/story/38906/pemuda-dalam-lamunan/toc?v=mobile
Pemuda dalam lamunan | Penana
arrow_back
Pemuda dalam lamunan
more_vert share bookmark_border file_download
info_outline
format_color_text
toc
exposure_plus_1
Search stories, writers or societies
Continue ReadingClear All
What Others Are ReadingRefresh
X
Never miss what's happening on Penana!
G
Pemuda dalam lamunan
Dexterday
Intro Table of Contents Comments (0)
Aku beranjak dari kursi, menatap cermin yang memantulkan sebuah bayang wanita paruh baya. Wanita tersebut matanya nanar, hanya saja amarahnya padaku masih lebih jelas ketimbang hasratnya untuk menangis. Ku hanya diam, dan perlahan mencoba untuk meninggalkan nya.
Keputusanku sudah bulat, tidak semestinya aku disini, aku butuh kebebasan, aku bukan sapi yang hidungnya sedang di cekokin. Inginku memaki, tapi tak sepantasnya aku memaki perempuan yang telah meminjamkan rahimnya kepadaku. Sebelum langkahku semakin jauh, aku menghampirinya, lalu memeluk erat tubuhnya, seolah berkata "aku harus pergi, mungkin ini terakhir aku rasakan hangat buaianmu".
Show Comments
BOOKMARK
Total Reading Time: 9 minutes
toc Table of Contents
bookmark_border Bookmark Start Reading >
×


Reset to default

X
×
×

Install this webapp for easier offline reading: tap and then Add to home screen.