Jika hidup adalah serangkaian kebetulan, aku pikir dia itu adalah takdir yang sedang menyamar。

Jika ia menjangkau saya dan terlihat seperti itu, atau jika ia secara tidak sengaja terlihat. dia pasti melakukan hal itu sekedar untuk mengejek saya . . . . .

Sejak pertama kali aku melihatmu, aku mengkhawatirkan mu. Akan tetapi aku tidak bisa melakukan apapun selain dengan melihatmu dari jauh。

Ini mungkin kenakalanku yang disebut takdir, tapi aku masih bisa mengenalmu sedikit demi sedikit。

Dia anggota Social Science, saat dia memecahkan Target. Aku senang karena aku berjuang bersamanya.

Aku ketua klub sastra

dibalik penjepit kecil aku menyembunyikan tatapan rahasia terhadapnya Sepanjang jalur disaat pena-ku lari diatas kertas.

Hasil karyaku tidak pernah dipublikasikan,tapi kau bilang aku mengagumkan.

Memikirkan tentang hal itu, aku mungkin bisa diminta bantuan untukmu.

Aku ingin dekat dengan mu, aku ingin berada disisimu, aku ingin berkata dengan keberanian, tetapi begitu aku melihatmu. Kau melihat banyak wajah.

Hari pertama kita bertemu di Al Mumtaz, aku tidak bisa berkata apapun. Meskipun aku berbicara dengan mu, aku hanya bisa membalas kata-kata singkat.

Aku pikir aku dibenci karena membuat kesalahan besar. tetapi kau menerima diriku seperti ini. Aku masih ingat kencan pertama,siang yang menyakiti Anda dengan cemburu kekanak-kanakan. Tetapi tetap saja kau memaafkan diriku yang tidak bisa untuk patuh.

Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika mendengar bahwa kita akan terpisah.

Aku berjuang mati-matian melawan nasibku, aku dipukuli, aku tahu ketidakefisienan diriku.