arrow_back
Pemuda dalam lamunan
more_vert
-
info_outline Info
-
toc Table of Contents
-
share Share
-
format_color_text Display Settings
-
exposure_plus_1 Recommend
-
report_problem Report
-
account_circle Login
Search stories, writers or societies
Continue ReadingClear All
What Others Are ReadingRefresh
X
Never miss what's happening on Penana!
G
Intro
Table of Contents
Comments (0)
Aku beranjak dari kursi, menatap cermin yang memantulkan sebuah bayang wanita paruh baya. Wanita tersebut matanya nanar, hanya saja amarahnya padaku masih lebih jelas ketimbang hasratnya untuk menangis. Ku hanya diam, dan perlahan mencoba untuk meninggalkan nya.
Keputusanku sudah bulat, tidak semestinya aku disini, aku butuh kebebasan, aku bukan sapi yang hidungnya sedang di cekokin. Inginku memaki, tapi tak sepantasnya aku memaki perempuan yang telah meminjamkan rahimnya kepadaku. Sebelum langkahku semakin jauh, aku menghampirinya, lalu memeluk erat tubuhnya, seolah berkata "aku harus pergi, mungkin ini terakhir aku rasakan hangat buaianmu".
Total Reading Time: 9 minutes
toc Table of Contents
novel
fiksi
ceritakehidupan
penulisamatir
bookmark_border
Bookmark
Start Reading >
×
Write down what you like about the story
×
Reading Theme:
Font Size:
Line Spacing:
Paragraph Spacing:
Load the next issue automatically
Reset to default
×
People Who Like This