nggak susah nyarinya dalam gelap gini."
219Please respect copyright.PENANAfdJ56FrpLt
Barak tempat tidur anak perempuan sudah dimatikan lampunya sejak awal. Entah apa tujuannya. Mungkin itu untuk menyulitkan kami saat harus bersiap di tengah malam.
219Please respect copyright.PENANA5n2JDqRMjX
"Emang kita nggak tidur sampe pagi?" tanyaku pada Aleta berbisik.
219Please respect copyright.PENANALyWAH4GpQm
"Lo tau fungsinya itu Kak Andrea dan Kak Caca berdiri di depan pintu barak?"
219Please respect copyright.PENANAbriMQkiWXX
"Apa?"
219Please respect copyright.PENANA5ntATaJRen
"Kita bakalan dibangunin nanti jam 12 buat dilantik."
219Please respect copyright.PENANAwmY2LKyhPD
"Kok gitu? Kan kita udah capek. Kita baru aja disuruh push up 10 seri lho Ta!" protesku tak terima. Satu seri dalam hitungan push up, sama dengan 10 kali hitungan. Bisa dibayangkan jika itu 10 seri berapa kali kami push up? 100 kali.
219Please respect copyright.PENANAem5Y9TU256
"Di Tonti lo nggak boleh ngeluh Myk!"
219Please respect copyright.PENANAKZGfR8Fwrt
Belum sempat aku mendebat Aleta, bunyi peluit sudah berbunyi sangat nyaring. Bersamaan dengan itu, Kak Caca dan Kak Andrea mendobrak pintu barak, membentak-bentak agar kami segera bersiap untuk upacara pelantikan.
219Please respect copyright.PENANAHeq6SmW44I
Aku berlari naik ke lapangan yang terhubung oleh tangga. Kami memang ditempatkan di ruang kelas akselerasi, di basement sebelah ruang parkir. Jadi untuk bisa mencapai lapangan, kami harus naik melewati tangga beton.
219Please respect copyright.PENANAhBBi3QvY2T
Di mana Ernest? Aku tidak melihatnya setelah menegurku di sebelah mushola tadi. Dia menghilang. Jujur, aku merasa sendirian dan tak dilindungi jika tidak melihat dia. Apa-apaan aku ini!
219Please respect copyright.PENANAnMhFXQWOPw
"Kalian bawa bunga yang ditugaskan?" teriak Kak Bayu lantang.
"SIAP! BAWA KAK!" jawab kami semua berbarengan.
219Please respect copyright.PENANA8NUWUeOZJS
"Oke. Acara ini adalah puncak dari semua rangkaian acara yang udah digelar sejak tadi sore. Gue yakin banyak dari kalian yang belom sempat tidur, kaos kakinya cuma make sebelah, sepatu semua kanan karena ketuker punya temen, dan bajunya kebalik. Tonti itu harus cepat tanggap, nggak lelet, tahan banting dan yang paling penting kompak. Makasih kalian udah bisa ngumpul baris di sini dengan rapi dan tepat waktu. Sekarang, siapin bunga yang kalian bawa dan pikirkan dalam otak kalian, dari semua Kakak panitia yang terlibat di sini, siapa yang pantes untuk nerima bunga dari kalian. Kalian bebas memilih, mau dikasih ke siapapun boleh. Untuk Kakak-Kakak panitia, tolong semua membentuk barisan, biar adek-adeknya bisa menjatuhkan pilihan."
219Please respect copyright.PENANAXJLzs7zONG
Ernest! Sedari tadi aku mencari sosok Ernest di barisan para senior dan aku tidak melihatnya. Beruntunglah aku, jadi aku tidak perlu memilihnya untuk menerima bungaku. Kubawa sekuncup mawar putih yang belum mekar sempurna yang kupetik dari taman bunga ibuku. Hanya itu bunga yang kami punya di taman. Setidaknya mawar tidak mudah layu bukan?
219Please respect copyright.PENANAHFteAxlr4D
"Udah siap menjatuhkan pilihan? Sekarang ambil alih komando, siap Grak!" sampai Kak Bayu mengambil alih barisan, Ernest tak kunjung terlihat. Aku bernafas lega sekaligus merasa tak rela dalam waktu yang bersamaan. Baiklah, biar kupilih Kak Netta saja. "Setelah dibubarin, kasih bunga kalian ke Kakak panitia dan buat barisan seperti semula kalk udah selesai ngasih bunganya. Tanpa penghormatan, bubar jalan!"
219Please respect copyright.PENANAqTQWs3rw4O
Aku membalik tubuhku dan langsung berlari ke arah Kak Netta. Ada Yudha berlari lebih kencang di depanku, tujuannya pun kukira juga Kak Netta.
219Please respect copyright.PENANATXwZu3i1A8
"Mykha! Lo harus cari panitia cowok!" kata Yudha menghalangiku.
219Please respect copyright.PENANANy5vjhVbbA
"Lhoh emang harus ngasih ke cowok ya kalo cewek?"
219Please respect copyright.PENANAgPWaG7045I
"Lo nggak tau tradisi kita? Emang cowok ngasih ke Kakak cewek, dan yang cewek ngasih ke Kakak cowok."
219Please respect copyright.PENANA0gKKO2WK53
Aku berhenti berlari di tengah-tengah lapangan. Selain dengan Ernest, aku hanya sempat bercakap dengan Kak Bayu yang pasti sudah menerima banyak bunga dari yang lainnya. Baiklah, biar kupilih secara acak saja. Aku mengubah arah ke barisan panitia laki-laki di seberang kanan lapangan. Meski bingung siapa yang harus kutuju, aku tak bisa menyerah dan berbalik kembali ke barisanku. Akan semakin berat lagi hukumanku jika itu terjadi.
219Please respect copyright.PENANAKZDfVaCbuf
"Primrose!!"
219Please respect copyright.PENANAsE4OMe2bk3
Aku tersentak mendengar seruan itu. Kucari-cari sumber suara dalam remang cahaya malam. Ah, dia berdiri paling pojok, baru saja datang. Sejenak aku ragu melangkah, untuk apa dia memanggilku? Apa dia berharap bunga dariku? Atau memang dia melihat kebingunganku dan berusaha tampil sebagai penyelamat? Ernest memang berbeda dan tak lagi biasa.
219Please respect copyright.PENANAdsvqPLinDT
Kulihat Ernest menggerakkan kepalanya ke bawah, seperti sedang meneliti raut wajahku dari jarak yang masih lumayan jauh. Kulirik bunga mawar di genggaman, ah ... apa benar harus kuserahkan pada Ernest?
219Please respect copyright.PENANA8Iye7npLEO
"Kak Ernest," tanpa sadar, kakiku berlari menujunya. Tiba-tiba saja aku sudah berdiri tepat di depannya, menghadapi lelaki asing yang entah mengapa selalu ada di saat aku butuh bantuannya.
219Please respect copyright.PENANA3l6o7Z3pM1

219Please respect copyright.PENANAMfEKFRtZl8
"Ya?" Ernest tampak baru saja bangun tidur. Matanya sembab, wajahnya kusut. Dikantonginya kedua telapak tangannya di saku celana. Mungkin saja ia sedang berusaha untuk tidak berharap aku memberinya bunga.
219Please respect copyright.PENANASauAqjdUjJ
"E ... gue kasih lo bunga, tapi jangan mikir yang aneh-aneh ya," kataku.
219Please respect copyright.PENANAeCFdKa6YMm
"Aneh-aneh?"
219Please respect copyright.PENANA5wpkPSX79K
"Ehm, sebenernya--"
219Please respect copyright.PENANAdLzDUCG9g1
"Setangkai mawar. Kayak nama lo, Primrose," selanya seolah tak ingin aku bicara lebih banyak.
219Please respect copyright.PENANA63PEXSBAX2
"Makasih Kak, udah bantu gue banyak." Kuserahkan mawar putih di tanganku pada Ernest.
219Please respect copyright.PENANAMyrvpzeUqh
Ia tak segera mengambilnya, masih setia menyimpan telapak tangannya di saku celana. Senyum menghiasi bibir tipisnya yang basah. "Ini mawar kedua ya, Prim." Ernest-lah lelaki pertama yang memanggilku dengan nama itu. Primrose, nama bunga yang begitu sarat makna. Secara tak sengaja, tanpa dijanjikan sebelumnya, Ernest sudah menjadikanku miliknya. Sebagai mawar pertama dan kedua.
219Please respect copyright.PENANAgxp3ELayal
"Kedua?"
219Please respect copyright.PENANA1L8mEIlAwI
"Kan yang pertama, lo. Inget! Gue biasa kencan di hari Rabu sama minggu. Malam minggu mah maen PS," bisiknya genit.
219Please respect copyright.PENANAZdDbO1yy4B
"Eh?" kukedip-kedipkan mataku bingung. Apa maksud ni cowok sih?
219Please respect copyright.PENANAnuaCaTUz7c
"Kan lo tadi sore nembak gue," ucapnya tergelak.
219Please respect copyright.PENANAXUm9MEzFzd
"Kak! Itu kan nggak serius," elakku, "Masak dianggepnya beneran sih?"
219Please respect copyright.PENANAo8jHZLv4WO
"Takut amat lo! Bercanda kali gue. Lagian nggak mungkin Ernest bikin cewek nembak dia. Kalo gue mau sama lo, gue yang bakal bilang cinta duluan. Gue terima ya mawar keduanya," Ernest mengambil bunga mawar itu dari tanganku, sangat hati-hati seolah takut aku terluka karena durinya. Kemudian disakunya bunga itu di dada. "Sebut Saja Mawar, makasih."
219Please respect copyright.PENANAzSEDVoq1jv
"Sebut saja mawar?" lagi-lagi aku tak paham arah bicaranya.
219Please respect copyright.PENANAoC8bUN92Bz
"Primrose, rose kalo dalam bahasa Indonesia artinya mawar. Lo suka liat berita-berita investigasi jaman dulu nggak? Biasanya kalo nyebut pelaku kriminal atau orang-orang yang kena tangkap polisi kan pake nama alias. Mawar paling suka dipake. Hahaha, Sebut Saja Mawar, bukan nama sebenarnya,"
219Please respect copyright.PENANAxFdZDm1tub
"Kak Ernest,"
219Please respect copyright.PENANA9YufmyGPIq
"Apa?"
219Please respect copyright.PENANAmJERXHPpjb
"Lo garing!"
219Please respect copyright.PENANAr71TH1zgpi
"Basah kok. Coba deh pegang!"
219Please respect copyright.PENANAvdgxeOcYvY
"Ogah!"
219Please respect copyright.PENANANbRuTVK3er
"Eits! Judes begitu gue buang bunga lo!"
219Please respect copyright.PENANAAecYBuglOT
"Kok gitu?"
219Please respect copyright.PENANAqMBW6q0TZl
"Biar lo dihukum."
219Please respect copyright.PENANAANXQwGlXlK
"Jangan dong," rengekku memohon.
219Please respect copyright.PENANAWL6jErAUwe
Boleh aku benar-benar meremas wajahnya?
219Please respect copyright.PENANATZfxaf6AaQ
"Mana mungkin gue buang. Dari lo ini,"
219Please respect copyright.PENANA7zQnlmnQWI
"Arggh!"
219Please respect copyright.PENANALgWnwowLFK
"Kenapa? Udah waktunya berubah lo? Kok menggeram gitu?" tanyanya makin menjadi.
219Please respect copyright.PENANAZafiTJ6zYX
"Berubah?"
219Please respect copyright.PENANAmWs3MDZIoI
"Yang berubah tengah malem apaan?"
219Please respect copyright.PENANAkUO8UZvVv1
"Manusia serigala?"
219Please respect copyright.PENANAvdmfyDuKat
"Siapa tau lo seriusan jelmaan dewi bunga. Hahahaha,"
219Please respect copyright.PENANAweSiMhf6Q7
Dan sumpah, itu adalah lawakan paling garing yang selalu membuatku mengingat Ernest. Caranya memandangku memang biasa, tapi ketika sudah kutatap indah matanya, Ernest perlahan berubah istimewa.
219Please respect copyright.PENANABmIHrPpjEn
"Kalo gue dewi bunga, ogah gue ikut acara beginian," sungutku.
219Please respect copyright.PENANAwbViJoRU3c
"Yakin? Ada Kak Ernest lho!"
219Please respect copyright.PENANAmwjrBaRru3
"Whatever!"
219Please respect copyright.PENANAqZqL1rUPFL
"Primrose Mykhailivna Milan Garnasih! Lo mawar pertama gue!" teriak Ernest lantang yang sekejap membuat suasana berubah hening.
219Please respect copyright.PENANA9sGz70y2D6
Ya Tuhan, dia benar-benar gila!
219Please respect copyright.PENANA33sCUWKfuP
"Dan setangkai mawar ini, menandakan lo berhasil dilantik secara resmi jadi anggota keluarga besar Tonti Smansa Eka Cipta,"
219Please respect copyright.PENANAC2X5QCajxt
Oke. Aku kaget. Kukira saat itu akan terjadi drama berdarah yang membuat aku menjadi satu-satunya manusia bersalah. Ucapan lantang Ernest akan membuatku di-bully habis-habisan dan terus dijodoh-jodohkan selepas pelantikan. Namun di luar dugaan, Ernest melantikku pertama kali. Ia mendekat, mengalungkan sebuah pita berwarna merah dan putih dengan satu tulisan manis.
219Please respect copyright.PENANAiW32aomIYC
Setangkai mawar yang kutemukan di antara ribuan benalu dan tanaman perdu. Kau menjadi satu dengan rinduku, Primrose.
219Please respect copyright.PENANAMAzJX3i6ZL
Para panitia menyiapkan pita yang sama untuk semua anggota Tonti baru malam itu. Satu hal yang membuat pita itu berbeda dengan milikku. Tulisan tangan Ernest di ujung pita yang menyebut namaku. Primrose-mawar pertama.
219Please respect copyright.PENANAaQPp6VgKOW
--MPE--
219Please respect copyright.PENANAcId4j0VHHR
"Kamu seneng kan waktu itu? Jujur!"
219Please respect copyright.PENANA0jJnudnAK4
Kulirik wajah suamiku yang memandangku penuh selidik.
219Please respect copyright.PENANAcdbTDWx9rJ
"Seneng lah. Namanya anak SMA terus dapet perlakuan kayak gitu, mana ada yang bakalan bisa lupa." Aku menjawab sombong.
219Please respect copyright.PENANAMEpte6SHai
"Ck. Dasar melankolis!"
219Please respect copyright.PENANAlKy317I8Ec
"Aku nggak gitu ya Yah. Wajar dong kalo aku ini dibilang setangkai mawar?"
219Please respect copyright.PENANAs1mxIBw8ER
"Biasa ah,"
219Please respect copyright.PENANAR8RPe44XhF
Begitulah suamiku. Ernest selalu menjadi bahasan komplit yang mengingatkan kami pada masa putih abu. Ah Ernest, aku lebih mencintaimu.
219Please respect copyright.PENANAcgEQS29jU3
###
219Please respect copyright.PENANAFt5HdXvyWl
Kalimantan Tengah, 29 Agustus 2017
ns 172.69.59.122da2