Tik.. Tok.. Tik.. Tok.. suara detak jarum jam semakin terdengar jelas di telinga Elysia. Ketika ia membuka matanya, semua yang ada disekitarnya berwarna putih dan menyilaukan.
“dimana aku?” bahkan suara hatinya pun menggema seperti suara dalam gua.
Ia pun semakin gundah, karena tak ada siapapun yang ada disampingnya. Seperti ruangan kosong, atau lebih tepatnya seperti sebuah ruangan isolasi khusus. Dan tiba - tiba sebuah cahaya terang secepat kilat menyilaukannya dan seketika itu pula ruangan itu berubah menjadi ruangan lain. Perlahan Elysia membuka tangan yang menutupi wajahnya dari cahaya yang menghampirinya tadi. Ia melihat kesekitarnya, kini ia berada dikamar rumah sakit.
Terdengar suara bip dari mesin pencatat detak jantung diruangan itu. Yang menjadi sorotan Elysia bukanlah suara dari mesin pencatat detak jantung itu namun milik siapa detak jantung itu, kenapa ia berada dikamar rumah sakit itu, dan siapa yang berada diatas ranjang rumah sakit itu.
Elysia berjalan perlahan mendekati ranjang kamar rumah sakit itu dan betapa terkejutnya ia begitu melihat dirinya yang terbaring disana. Tubuhnya terbaring kaku disana, kepalanya dibaluti perban, serta tangan dan dadanya dipenuhi kabel serta selang infus.
Elysia terkejut bukan main, tubuhnya goyah,dan ia pun terjatuh lemas diatas lantai rumah sakit.
“Elysia. Kau seharusnya mati 360 detik yang lalu. Namun, Beliau memberikanmu kesempatan kedua”
Tiba – tiba seorang pria berpakaian serba hitam berdiri didepannya.
“si-siapa kau?”
“yang akan mencabut nyawamu”
“penca-but nyawa?”
“selama kau hidup, kau telah membuat banyak orang menderita. Dosamu tidak ada ampunannya. Maka berterima kasihlah pada yang Maha Kuasa karena memberikanmu kesempatan kedua padamu selama 300hari untuk mendapatkan ampunan dari orang – orang yang telah menderita karenamu”
“a-apa?”
“jika kau tidak bisa mendapatkannya, maka kau akan menjadi roh gentayangan dan orang yang berhubungan dengan dosa itu pun akan mendapatkan hukumannya”
“kapan aku menyakiti orang lain?”
“kesalahan yang tidak disengaja termasuk dalam dosa, karena bisa saja ketidaktahuanmu akan perbuatanmu membuat orang lain kehilangan nyawanya”
Elysia terdiam, ia tak mengerti apa yang barus saja terjadinya.
“waktumu 300 hari dari sekarang”
Baru saja Elysia akan mengajukan pertanyaan, tepat saat itu sebuah cahaya melahapnya bulat – bulat.
Dan ketika Elysia membuka matanya, ia terasa ada beban berat disekujur tubuhnya yang membuatnya sulit untuk bergerak, namun ia bisa merasakan tangannya digenggam hangat, itu adalah ibunya yang tengah menggenggam tangannya sembari menangis.
“i..ibb..bu”
Satu kata yang diucapkan Elysia membuat ibunya terkejut dan langsung diselimuti kebahagiaan saat itu juga. Ia menciumi kening, serta kedua pipi Elysia dan membelai lembut wajah anaknya, wajahnya tersenyum namun air mata terurai dari matanya.
Tak lama seorang dokter dan seorang perawat mendatangi Elysia, begitu melihat Elysia yang sadar, mereka cukup terkejut dan segera memeriksa keadaan Elysia.
“syukurlah semuanya normal” kata sang dokter usai memeriksa keadaan Elysia.
Setelah sang dokter dan perawat pergi, Ibu Elysia kembali menggenggam tangan anaknya itu dan terus membelai kepala anaknya.
“ke-kenapa?”
Ibu Elysia menggeleng, ia hanya tersenyum dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
“kau.. jangan pernah meninggalkan ibu lagi, mengerti?”
“eh?”
“beberapa saat lalu detak jantungmu berhenti…..hiks..hiks.. ibu.. jangan pernah seperti itu lagi, ya?”
Dan tepat saat itu Elysia tersadar apa yang baru saja dialaminya adalah nyata. Pertemuannya dengan malaikat pencabut nyawa itu adalah nyata. Dan kini ia telah hidup kembali.
ns3.17.57.190da2