/story/33421/satu-kata-penentu?v=mobile
Satu Kata Penentu | Penana
arrow_back
Satu Kata Penentu
more_vert share bookmark_border file_download
info_outline
format_color_text
toc
exposure_plus_1
Search stories, writers or societies
Continue ReadingClear All
What Others Are ReadingRefresh
X
Never miss what's happening on Penana!
PG
Satu Kata Penentu
World Tears
Intro Table of Contents Comments (0)
Retakan jalan aspal yang masih digenangi air hujan semalam dilewati Abi dengan hati-hati agar tidak mengenai celana dasar yang ia pakai untuk menuju sebuah restoran di kawasan thamrin city untuk memenuhi panggilan interview untuk posisi waiter. 

"mbak, saya mau menemui menejer restoran buat interview, saya harus kemana ya? " Abi bertaya kepada salah satu karyawan yang sedang merapikan meja dengan bahasa indonesia yang masih medok karena ia baru satu bulan di jakarta. 

" oh, mau interview waiter ya pak,?  Nah, itu menejernya lagi di dapur pak, saya panggilin bentar ya.. " dengan senyuman ia berjalan ke arah dapur dan menemui menejer restoran tersebut. 

Lima belas menit berlalu dan Abi masih berdiri tanpa beranjak sedikitpun dari tempat ia berpijak, ia melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat selama hidupnya yaitu meja-meja mahal beserta kursinya serta satu jam dinding vintage dan kelihatan exspensive yang menjadi icon restoran tersebut. 

"selamat pagi, bapak yang mau interview dengan saya?" suara lembut yang membuat Abi sadar dari imajinasi sesaatnya dan lansung melihat mulut yang mengeluarkan kalimat tersebut. 

"Oh God " sontak Abi terkesima melihat bibir tipis sang menejer,  tanpa sadar kebiasaan Abi bangkit dan lansung melihat payudara sang menejer yang padat dibaluti oleh kemeja hitam." iya mbak, saya mau di apain sama mbak juga mau"  Abi mengeluarkan kemampuan gombalnya yang se-adanya untuk memberikan kesan pertama yang friendly kepada menejer. 

Sang menejer tersenyum dan mengabaikan gombalan abi " silahkan ke lantai dua dulu ya pak, tangga ada di sebelah kiri toilet di belakang" dan menejer pun pergi ke dapur tanpa melihat Abi dan lansung menuju pintu dapur. 

Abi dengan mata keranjangnya melihat irama pantat menejer hingga ia menggapai pintu dapur, kemudian melangkah pelan menuju arah yang disebutkan menejer ke lantai dua. Setibanya di atas, Abi mencari pintu yang ada tulisan "manager's office"  dan menunggu persis di samping pintu tersebut. 

Tek, tek, tek, tek. Abi mendengar suara High Heels menaiki tangga dan menatap arah tangga yang ia lewati sepuluh menit yang lalu. Sang menejer pun berjalan bak di catwalk kearahnya dan meraih pintu yang Abi gentayangin sepuluh menit tanpa respon apapun dan lansung menutup pintu kembali. Abi terheran dengan perlakuanya dan berencana untuk mengetuk pintu tersebut lima menit kemudian. 

Tok, tok, tok. Abi mengetuk pintu dan tidak ada respon sama sekali, ia memberanikan diri untuk membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan sang menejer. Sembari Abi menutup pintu, ia merasakan ada tatapan dingin yang mengarah kepadanya dan lansung meminta maaf atas perbuatan lancang tersebut. 

"maaf mbak saya masuk tanpa aba-aba.."dengan mata yang menatap ke lantai dan membungkuk menghormati menejer. 

"gak pa pa, kita lansung interview ya," dengan nada rendah dan membubuhi wajahnya serta sebuah senyuman tipis yang indah. 

"boleh mbak, saya izin duduk disini ya" Abi melihat kursi dan lansung menduduki sembari menatap wajah sang menejer sambil membalas senyumanya. 

"kamu masih perjaka? " kalimat pertama yang Abi dengar dan ia lansung shock dengan pertanyaan yang dilontarkan sang menejer, untuk beberapa saat, AC yang ada di dalam ruangan terdengar lebih keras karena suasana yang mendadak hening. 

" saya orang baek-baek mbak, saya masih perjaka, saya nggombalin mbak biar dapet kesan friendly and easy going aja mbak, sumpah" Abi lansung blunder dan menjawab pertanyaan sang menejer dengan sangat-sangat jelas. 

"oke, kamu lusa mulai bekerja di sini, nanti saya beri instruksi untuk apa saja yang kamu kerjakan, am i clear?" sang menejer berbicara sembari membubuhkan tanda tangan pada dua lembar surat kontrak kerja dan meletakkan surat tersebut untuk ditandatanggani oleh Abi. 

"thanks God, oke mbak, lusa saya datang jam delapan nyampe di sini" Abi bergegas menandatangani kontrak kerja yang akan berlansung selama dua tahun kedepan. Abi bersalaman dengan sang menejer dan berjalan meninggalkan ruangan tersebut. 

Dalam perjalanan pulang, Abi masih setengah percaya kalau ia bakalan bekerja di restoran semewah itu dengan hanya bermodalkan keperjakaan, ia mengingat apa-apa saja yang ia alami selama interview dan mengingat isi lemari pajangan yang ada di dalam ruangan sang menejer. 

"kayak pernah lihat gitu ya sama tongkat dan lidi yang ada di dalem lemari tadi, tapi dimana liatnya ya? " gumam Abi, ia mencoba mengingat dimana ia melihat benda seperti pecut kuda dan tongkat berdiameter enam senti tersebut. 

Setibanya di kos, Abi melepaskan semua benda di badanya kecuali celana dalam dan merebahkan diri di kasur dan menggapai HP Xiaomi miliknya. Abi penasaran apakah restoran tersebut memiliki akun instagram dan ia mengetik nama restoran tersebut di kolom pencarian instagram dan menemukanya. 

"stalking dulu aah" kebiasaan pengangguran Abi belum hilang dan melihat postingan-postingan dengan like sekitar tujuh ribuan dan followers sekitar enam belas ribuan dan following cuma satu akun, Abi melanjutkan stalking-nya ke following akun restoran tersebut dan melihat satu akun cewek dengan nama Resa Dwipurna, dan akun tersebut bersifat private. Penasaran Abi yang tak terbendung terhadap akun Resa Dwipurna ini membuat ia mem-follow akun tersebut dan menghentikan stalkingnya. Abi bangun dari istirahatnya dan menarik handuk yang tergantung di samping lemari pakaian menuju kamar mandi. 

Show Comments
BOOKMARK
Total Reading Time: 4 minutes
toc Table of Contents
bookmark_border Bookmark Start Reading >
×


Reset to default

X
×
×

Install this webapp for easier offline reading: tap and then Add to home screen.